Jumat, 22 Januari 2010

MENGUBUR BINATANG DI JALAN?

Beberapa waktu lalu, saya sering melihat beberapa tikus mati yang dibuang di tengah jalan umum. Pikiran saya, mengapa binatang pengerat itu harus dilindas motor dan mobil yang meluluhlantakkan bentuknya? Mengapa penduduk sedemikian senang mengubur binatang ini di tengah jalan?

Satu jawaban yang mungkin dapat saya duga adalah bahwa warga sangat geram atas ulah tikus di rumahnya. Saya juga punya pengalaman tentang ini. Di rumah saya, tikus-tikus berkeliaran di atap rumah dan kalau malam sudah larut, mereka turun ke dapur untuk mencari kalau-kalau ada makanan yang tersisa. Tatkala tidak ada makanan di dapur, biasanya tikus-tikus itu akan mengoyak-ngoyak tempat penyimpanan sayur, buah, atau bahan makanan. Alhasil, istri saya sering marah karena merasa tidak nyaman dengan kehadiran tamu tak diundang itu. Saya pun akhirnya sering mengejar para tikus tersebut dengan membawa gagang sapu. Dengan bismillah, saya sempat berhasil memukul satu tikus dan ia pun mati. Lega rasanya bahwa saya telah bisa mengurangi satu tikus pengganggu di rumah saya. Saya pun mengambil plastik untuk membungkus tikus itu dan membuangnya ke tempat sampah. Harapan saya, besok pagi tukang sampah akan mengambilnya dan membawanya ke tempat pembuangan akhir. Sampai di situ, kekesalan saya selesai.

Namun, ketika saya melewati jalan-jalan utama perumahan, aneh sekali, hampir tiap hari ada tikus yang mati di jalan. Saya yakin, itu bukan tikus yang terlindas mobil atau motor saat melintas, akan tetapi tikus yang mati karena dipukul atau diracun lalu dibuang di tengah jalan. Masya Allah! saya heran, mengapa mereka tidak membuangnya ke tempat sampah? Mungkin, mereka sama dengan saya, kesal atas ulah tikus. Mereka puas ketika tikus yang sudah tak berdaya itu hancur berkeping-keping. Tetapi, haruskah mereka dibuang di jalan? Bukankah kita bersemboyan bersih itu indah? Bau itu salah? Coba kita renungkan, tikus yang dibuang di jalan akan terlindas motor, mobil, atau bahkan terinjak kaki. Ia akan membusuk dan mengirimkan aroma busuk ke semua pengguna jalan. Itu tidak hanya sehari, seringkali beberapa hari. Nah, kalau setiap hari ada orang yang membuat tikus di jalan, itu berarti akan ada sejumlah bangkai tikus yang akan mengotori jalan sekaligus mencemari udara di sekelilingnya. Kita pun akan menderita menghirup udara tak sehat setiap melintas bangkai tikus tersebut.

Barangkali, kesadaran akan lingkungan yang sehat belum banyak menyentuh relung hati masyarakat kita. Belum lagi ditambah etika menghargai binatang. Meskipun tikus adalah binatang yang menyebalkan, tapi ia adalah makhluk Allah yang punya hak hidup dan mati secara wajar. Meskipun kita kesal, mungkin ada baiknya kita basmi tikus dengan tetap menghargai dia sebagai makhluk Tuhan. Ia patut dikubur di tanah, atau paling tidak dibuang di tempat yang tepat. Jangan sampai, kemarahan kita justru akan menimbulkan masalah baru bagi kita dan orang lain. Kita yang kesal, namun orang lain yang menerima dampak negatifnya. Oleh sebab itu, sekali lagi, mari kita hindari membuang bangkai tikus dan kawan-kawannya (ular, kucing, ikan)di jalan umum. Mari kita jaga lingkungan kita agar tetap sehat dan nyaman untuk semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction