Khutbah Pertama
اللهُ اَكْبَرْ٣×) ( اللهُ اَكْبَرْ (٣×) اللهُ اَكبَرْ
اَللهُ أَكْبَرْ
كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً،
لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ
جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الْقَائِلِ (وَللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً)، أَشْهَدُ أنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ| وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين .
اَلْحَمْدُ للهِ الْقَائِلِ (وَللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً)، أَشْهَدُ أنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ| وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين .
(أَمَّا بَعْدُ)
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Kaum Muslimin dan Muslimat yang mulia,
Maha
besar Allah yang telah melimpahkan segala nikmat kepada kita, sehingga pada kesempatan pagi yang segar ini, kita dapat melaksanakan shalat Idul Adha bersama-sama. Semoga kita senantiasa mendapat
ridha-Nya dan menjadi hamba-Nya yang
kian bertaqwa. Amin.
Hadirin
hadirat yang berbahagia,
Pada setiap perayaan Idul Adha, kita tidak akan lupa dengan
Kisah Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai Kekasih Allah. Beliau rela menyerahkan apa saja demi cinta dan
baktinya kepada Allah SWT.
Kehidupan Nabi
Ibrahim sudah berlalu lebih dari 3.900 tahun, namun hingga kini kisah Nabi
Ibrahim masih sangat layak untuk diteladani. Nabi Ibrahim telah memberikan banyak contoh
dalam kehidupan. Kisah Nabi Ibrahim erat
hubungannya dengan sejarah dibangunnya Ka’bah, munculnya air zam-zam, rangkaian
ibadah haji, ibadah qurban, hingga teladan membangun keluarga bahagia. Khusus
potret keluarga sakinah beliau akan menjadi bahasan utama pada pagi hari ini.
Hadirin
hadirat yang berbahagia,
Sejarah keluarga Nabi Ibrahim
dapat dimulai dari kisah pernikahannya dengan Siti Sarah. Mereka tinggal di
Palestina. Namun sayang, pernikahan ini tidak kunjung melahirkan keturunan.
Akhirnya, atas saran Siti Sarah, Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar yang selama
ini melayani rumah tangganya. Dengan ijin Allah, Siti Hajar melahirkan seorang putra,
bernama Ismail.
Lahirnya Ismail merubah
situasi rumah tangga Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim harus berpisah dengan Siti Hajar
dan Ismail yang sangat ia cintai. Allah telah
mengutus Nabi Ibrahim membawa pergi Siti Hajar bersama putranya ke suatu tempat
yang belum diketahui. Dengan penuh ketaatan dan rasa tawakkal kepada Allah,
Nabi Ibrahim pun meninggalkan Palestina menuju suatu tempat yang sangat jauh,
sekitar 1500 KM, seperti perjalanan dari Surabaya ke Jakarta lalu balik ke
Surabaya lagi, yang kini dikenal dengan nama Mekkah. Saat itu, Mekkah adalah
suatu tempat yang hanya berupa hamparan padang pasir yang kering dan tandus.
Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Tidak ada orang, tidak ada hewan, tidak
ada tumbuhan, apalagi mata air kehidupan.
Setelah melakukan perjalanan
berminggu-minggu, sampailah Nabi Ibrahim
dan keluarga kecilnya di tempat yang dikehendaki Allah. Nabi Ibrahim menyiapkan
tempat tinggal sederhana di lokasi itu. Tatkala dirasa cukup, Nabi Ibrahim pun pamit
meninggalkan Siti Hajar dan putranya untuk kembali ke Palestina. Sebenarnya, Nabi
Ibrahim merasa sedih tatkala harus meninggalkan istri dan putranya di tempat yang
gersang. Hati Siti Hajar pun diliputi
rasa takut karena harus hidup sebatang kara di padang pasir bersama putranya
yang masih kecil. Tak terbayang betapa perpisahan itu bagaikan pertemuan
terakhir antara mereka. Kalau tidak ada pertolongan Allah, mustahil seseorang
akan bisa bertahan hidup di tengah padang pasir yang panas dan sunyi.
Hadirin
hadirat yang mulia,
Ada sebuah percakapan menarik sebelum perpisahan itu.
Siti Hajar berkata “Wahai Nabi Ibrahim, kemana engkau
hendak pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami?” tanya Siti Hajar seraya
memegang ujung jubah Ibrahim dengan cemas. Namun, Ibrahim hanya diam seribu
bahasa.
“Apakah ini perintah Allah?” tanya Siti Hajar lagi.
“Ya” jawab nabi Ibrahim.
“Kalau begitu, Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan kami” tegas
Hajar dengan keimanannya yang kuat.
Lalu Ibrahim berpesan kepada Siti Hajar:
"Bertawakkallah kepada Allah yang telah
menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya. Allah Yang Maha Perkasa
tidak akan melantarkan kalian berdua tanpa perlindungan-Nya. Insya Allah."
Lalu Ibrahim berdoa kepada Allah SWT. Sebagaimana
dalam surat Ibrahim: 37
رَبَّنَا إِنِّي
أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan berilah rezeki kepada
mereka dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.
Ayat di atas menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya
dapa dimaknai sebagai bentuk kepasrahan Ibrahim setelah Allah memberi tugas untuk
membangun Ka’bah sebagaimana surat Ali Imran: 96 dan 97.
إِنَّ أَوَّلَ
بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ ()
فِيهِ آَيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آَمِنًا
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah
(Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
(Ali Imron:96-97)
Setelah Nabi Ibrahim pergi,
Siti Hajar dan Ismail menjalani hidup berdua dengan bekal yang tidak banyak. Setelah bekal
mereka habis, Siti Hajar dan Ismail mulai kehausan. Siti Hajar berusaha mencari
air. Diletakkannya Ismail, lalu ia mulai lari mendaki bukit Shafa untuk melihat
siapa tahu ada orang yang bisa menolongnya. Namun, tidak ada seorang pun yang
dilihatnya. Siti Hajar lalu lari mendaki
bukit Marwah. Tetap saja tidak ada orang yang dilihatnya. Siti Hajar
berulang-ulang berlari sampai tujuh kali mendaki bukit Shafa dan Marwah sambil berdoa
agar Allah menolong mereka. Peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai ibadah
sai.
Di tengah kelelahan,
kehausan, dan kelaparan, Allah kemudian menunjukkan kekuasaan-Nya. Muncullah air
zam-zam dari kaki Ismail. Air ini kemudian menjadi sumber kehidupan siti Hajar,
Ismail, dan orang-orang yang berdatangan.
Ketika kemudian Nabi Ibrahim menjenguk
siti Hajar dan Ismail, betapa terkejutnya beliau karena padang pasir yang dulunya
sepi sunyi kini menjadi ramai dengan banyaknya kafilah yang datang dan bermukim
di sekitarnya. Ini adalah bentuk jawaban dari doa Nabi Ibrahim yang tulus kepada
Allah.
Hadirin
hadirat yang mulia,
Dari kisah ini, dapat dipetik
pelajaran bahwa untuk membangun keluarga sakinah ada 4 syarat yang harus dipenuhi.
1. Ketaatan kepada Allah
Iman
dan taqwa menjadi penentu kualitas seseorang di hadapan Allah. Nabi Ibrahim
telah menunjukkan bahwa cintanya kepada Allah melebihi cintanya kepada
keluarganya. Cinta yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah
menunjukkan bahwa Allah adalah tujuan hidup dan Allah adalah tempat bergantung.
Dengan ketaatan kepada Allah, sebuah keluarga akan senantiasa mendapat pertolongan
dan perlindungan Allah.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ
مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
Barang
siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan
Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.
2. Kepatuhan kepada Suami dan
Penghormatan kepada Istri
Hajar
begitu patuh kepada Ibrahim meskipun harus berpisah secara fisik. Ibrahim pun
begitu sayang kepada Siti Hajar. Ini adalah sebuah cermin bahwa dalam keluarga,
harus ada kepatuhan kepada suami dan perhormatan kepada isteri. Ketika seorang
suami menjadi kepala rumah tangga, maka anggota keluarga termasuk istri harus
taat dan patuh kepada suaminya. Bagi suami, ia wajib menghormati hak-hak
isterinya dan memberikan tempat terbaik untuk kehidupannya.
3. Iktiyar Maksimal
Betapa Siti Hajar tidak saja
menyerah kepada nasib. Meskipun ia tahu Allah akan menolongnya, tetapi dengan
cara apa? Sambil berdoa dan berharap, ia melakukan ikhtiyar maksimal. Tidak
hanya sekali atau dua kali, ia harus melakukan ikhtiyar mencari air sampai
tujuh kali, bolak balik dari bukit Sofa dan Marwah. Ini adalah sebuah bukti bahwa untuk menjaga keutuhan
rumah tangga dalam menghadapi gelombang kehidupan, kita harus berjuang keras
tanpa kenal lelah dan putus asa. Dengan begitu, niscaya pertolongan Allah akan
datang.
4. Tawakkal kepada Allah dengan
Doa
Untuk mewujudkan keluarga
sakinah, harus ada kepasrahan yang tulus kepada Allah SWT. Doa adalah senjata seorang muslim. Ketika
usaha sudah maksimal, kita serahkan sepenuhnya keputusan terbaik kepada Allah.
Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar yang
terbaik untuknya.
Allah berfirman dalam surat At-thalaq: 2-3
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا –
Dan
barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah
telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.
Demikian khutbah ini, semoga kita
dapat mencontoh keluarga Nabi Ibrahim dalam mewujudkan keluarga sakinah dengan cara
selalu taat kepada Allah, saling menghormati antara suami, isteri, dan anak, ikhtiyar
secara maksimal, dan selalu tawakkal dan doa kepada Allah. Semoga khutbah ini bermanfaat.
Amin
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَر١َ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ ٢ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ ٣
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمْ| وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْم| وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ| إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمْ| وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْم| وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ| إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،| اللهُ أَكْبَرُ،
اللهُ أَكْبَرُ،| اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ.| اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لآ إِلٰهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالأَفْرَاحِ
وَالسُّرُوْرِ| وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ اْلأُجُوْرِ،| فَسُبْحَانَ مَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ
فِطْرَهُ وَحَذَّرَ فِيْهِ مِنَ الْغُرُوْرِ،| أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَهُوَ
أَحَقُّ مَحْمُوْدٍ وَأَجَلُّ مَشْكُوْرِ.
أَشْهَدُ أَنَّ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ|
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ|
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ| وَعَلَى أٰلِهِ
وَصَحْبِهِ أجمعين| أَمَّابَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ |اتَّقُوا اللهَ
تَعَالَى|
وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ.|
فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ.
وَقَالَ تَعَالَى فِى
كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ؛| إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ
|يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تسْلِيْمًا.|
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ| سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ |وَعَلَى
أٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ| وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِيْهِمْ| بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمٍِالدِّيْنِ.| وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ| لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ|
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ| اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأْ َمْوَاتِ،|
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.| اللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ
نَصَرَ الدِّيْنَ |وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ| وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا
أَعْدَاءَ الدِّيْنِ| وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمَشْرِكِيْنَ،| وَأَعْلِ
كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.| اللّٰهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ | وَاكْفِنَا شَرَّ الْحَاسِدِيْنَ.
وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنَا | يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.| رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ|
وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا | رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ
رَّحِيْمٌ.
اللهُ أَكْبَرُ،| عِبَادَ اللهِ،| إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ| وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ |يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.|
فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ،| وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ| وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Wassalamu’alaikum
wr. wb