Sabtu, 18 Agustus 2012

SELAMAT IDUL FITRI 1433H

BULAN RAMADHAN 1433H TELAH BERANJAK PERGI
SETELAH MENTARI TENGGELAM HARI INI
MAU TIDAK MAU KITA HARUS RELA
BERHENTI SUDAH MASA PELIPATGANDAAN PAHALA

LEBARAN TELAH TIBA
MARI BENTANGKAN TANGAN UNTUK SALING MEMAAFKAN
SEMOGA SUCINYA RAMADHAN TETAP TERJAGA
DENGAN MENEBAR DAN MERAJUT KEMBALI TALI PERSAUDARAAN

SELAMAT IDUL FITRI 1433H
MAAF LAHIR BATIN

Jumat, 17 Agustus 2012

MUDIK UNIK DENGAN KERETA API EKONOMI



Sebagai orang kampung, tradisi mudik rasanya jadi satu keharusan bagi saya. Tak mudik sepertinya tak afdhol. Oleh sebab itu,  saya sudah jauh-jauh hari merencanakan acara ritual tahunan itu. Berhubung saya dari Jombang sedangkan isteri dari Bekasi, kami sepakat untuk membuat jadwal mudik yang berbeda setiap tahunnya. Tahun lalu, kami melakukan mudik ke Jombang dan tahun ini jatahnya mudik ke Bekasi. Kalaulah ke Jombang, kami tak perlu banyak persiapan karena Jombang hanya butuh waktu tempuh 3 jam dari tempat tinggal kami di Malang. Berbeda dengan itu, mudik ke Bekasi perlu persiapan ekstra yang matang mulai dari biaya, tiket, perlengkapan perjalanan hingga oleh-oleh. Selain itu kondisi fisik juga harus dijaga agar tidak ngedrop atau sakit di perjalanan. Maklum, untuk sampai di rumah mertua, kami butuh waktu tidak kurang dari 20 jam dengan menggunakan kereta api. Beragam kereta api pernah kami naiki. Mulai kereta eksekutif seperti Gajayana dan Bangunkarta hingga ekonomi semisal Matarmaja dan Gayabaru. Hanya saja, hampir 10 tahun, saya tidak lagi menggunakan kereta ekonomi karena kualitasnya yang kian memprihatinkan. Tapi, berhubung mudik kali ini tidak dapat tiket eksekutif atau bisnis, dengan sedikit terpaksa kami putuskan untuk mudik dengan kereta ekonomi. Itu pun untuk mendapatkannya, saya harus berebut dengan penumpang lain. 

Naik kereta ekonomi tahun ini menjadi pengalaman unik bagi kami. Dalam bayangan saya, kereta ekonomi masih seperti dulu ketika saya masih kuliah di Jakarta yang penuh sesak dengan fasilitas yang terbatas. Apalagi ketika menjelang lebaran seperti sekarang ini, hampir tidak ada ruangan yang tersisa. Untuk sekadar selonjor kaki saja tidak ada, bahkan toilet pun penuh sesak dengan orang. Itulah gambaran kereta ekonomi saat saya masih jadi mahasiswa dulu. Ternyata, bayangan buruk itu sedikit terhapus dengan pengalaman kemarin. Meskipun tidak terlalu sempurna, perjalanan dengan kereta ekonomi cukup menyenangkan. Tak ada lagi penumpang yang memadati gang antar kursi di dalam kereta. Lampu dan kipas angin berjalan dengan normal. Hanya saja, air di toilet masih seperti dulu, tidak selalu ada di setiap gerbongnya. Alhasil, untuk sekedar buang air kecil, penumpang harus bawa air kemasan untuk bersuci meskipun tidak sedikit mereka yang tak pakai air sama sekali sehingga aroma toilet cukup menusuk hidung.

Hal unik lain yang kami dapati selama di perjalanan adalah maraknya pedagang asongan yang setia menemani sepanjang perjalanan. Suara mereka yang khas saat menjajakan dagangannya sempat mengurangi kenyamanan berkereta. Cara mereka menjual pun berbeda-beda. Ada yang membagikan dagangannya ke setiap penumpang, seperti penjual minyak angin, mainan anak, buku, alat tulis dan sabuk, ada yang sekedar menunjukkan ke setiap penumpang semacam penjual bakpia, brem, kain batik, dan nasi bungkus, dan ada pula yang  hanya berteriak keras sambil berlalu semisal penjual air minum kemasan dan koran. Satu pedagang lewat akan disusul oleh pedangan lainnya di belakangnya. bahkan, ada sejumlah penjaja yang mondar-mandir antar gerbong. Suasana ini tidak hanya saat berhenti di stasiun tetapi sepanjang perjalanan. Dapat dibayangkan, rasanya tidak ada waktu cukup bagi penumpang untuk sekedar istirahat. Kewaspadaan diri juga terus dijaga karena bila lengah sedikit, bisa saja ada barang milik yang pindah tangan. Itulah tantangan yang jadi agenda tersendiri bagi penumpang ekonomi.

Kesimpulannya, kereta ekonomi saat ini lebih nyaman dibanding dengan kereta ekonomi beberapa tahun yang lalu. Hal ini seiring dengan kebijakan PT KAI bahwa tidak boleh lagi ada penumpang tanpa tempat duduk. Selain itu, ada aturan baru bahwa nama penumpang dalam tiket harus sama dengan KTP. Jika tidak, tiket dinyatakan hangus. Ketentuan lain bahwa penjual asongan tidak boleh berjualan di dalam kereta api rupanya masih belum efektif. Bahkan, para penjual dengan bebasnya berjualan di dalam kereta sepanjang perjalanan, bukan hanya saat kereta berhenti di stasiun. Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi pemudik lain yang akan melakukan perjalanan jauh dengan kereta api ekonomi. Selamat menikmati perjalanan yang unik!


  

Introduction