Kamis, 29 April 2010

KEUTAMAAN AL-QUR'AN


Al Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an dapat menjadi pedoman dan petunjuk hidup bagi umat manusia. Al-Qur’an memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga hati pendengarnya akan terpesona.

Di samping itu, al-Qur’an mengandung ilmu pengetahuan yang canggih. Al-Qur’an memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa manusia itu sama tanpa pembagian kelas dan golongan. Hal yang membedakan kita di hadapan Allah adalah derajat ketaqwaan kita semata.

Al-Qur’an adalah bacaan mulia. Ia diturunkan Allah pada malam yang mulia, yakni laitul qadar. Al-Qur’an telah dijamin kelestariannya oleh Allah SWT hingga akhir zaman. Firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”

Al-Qur’an memiliki beberapa keistimewaan. Di antaranya adalah
Pertama, Al-Quran tidak akan dapat dibuat manusia. Allah telah menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah buatan manusia. Sekiranya seluruh jin dan manusia berkumpul untuk membuat satu surat saja seperti al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya. Firman-Nya:
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia”

Kedua, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang penuh hikmah. Setiap hurufnya mengandung sepuluh kebaikan bagi pembacanya. Bahkan pendengarnya pun akan mendapat pahala yang sama dengan pembacanya. Oleh sebab itu, mari kita belajar membaca al-Qur’an sedari kecil. Sebaik-baik dari kita adalah orang-orang yang mau belajar dan mengajarkan al-Qur’an, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya, “Sebaik-baik dari kamu adalah orang yang mau belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Hadis ini menerangkan bahwa kita harus mencintai al-Qur’an dengan cara belajar membacanya. Setelah itu, kita harus mempelajari artinya sehingga kita dapat menghiasi hidup kita dengan al-Qur’an. Kemudian, jika kita telah mampu memahami maknanya, patutlah kita bagi ilmu kita kepada orang lain. Dengan demikian, kita akan menjadi salah satu dari orang-orang pilihan di mata Allah SWT.

Terakhir, al-Qur’an adalah kitab yang berlaku sepanjang zaman. Al-Qur’an tidak akan pernah lekang oleh waktu dan tidak pernah hilang ditelan zaman. Al-Qur’an dimana saja akan sama, baik di Negeri Arab, di Indonesia, Malaysia, Amerika, hingga Eropa. Semua umat Islam membaca al-Qur’an yang sama. Inilah salah satu bentuk keutamaan al-Qur’an yang tidak dapat ditandingi oleh kitab manapun. Sungguh luar biasa!

Demikian, ulasan tentang keutamaan al-Qur’an. Semoga kita senantiasa mampu membaca dan menghayati isinya.

Selasa, 27 April 2010

USAHA DAN DOA


Sejak mendengar kabar dari Kang Karyo, hati Gus Muh gundah. Ia sadar bahwa ia bukanlah orang yang berhak mengatur keinginan warga untuk membelanjakan harta mereka, termasuk beli mobil. Apalagi, dirinya bukanlah orang kaya lagi terpandang. Tetapi, mengingat adanya gejala kurang sehat yang dialami para tetangganya, hatinya tergerak untuk sekedar ikut serta mencarikan solusinya. Bagaimanapun juga, sikap cuek tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru akan menyesatkan kawan-kawannya itu lebih jauh.

Langkah pertama yang hendak dilakukan Gus Muh adalah mendekati pak Sembung yang kabarnya gelisah karena tuntutan istrinya yang ingin beli mobil. Beberapa saat, ia merenung cara yang tepat untuk menggali informasi lebih dalam tanpa ada kesan ikut campur urusan orang lain. Ia harus berhati-hati menata kalimat supaya misinya dapat tercapai. Setelah bulat tekadnya, ia mendatangi rumah pak Sembung sehabis shalat asar.

Gus Muh mengetok pintu dan mengucap salam. pak Sembung yang asik nonton sepak bola di layar TV sedikit terkejut melihat kehadiran Gus Muh.

"Monggo, Gus, silakan duduk! Wah, ada angin apa nih kok tumben sore-sore begini Gus Muh sudah jalan-jalan?" sambut pak Sembung ramah.

"Ya, saya udah lama nggak bertemu pak Sembung. Masih jualan di pasar, tho?" jawab Gus Muh.

"Masih, Gus. Meskipun sekarang penghasilan saya tidak seperti dulu. Tapi, alhamdulillah, masih bisa bertahan hidup." Pak Sembung adalah pemilik kios kecil di pasar yang menyediakan barang pecah belah. Ia telah 10 tahun menekuni usaha itu.

"Gimana kabar, bu Sembung, baik, kan?"

"Ya, begitulah, Gus! Kami sedang kurang kompak. Istri saya sekarang sedang pulang ke orang tuanya karena malu ketemu tetangga."

"Lho, kok, bisa malu, gimana ceritanya? Tapi, maaf, bukan maksud saya turut campur masalah pak Sembung."

"Saya malah beruntung, Gus Muh datang ke sini. Setidaknya saya bisa curhat dengan Jenengan. Saya pusing, Gus. Istri saya belakangan ini sering ngambek. Ia pingin punya mobil seperti bu Toni. Istri saya itu orangnya nggak mau kalah sama teman-temannya, apalagi satu dusun seperti ini. Makanya, karena ia pernah bilang kalau bulan ini kami akan beli mobil tetapi keuangan kami jelas nggak mungkin, maka ia kini memilih lebih baik tinggal sama orang tuanya di kampung."

"Oalah...." ucap Gus Muh menimpali.

"Trus, saya harus bagimana, Gus?"

"Pak Sembung, cobaan orang memang berbeda-beda. Salah satunya adalah ujian kekayaan. Menurut Ustad Usman waktu khutbah Jumat yang lalu, kita harus pandai-pandai mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Kita harus bisa bersikap lebih arif, dengan sering melihat ke bawah untuk urusan-urusan keduniaan. Misalnya, dalam hal mobil, mestinya kita melihat orang-orang yang tidak memiliki mobil, bukan malah membandingkan diri kita dengan mereka yang telah memiliki mobil. Dengan begitu, akan muncul rasa syukur dalam hati bahwa Allah saat ini telah memberikan motor kepada kita sehingga kita tidak perlu capek-capek mengayuh sepeda saat bepergian. Hati kita akan damai dan bahagia."

"Betul, Gus. Tapi, itu tidak berlaku untuk istri saya. Ia tidak bisa tenang ketika ada kawannya yang berhasil membeli sesuatu yang melebihi miliknya. Seperti sekarang ini, ia memaksa saya untuk segera mencari mobil agar tidak ketinggalan dengan temannya."

"Memang, keinginan untuk memiliki harta banyak dan fasilitas lengkap tidak ada salahnya. Namun, seharusnya kita mampu mengukur kadar kekuatan kita. Dalam kondisi seperti ini, kita harus bekerja lebih keras lagi dan berdoa kepada Allah agar kita mudah menjemput rezekinya. Kita harus yakin, bahwa Allah Maha Kaya. Ia akan mengabulkan permohonan hamba-Nya selama hamba itu bersungguh-sungguh dalam mengejar impiannya, baik dalam usaha maupun pendekatan diri kepada-Nya."

Pak Sembung diam sesaat. Ia mencoba mencerna kalimat-kalimat Gus Muh yang penuh arti. Tumbuh semangat baru dalam kalbunya, ia akan dapat menyadarkan istrinya yang sering tertipu oleh gemerlapnya dunia. Ia jadi malu kepada Gus Muh karena memang selama ini ia hanya mengandalkan usaha keras tetapi kurang berdoa. Ia telah lama meninggalkan shalat. Pantas saja, ia sepertinya kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Tanpa sadar, air mata beningnya menetes.

"Terima kasih, Gus. Saya jadi sadar sekarang." Pak Sembung terisak sambil tersenyum.
Gus Muh pun ikut gembira.

RAGAM PENIPUAN YANG MENGGODA


Kemarin pagi, ketika saya berkunjung ke Fakultas Syariah IAIN Walisongo untuk menemui Prof. Muslich Sobir, saya mendapati sebuah pengumuman di papan informasi bahwa saat ini sedang marak beredar modus penipuan baru. Caranya, ada seseorang, mengaku karyawan dari Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Jawa Tengah, yang menelepon kepada calon korban dengan mengatakan bahwa penerima telepon itu adalah orang yang ditunjuk oleh Kepala Kanwil untuk mengikuti seminar di Jakarta. Penerima telepon diminta untuk menghubungi nomor tertentu untuk mengurus keberangkatannya via pesawat. Catatan dalam pengumuman itu mengingatkan, selama belum ada penunjukan resmi dari pimpinan institut atau fakultas, para penerima telepon disarankan untuk tidak mengindahkannya. Setelah membaca pengumuman itu, saya masuk ke ruang dosen untuk menunggu Prof. Muslich.

Tak lama kemudian, Prof. Muslich datang. Saya pun menyerahkan berkas revisi makalah komprehensif untuk ditanda tangani. Namun, tiba-tiba telepon seluler beliau berbunyi. Prof. Muslich pun menghentikan sejenak diskusinya dengan saya lalu mengangkat telepon. Ternyata, sang penelepon menginformasikan bahwa beliau ditunjuk oleh Kepala Kanwil untuk mengikuti seminar di Jakarta, persis dengan pengumuman yang ditempel di luar gedung. Karena beliau sudah paham, beliau hanya menimpali dengan senyum dan kemudian menutup pembicaraan. Beliau pun bercerita kepada dosen lain yang sedang berada di satu ruangan bahwa ia baru saja menerima telepon penipuan itu. Menurut salah satu kawannya, beberapa hari yang lalu, pihak administrasi fakultas dimintai nomor telepon para guru besar fakultas oleh orang yang mengaku sebagai pegawai Kanwil. Wajar saja kalau kemudian prof Muslich mendapat panggilan telepon itu. Untungnya, beliau sudah tahu modus penipuan baru tersebut sehingga tidak terbawa arus untuk mengikuti tahap-tahap penipuan berikutnya.

Kisah lain, sore kemarin, ketika saya pulang dari kampus, saya sempat mampir ke ATM BTN di dekat kampus. Di atas mesin ATM saya mendapati sebendel informasi yang berjudul “The Miracle of Giving” yang diberi terjemahan di bawahnya “Keajaiban Sedekah” dengan latar belakang foto Ustad Yusuf Mansur. Karena tertarik, saya pun membawa bendel itu yang memang bertuliskan “Gratis.” Dalam hati, saya akan mendapatkan informasi mendalam tentang efek positif dari sedekah seperti misi ustad Yusuf Mansur.

Sesampai di rumah, saya coba baca isi bendel itu. Ternyata, bendel itu adalah program investasi sedekah melalui ATM BCA. Para pembaca yang berminat diharapkan mentransfer uang sebesar Rp 20.000,- ke empat nomor rekening tertentu (nomor urut 1 sampai 4). Sebagai konsekuensinya, ia akan mendapat kiriman dari orang lain ketika ia mau menggandakan dan menyebarkan bendel itu. Tentunya nomor rekeningnya akan tercantum sebagai nomor rekening yang ke-4. Intinya, ini adalah model MLM yang menjanjikan uang milyaran rupiah.

Cara bekerjanya secara detail adalah sebagai berikut. Pada minggu pertama ada 25 peserta baru yang tertarik mengikuti program. Maka, penyebar bendel yang berposisi di nomor 4 itu akan mendapatkan transfer uang segar sebanyak 25 orang x Rp 20.000,- = 500.000,-. Lalu pada minggu kedua, 25 peserta di atas mendapatkan pengikut baru sebanyak 25 orang yang akan mentransfer uang sebanyak 20.000 ke rekeningnya. Jadi akan terkumpul uang sebanyak 25 x 25 x 20.000 = 12.250.000,-. Kemudian, pada minggu ketiga, setiap 25 peserta baru mendapat masing-masing 25 peserta berikutnya sehingga ia akan mendapatkan transferan dana sebanyak 25 x 25 x 25 x 20.000 = 312.500.000,-. Terakhir pada minggu keempat, posisi orang tersebut akan menjadi posisi puncak dengan perolehan uang 25 x 25 x 25 x 25 x 20.000 = 7.812.500.000,- Dengan demikian, dalam satu bulan saja, akan terkumpul uang sekitar Rp 7,8 milyar dengan modal awal cuma 4 x 20.000 = Rp 80.000,-. Wow, keren bukan?

Dari gambaran di atas, nampaknya, model penipuan saat ini kian memikat dengan iming-iming uang berlimpah. Akhirnya, kita perlu lebih waspada agar kita tidak terjebak dalam rangkaian kebohongan yang dapat menutupi akal sehat kita. Semoga.

Senin, 26 April 2010

SYAIR ABU NAWAS


Saya merasa senang ketika kawan saya, Pak Yuda, meminta saya menuliskan untuknya syair Abu Nawas yang penuh makna. Saya sering meneteskan air mata jika merenungi arti tiap bait puisi sang Pujangga itu. Berikut ini naskah yang layak kita jadikan bahan untuk introspeksi diri di sela kesibukan kita.


إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً *** وَلاَ أَقْوَىْ عَلىَ النَّارِ اْلجَحِيْمِ
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَّاغْفِرْ ذُنُوْبِي *** فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ اْلعَظِيْمِ

ذُنُوْبِي مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ *** فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً يَا ذَالْجَلاَلِ
وَعُمْرِيْ نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ *** وَذَنْبِيْ زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي

إِلَهِيْ عَبْدُكَ اْلعَاصِ أَتَاكَ *** مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ
فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلٌ *** وَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ


Wahai Tuhanku, tidak pantas bagiku menjadi penghuni surga-Mu
Namun, aku tidak kuat dengan panasnya api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar

Dosaku seperti jumlah pasir
Maka terimalah pengakuan taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan umurku berkurang setiap hari
Sedangkan dosaku bertambah, bagaimana aku bisa menanggungnya

Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni, memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku, kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain kepada-Mu

Minggu, 25 April 2010

MENENTUKAN JENIS KELAMIN ANAK


Tadi malam saya ditanya oleh seorang sahabat tentang cara menentukan jenis kelamin anak. Kebetulan ia sudah punya dua anak perempuan dan ingin punya anak laki-laki. Saat ini istrinya sedang mengandung enam bulan. Wah, soal ini cukup menggelitik dan sulit dijawab, apalagi saya tidak punya amalan tertentu. Memang, saya telah memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan, tetapi itu bukanlah hasil sebuah rekayasa. Saya hanya mengandalkan doa dan ikhtiyar batin agar harapan saya tercapai, persis dengan usaha-usaha saya dalam mengatasi segala tantangan hidup.

Dengan teori kesehatan, para dokter dapat memberikan sejumlah saran kepada pasangan yang hendak menentukan jenis kelamin anaknya. Misalnya, suami harus banyak makan daging sedangkan istri perlu mengonsumsi sayuran jika mengharapkan kelak anaknya berjenis kelamin laki-laki. Sebaliknya, suami harus makan sayuran lebih banyak sedangkan sang istri mengonsumsi daging bila menginginkan anak perempuan. Tim medis juga bisa melakukan seleksi kromoson x dan y dalam sel sperma agar pembuahan yang diharapkan dapat terwujud. Proses semacam ini biasanya dilakukan dalam mekanisme bayi tabung.

Walaupun begitu, penentu jenis kelamin adalah Allah SWT. Manusia hanya bisa berusaha namun Zat Maha Agunglah yang akan menentukan. Allah dalam Surat Lukman: 34 menyatakan bahwa ada empat rahasia yang tidak bisa diungkap oleh manusia kecuali sedikit. Pertama adalah waktu datangnya hari kiamat, kedua adalah jenis kelamin bayi dalam rahim, ketiga adalah aktifitas yang akan dilakukan besok, dan terakhir lokasi kematiannya. Paling banter, manusia hanya bisa merencanakan, namun hasil finalnya tetap ada di tangan Allah SWT.

Kembali kepada penentuan jenis kelamin, sepanjang pengetahuan saya selama belajar agama, tidak ada satu pun metode yang disarankan berdasarkan al-Qur'an dan hadis untuk menentukan jenis kelamin anak. Allah SWT telah menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan akan mendapat perlakukan yang sama di hadapan-Nya, khususnya dalam hal pembalasan kebaikan dan keburukan. Kalaulah ada bacaan tertentu yang mustajab, pastilah Rasulullah SAW akan memiliki banyak anak laki-laki dan bacaan itu akan sampai kepada kita. Kenyataannya, dari delapan anak yang dimiliki Nabi SAW, hanya dua anak yang berjenis kelamin laki-laki dan mereka pun telah meninggal saat balita. Hal ini persis dengan firman Allah SWT yang menerangkan bahwa Muhammad SAW bukanlah ayah dari seorang manusia berjenis kelamin laki-laki, tetapi merupakan rasul dan penutup para nabi. Dengan demikian, jelaslah bahwa Allah SWT dan Rasulullah SAW tidak memberikan rumus khusus untuk menentukan suatu jenis kelamin. Allah SWT hanya memberikan satu doa agar kita diberi keturunan yang dapat menyejukan hati (qurratu a'yun) tanpa mempedulikan jenis kelaminnya.

Akhirnya, anak adalah karunia dan amanah besar yang harus kita jaga. Mereka adalah investasi berharga untuk akhirat kita. Doa mereka akan selalu kita nanti kelak di alam baka. Oleh karenanya, apapun jenis kelamin anak kita, mereka harus tetap kita didik dan arahkan agar menjadi generasi yang bermanfaat untuk kemajuan Islam di masa depan. Amin.

Sabtu, 24 April 2010

LOMBA BELI MOBIL


Beberapa minggu terakhir ini, ada warna baru di kampung Gus Muh. Sejumlah mobil berderet di pelataran rumah-rumah warga. Bukan mobil keluaran baru, tetapi paling tidak, mobil-mobil itu baru dibeli. Lomba beli mobil rupanya sedang melanda warga dusun Kauman itu.

"Gus, gimana pendapat sampeyan tentang banyaknya mobil di kampung kita ini?" tanya kang Karyo saat melintas. Gus Muh yang sedang menyirami bunga di halaman tampak tersenyum. Baginya, ini pertanda tingkat ekonomi warga mulai meningkat. Ia patut bersyukur akan hal itu.

"Yo, ora opo-opo tho, Kang. Itu kan hak mereka untuk membeli mobil. Semoga saja mobil mereka berkah dan manfaat, setidaknya dapat membantu tetangga jika nanti ada yang memerlukan."

"Bukan itu maksudku, Gus. Ini lho, ternyata ada beberapa warga yang bilang kepada saya bahwa jor-joran beli mobil itu dipicu rasa gengsi antar warga, sehingga ada yang nekad beli mobil dengan ngutang sana-sini sampek menggadaikan sertifikat rumah!"

"Waduh, mosok begitu, Kang? Aku kok baru denger. Sampeyan ini tahu aja tho, Kang? Suka nguping, ya?"

"Nggak gitu, Gus. Saya cuma prihatin, ternyata tingkat kedewasaan warga kita belum menggembirakan. Kemarin sore, saya sempat bertemu Pak Sembung yang mengeluh karena istrinya ingin punya mobil seperti yang lain. Padahal, untuk makan sehari-hari saja masih susah. Trus, tiga hari yang lalu, Pak Udin juga cerita kalau sertifikat rumahnya sedang dijaminkan ke bank untuk melunasi mobilnya. Dari situ, saya dapat menyimpulkan bahwa beberapa orang yang sekarang punya mobil itu ternyata didasari oleh persaingan kurang sehat."

"Lha kalau begini keadaannya, kita perlu menyadarkan mereka bahwa kebahagiaan itu bukan terletak pada kemewahan semata. Jangan sampai, bujukan hawa nafsu menyebabkan mereka tidak dapat berpikir sehat."

"Betul, Kang. Mobil memang perlu, tetapi ada yang lebih penting lagi, yakni kedamaian dan kebahagiaan batin. Kalau punya mobil tetapi kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi, ini bisa bisa berbahaya. Oleh sebab itu, saya mohon Gus Muh sebagai tokoh yang dituakan di sini, berkenan untuk menasehati mereka," tukas Kang Karyo meyakinkan.

"Baik, Kang. Terima kasih. Saya akan berusaha untuk menyadarkan mereka semampu saya."

"Kalau gitu, saya permisi dulu, Gus. Assalamualaikum..."

"Wa alaikum salam..."

Kamis, 22 April 2010

SERUNYA UJIAN KOMPREHENSIF

Kalau saya ditanya tentang sidang ujian yang paling mengkhawatirkan selama hidup saya adalah ujian komprehensif saat saya menempuh program doktor di IAIN Walisongo. Bagi saya, ujian ini mempunyai tantangan berat dengan ragam soal yang paling variatif. Tim penguji yang terdiri dari para profesor dan pakar hukum berhak menanyakan apa saja, baik yang berkaitan dengan makalah yang dipresentasikan maupun bidang keilmuan lain yang dianggap serumpun. Persiapan menghadapi ujian ini melebihi persiapan ujian akhir nasional ketika saya masih sekolah di bangku SMP atau SMA.

Ujian ini akan menentukan kompetensi seorang mahasiswa. Jika lulus, sang mahasiswa berhak memasuki tahap berikutnya. Namun, bila gagal, ia harus membuat tulisan baru, membayar registrasi yang cukup mahal, dan mempresentasikan naskahnya di hadapan para penguji. Itulah sebabnya, kawan-kawan yang merasa belum siap sering dihantui perasaan takut dan was-was. Bedasarkan pengalaman kawan-kawan yang ujian terlebih dahulu, mereka begitu stres dan kehabisan energi saat menjawab pertanyaan tim penguji yang memberikan pertanyaan di luar dugaan. Ekspresi kaget, bingung, dan akhirnya diam seringkali ditemui dalam forum itu. Alhasil, kesan seram dan kejam tak dapat dihindarkan.

Meskipun begitu, alhamdulillah, berkat doa dan dukungan semua pihak, saya akhirnya telah berhasil melalui tahap ujian komprehensif tanggal 21 April 2010. Perasaan gembira tak dapat saya tutupi karena saya setidaknya telah mampu melalui tantangan yang sempat membuat saya kurang tidur. Semoga proses ini dapat terus berjalan sehingga kesempatan untuk menyelesaikan studi secara tepat waktu semakin terbuka lebar. Amin

Rabu, 21 April 2010

RUKUN SUKSES ORGANISASI

Organisasi merupakan kumpulan orang yang bekerja sama untuk meraih satu tujuan. Ada 5 hal yang harus dimiliki oleh organisasi agar mampu bersaing dan sukses menjadi yang terdepan.

1. Intelektual
2. Finansial
3. Sosial/trust
4. Manajerial
5. Network

Selasa, 20 April 2010

IMAN DOMINATIF DAN IMAN DEKORATIF


Iman adalah penentu jalan hidup seseorang. Dalam Islam, rukun iman terdiri dari enam perkara, yakni iman kepada Allah, Rasul, Malaikat, Kitab, Hari Kiamat, dan Qadla-Qadar. Keimanan itu akan memenuhi hati seorang muslim yang kemudian akan direfleksikan dalam aktifitas sehari-hari.

Sayangnya, refeksi iman itu berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain. Ada sebagian orang yang mampu menjadikan iman sebagai penunjuk arah yang menghiasi setiap kesempatan. Kelompok ini berani menelan 'pil pahit' ketimbang harus mengorbankan imannya. Iman menjadi sangat dominan dalam warna hidupnya sehingga dapat dikatakan sebagai iman dominatif. Sebaliknya, ada sebagian orang yang memperlakukan iman sebagai lipstik. Iman hanya sebatas pemanis atau sekedar identitas. Iman semacam ini dapat disebut sebagai iman dekoratif.

Dalam kehidupan nyata, iman dominatif akan mengarahkan seseorang untuk tetap memegang teguh ajaran agamanya walapun dalam situasi sulit. Tetapi, iman dekoratif sifatnya hanya sementara. Ia hanya akan memberikan warna iman bagi seseorang jika status iman itu menguntungkan bagi orang tersebut. Apabila kondisi tidak memungkinkan, pemilik iman dekoratif akan mudah berpaling dari Islam.

Nah, sekarang, bagaimana status iman kita? Tentunya, kita diharapkan menjadi muslim taat yang memiliki iman kuat sehingga mampu menjadi pilar menegak syariat di jagat ini. Semoga.

Senin, 19 April 2010

TANTANGAN SEORANG MUALAF


Status mualaf jelas bukan impian banyak orang. Seringkali, ketika seseorang mendapat hidayah dan ingin memeluk Islam secara sempurna, tantangan dari dalam dan luar dirinya datang bertubi-tubi. Tantangan dari dalam semisal merubah keyakinan lama yang sudah tertanam dalam hati merupakan proses pergolakan batin yang melelahkan. Selain itu, kecaman keluarga semakin menyudutkan diri sang mualaf. Oleh sebab itu, anugerah sebagai Muslim sejak lahir adalah karunia yang patut disyukuri.

Sebut saja Riki. Lelaki lajang ini sebenarnya sudah lama ingin masuk Islam. Ia sering berdiskusi dengan kawan-kawannya tentang ajaran Islam. Terpukau hatinya untuk segera mengikrarkan dua kalimat syahadat. Sayangnya, ayahnya begitu geram ketika mendengar niatnya masuk Islam. Bagi sang ayah, Islam adalah agama yang terlalu ribet, banyak konflik, dan dipenuhi oleh orang-orang miskin. Kalaulah ada yang kaya, mereka tidak peduli dengan nasib orang-orang yang tak mampu.

Riki berusaha keras meyakinkan ayahnya tentang indahnya Islam. Sayangnya, ia belum berhasil dan bahkan diancam akan dikeluarkan dari silsilah keluarganya jika ia menjadi Muslim. Pergulatan batin ini membuat Riki bertahan dengan agama lamanya karena ia memang secara ekonomi masih bergantung pada ayahnya.

Setelah ia lulus SMA, ia memberanikan diri untuk merantau ke sebuah kota yang jauh dari kampung halamannya. Ia meminta restu orang tuanya untuk belajar hidup mandiri, di samping niatnya untuk masuk Islam sudah bulat. Meskipun diiringi dengan hardikan ayahnya, Riki tetap bersikap sopan dan hormat kepada orang tuanya saat berpamitan.

Di kota baru itu, Riki menemui seorang kiayi pemimpin sebuah pondok pesantren agar ia dibimbing mempelajari Islam. Akhirnya, pada sebuah malam Jumat selepas Isya', Riki membaca dua kalimat syahadat di hadapan kiayi itu dan disaksikan oleh ratusan santri. Ia pun tenang dalam Islam dan siap menjadi mujahid fillah demi tegaknya kalimat tauhid di lingkungannya. Di pesantren itu, Riki kini bertekad untuk mendalami al-Quran dan al-Hadis agar hidupnya dapat menapaki jalan ilahi. Ia tidak ingin lagi hidup dalam kebimbangan. Semoga Allah menguhkan hatinya dan selalu memberikan sinar petunjuk-Nya. Amin

Semoga

Sabtu, 17 April 2010

SEPONDOK LIMA CINTA



Inilah Gambar Kyai Mahfud sekeluarga
Beliau telah sukses menjaga keharmonisan rumah tangga

Meski beristri empat dan tinggal satu rumah
Cinta mereka tetap merekah

Siapa mau menyusul?

Selasa, 13 April 2010

JANGAN TAKUT GAGAL

Gagal hanyalah penghubung untuk mencapai keberhasilan
Gagal akan mengajari kita untuk terus berjalan
Selalu sabar dan berani berkorban

Gagal bukan momok yang harus ditakuti
Atau jurang yang perlu dihindari
Gagal harus disikapi dengan semangat perjuangan tinggi
Agar tak menyesal suatu saat nanti

Tatkala gagal, bukan berarti mati total
Ini berarti ada kesempatan untuk menyempurnakan sedari awal
setiap langkah yang mungkin kurang maksimal
agar di kemudian hari kita akan selalu siap mental

Jangan takut gagal, Kawan
Niscaya hidupmu akan berkesan
Dengan segudang prestasi membanggakan
Kau kan dikenang sebagai teladan

BERKELANA


Seperti janjinya, gus Muh ingin menemui cak Midun sehabis shalat Isya'. Ia sudah pamitan ke yuk Ning kalau malam ini ia ingin bercengkrama dengan kawan-kawannya di mushalla. Bahkan ia sudah menyiapkan singkong goreng hangat untuk menemani obrolan santai.

Gus Muh mencari-cari sosok cak Midun yang biasa berada di shaf depan. Kali ini gus Muh mengambil tempat di shaf kedua. Ia ingin sekali melanjutkan bicang-bincangnya dengan cak Midun tadi pagi. Setelah shalat usai, ia menunggu dengan sabar selesainya cak Midun berdoa.

"Assalamualaikum, Gus..., apa kabar, sehat?"

"Wa alaikum salam, Cak..., alhamdulillah, baik."

Keduanya melanjutkan topik tadi pagi. Kadang-kadang terdengar gelak tawa di antara mereka. Kang Karyo yang biasanya langsung pulang ikut nimbrung sambil mencicipi singkong.

Setelah beberapa saat berdialog tentang seputar pengalaman hidup, percakapan itu berlanjut dengan pembicaraan yang agak serius.

"Gus, kalau boleh, saya ingin konsultasi tentang rencana saya untuk ke luar Jawa."

"Lho, kok ndadak, tho, Cak? Saya ini sudah kadung senang bisa ketemu cak Midun, kok malah mau pergi. Saya ingin belajar ngaji, Cak." Gus Muh keceplosan tentang niatnya ingin mengaji. Tadi siang yuk Ning telah menyarankan dirinya untuk meminta waktu cak Midun mengajari mengaji. Siapa tahu, cak Midun bersedia. Rencananya, niat itu akan disampaikannya di akhir percakapan. Namun sayang, cak Midun ternyata mau pergi, jadi ia sampaikan saja niatnya itu segera agar cak Midun menunda keberangkatannya.

"Maafkan saya, Gus. Rencana ini sebenarnya sudah lama. Tapi, baru sore ini keputusan itu saya ambil. Pak Lek saya di Kalimantan membutuhkan tenaga saya untuk mengabdi di pesantren. Di sana, pak Lek berjuang sendirian. Berkali-kali saya diminta untuk membantunya untuk mengelola pesantren."

Gus Muh berusaha meredam kecewanya. Ia sadar bahwa setiap orang berhak berkembang sesuai dengan cita-citanya. Mumpung masih muda, biarlah cak Midun berkelana. Cak Midun yang jebolan pesantren Lirboyo memang layak untuk menjadi ustad. Cara bicaranya santun, raut mukanya teduh, tatakramanya sopan, pendeknya setiap orang yang melihatnya akan senang dengan pancaran auranya. Oleh sebab itu, ia harus ikhlas dan bahkan perlu mendoakan agar cak Midun selamat dan sukses di tempatnya yang baru.

"Baiklah, Cak. Saya ikut mendoakan semoga cak Midun kerasan dan berhasil mengembangkan pesantren di sana. Selamat jalan, Cak!" suara gus Muh lirih.

Senin, 12 April 2010

L E G A


Situasi apa yang paling membahagiakan di dunia ini? Banyak, tentunya. Salah satunya adalah ketika pekerjaan berat telah usai. Lega....rasanya...plooonggg....

Di saat pekerjaan menumpuk dan menuntut untuk segera diselesaikan, tekanan jiwa tentu menjadi salah satu konsekuensinya. Tenaga diforsir sedemikian rupa hingga waktu istirahat pun digadaikan. Memang begitulah pengorbanan seseorang jika ingin meraih hasilnya maksimal. Jika tidak, penyesalan tinggallah penyesalan. Kerja banting tulang saja kadang belum cukup, capaiannya pun masih belum seperti harapan. Apalagi jika santai-santai, tentu prestasinya pun akan datar-datar saja.

Mumpung masih ada kesempatan, selagi masih muda, berpetualang dengan berbagai pengalaman akan mengajari kita untuk mampu bersikap lebih bijaksana. Semoga

Minggu, 11 April 2010

BELAJAR 'ENTREPRENEURSHIP' DI PESANTREN RIYADHUL JANNAH MOJOKERTO


Kemarin, Sabtu 10 April 2010, saya dan kawan-kawan memperoleh pengalaman baru dalam pengembangan usaha berbasis pesantren. Rombongan Pusat Kajian Zakat dan Wakaf “eL-Zawa” yang terdiri dari lima pengurus dan tiga volunteer itu bertolak dari Malang pada pukul 07.00 WIB dan sampai di tempat tujuan, Pesantren Riyadhul Jannah, Pacet, Mojokerto, sekitar pukul 09.30 WIB. Perjalanan dinas yang merupakan instruksi langsung dari rektor membuat kami penasaran tentang kiprah pesantren ‘Rijan’ itu.

Sesampai di lokasi, kami langsung disambut oleh Gus Yusuf, putra pendiri pesantren. Kami diajak keliling pesantren yang luasnya 2 ha. Menariknya, pesantren yang telah berdiri sejak 1991 itu tidak hanya berwujud bangunan fisik tempat belajar, namun sejumlah unit usaha bisnis telah terbentang di sana. Di antaranya adalah pertanian aneka sayuran organik, peternakan berbagai jenis ikan, peternakan bebek, air minum kemasan, taman bunga, dan mini market. Selain itu, mereka juga memiliki kebun kelapa sawit dan sagu di Malaysia, sejumlah rumah makan (Quick Chicken dan Wong Solo) , butik, dan pabrik tas. Tentu, kami sempat dibuat kagum oleh model manajemen yang mereka kembangkan dengan nuansa pesantren yang kental.


Sebelum berdialog dengan pimpinan pesantren, Kiyai Mahfud, kami diberi kesempatan untuk beristirahat sejenak di wisma tamu. Jumlah kamar yang tersedia tidak kurang dari 20 ruang. Wisma ini disediakan secara cuma-cuma bagi pengunjung. Suasana Pacet yang berada di pegunungan membuat kami betah berlama-lama di pesantren itu. Suhu udara di Pacet mirip dengan udara di kota Batu Malang. Memang, Pacet secara geografis lebih dekat dengan Batu ketimbang dengan Surabaya.

Setelah beberapa saat, kami pun diundang untuk memasuki ruang pertemuan untuk berdialog dengan kiayi. Kebetulan saat itu ada juga sejumlah tamu dari Temanggung yang ingin berguru tentang bercocok tanam secara organik.

Pada awal ceramah, Kyai Mahfud menyampaikan bahwa bangsa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju. Hanya saja, berbagai tantangan termasuk persaingan usaha telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu jajahan baru bagi penguasa ekonomi dunia seperti Amerika dan Israel. Misalnya, petani tidak boleh membuat benih sendiri. Mereka harus membeli bibit tanaman dari perusahaan yang notabene milik Amerika. Untuk itu, perjuangan ekonomi harus digalakkan semampu kita dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada, seperti tanah pertanian yang subur dipoles dengan skill pertanian yang mumpuni, persis seperti yang dijalankan pesantren itu.

Selain itu, mental korup para birokrat Indonesia seringkali ‘mencekik’ pengusaha. Pengusaha diwajibkan untuk mengurus berbagai prosedur yang rumit untuk memperoleh ijin usaha. Ditambah lagi, petugas pajak yang sering menipu pengusaha. Pak Yai menceritakan bahwa beliau pernah didatangi petugas pajak yang memintanya untuk membayar pajak sekitar 22 juta pada awal usahanya di tahun 1982. Padahal setelah dikonfirmasi kepada kawannya yang bertugas di pajak, ia hanya dikenakan biaya sekitar 18 ribu. Inilah mengapa fenomena markus semacam Gayus menjadi tidak aneh.

Kiayi yang lembut itu belajar betul dari pengalaman hidupnya yang pahit. Sejak balita beliau telah menjadi yatim piatu. Tinggal bersama neneknya yang kreatif, beliau berkembangan menjadi sosok yang tahan banting dan berani menghadapi resiko. Berbagai macam profesi telah beliau jalani demi melanjutkan hidup. Dengan kecerdasannya, beliau pernah mendapat beasiswa untuk kuliah di Madinah. Sepulang dari Madinah, beliau berkelana keliling Indonesia dengan mendirikan pesantren. Ketika pesantren yang dibuat itu sukses, beliau kemudian menyerahkan pengelolaan pesantren itu kepada kawannya. Lalu, beliau mencari tempat baru untuk mengembangkan pesantren lagi. Begitu seterusnya hingga akhirnya beliau meneguhkan diri untuk tinggal di Mojokerto.

Pertemuan itu dilengkapi dengan diskusi. Kami berdialog tentang sistem yang diterapkan di pesantren. Beliau menjelaskan bahwa para santri yang jumlahnya lebih dari 200 orang diajari tentang kehidupan nyata dengan terlibat aktif dalam pengembangan usaha. Tidak hanya ikut serta dalam pengelolaan pertanian, mereka juga menjadi penggerak usaha bisnis lain seperti di rumah makan dan swalayan. Meskipun begitu, mereka tetap diwajibkan untuk belajar formal, seperti belajar di kelas, kuliah, hingga mengaji sorogan pada kiayi. Pesantren itu telah membuat sistem yang menggabungkan antara belajar formal di kelas dan belajar kehidupan di lapangan.

Kiyai Mahfud memiliki keunikan tersendiri. Di balik keberhasilannya berbisnis dan ketegasannya dalam memimpin pesantren, beliau memiliki 4 orang istri dan 20 anak yang semuanya itu tinggal di satu rumah. Luar biasa, bukan? Beliau memiliki prinsip sederhana untuk menjaga relasi harmonis dalam keluarga, yakni menjaga komitmen bersama dengan kesadaran diri dan saling mengalah.

Diskusi yang berlangsung hangat itu diakhiri dengan doa dari kiayi dan santap siang dengan olahan hasil pertanian sendiri. Hidangannya sangat menarik seperti sayur kangkung organik, ikan gurami bakar, dan ikan mujair goreng. Mereka begitu bangga dapat menjamu tamu tanpa harus mengeluarkan biaya banyak.

Setelah puas bersantap siang, kami diajak berkunjung ke Swalayan Rijan, rumah makan Quick Chicken, dan rumah makan Wong Solo yang dikelola oleh para santri. Swalayan Rijan yang cukup besar juga hanya dikelola oleh tiga orang santri. Adapun pada usaha rumah makan, Kiyai Mahfud bertindak sebagai pemilik modal sedangkan Quick Chicken dan Wong Solo sebagai pemilik merk dagang. Sejumlah santri juga terlibat aktif pada usaha ini.

Akhirnya, kami pun pamit sekitar pukul 16.00 WIB untuk kembali ke Malang. Kami sangat senang mendapat pelajaran baru dari pesantren Rijan. Semoga kelak eL-Zawa dapat bekerja sama dengan pesantren itu untuk membangun perekonomian umat berbasis zakat dan wakaf. Amin. Wa Allah a’lam.

Sabtu, 10 April 2010

L E L A H



HARI-HARI PENUH KERJA KERAS
ENERGI KREATIF TUNTAS TERKURAS
KERINGAT MENGUCUR DERAS
BAK KAIN YANG DIPERAS

MULAI FAJAR MENYINGSING HINGGA TENGAH MALAM
DARI MENTARI MENGINTIP HINGGA TENGGELAM

LETIH LELAH
BADAN GERAH
INGIN REBAH
LURUSKAN PUNGGUNG ALIRKAN DARAH
PEJAMKAN MATA YANG KIAN MEMERAH

TAPI
PASTI PATUT DISYUKURI
HARAPAN TELAH TERCAPAI
MESKI LELAH NAMUN TETAP BERSERI
PUASNYA HATI TAK TERPERI

BUKANKAH ALLAH TELAH BERFIRMAN
SETELAH MELALUI RIBUAN KESULITAN
TERBENTANG SEJUTA KEMUDAHAN
BAGI MEREKA YANG TETAP BERIMAN

IMAN…YA…IMAN
SEPOTONG KATA YANG RINGAN DIUCAPKAN
NAMUN SANGAT SULIT DILAKUKAN
IMAN DAPAT MENGARAHKAN
JALAN HIDUP SESEORANG
HINGGA DENTANG AKHIR ZAMAN

Rabu, 07 April 2010

KEMBALI KE MUSHALLA



Pagi masih gelap. Gus Muh telah selesai menunaikan shalat subuh berjamaah di mushalla dekat rumahnya. Hatinya terasa tenteram dan damai karena dapat bersua kembali dengan kawan-kawannya yang sempat mengelukan kedatangannya. Ia tak menyangka kalau para tetangganya itu menyambut kehadirannya di tempat ibadah tersebut dengan ramah. Maklum, ini hari pertama ia shalat berjamaah setelah lama menghilang.

Sebenarnya ia sempat agak segan pergi ke mushalla. Sibuk bekerja, sakit yang panjang, dan musibah yang bertubi-tubi telah membuatnya jauh dari kegiatan ritual. Tetapi, sejak muncul kesadaran akan kebesaran Tuhan melalui berbagai pengalaman barunya, ia pun meneguhkan diri untuk lebih giat beribadah. Tuhan telah menegurnya dengan lembut.

Gus Muh tidak akan malu meski dianggap seperti orang yang "baru masuk Islam". Islam memang telah dipeluknya sejak kecil sebagai agama keturunan, namun rasanya belum mendarah daging seperti kakeknya yang kiayi itu. Dulu, keislamannya sering ia tutupi agar bisa bergaul dengan beragam orang sesama sopir. Maklum, bepergian tiap hari dan berhenti di sembarang warung kopi membuatnya lupa kehidupan akhirat. Teman bergaulnya tidak ada yang mengajaknya shalat, mengaji apalagi puasa. Tapi, ya sudahlah, itu dulu. Sekarang, ia sudah tobat.

Sakit paru-paru yang cukup akut mengajarinya untuk bersabar. Kasus tabrakan beberapa waktu lalu membuatnya kian hati-hati. Pengalaman mendekam di tahanan mengingatkan betapa Tuhan masih sayang padanya. Ia ingin selalu dekat dengan-Nya. Ia terlanjur jatuh cinta dengan Allah, Tuhannya. Salah satunya adalah dengan shalat berjamaah seperti pagi ini.

"Apa kabar, Gus? Senang bisa bertemu lagi." Cak Midun menyapa, memecahkan lamunannya. Kawan yang satu ini memang rajin ke Mushalla. Ia bahkan menjadi penggerak utama kegiatan pengajian di kampungnya.

"Baik, Cak. Alhamdulillah. Aku bersyukur bisa ke mushalla lagi." Mereka pun berjalan bareng.

"Saya tentu bangga dengan Gus Muh yang kian shaleh sekarang." Cak Midun memuji.

"Ah, nggak, biasa saja. Saya sekarang sepertinya lahir kembali. Saya sedih telah berbuat hal-hal yang merugikan. Saya sekarang kian sadar, kalau masa hidup saya semakin pendek. Entah besok, atau lusa, tahun ini atau tahun depan, pasti saya akan meninggal. Itulah sebabnya, selagi saya punya kesempatan, saya ingin memperbaiki jalan hidup saya. Cak Midun nggak keberatan tho kalau saya minta nasehat dan arahannya? Saya senang bisa bergaul dengan orang seperti Jenengan."

"Gus Muh bisa aja. Saya justru ingin berguru kepada Antum. Saya ini apalah, bisanya cuma begini ini. Lain waktu saya akan sowan ke rumah Gus Muh untuk belajar tentang kehidupan," jawab Cak Midun merendah.

"Wah, kayaknya kita bisa ngobrol di mushalla aja. Nanti malam saya akan datang lagi. Cak Midun tidak ada acara, kan?" Gus Muh bersemangat.

"Ya, nanti malam saya longgar, Gus!"

Akhirnya mereka sampai di ujung jalan. Cak Midun menjabat erat tangan Gus Muh sambil mengucap salam. Senyum cerah menghiasi bibir mereka. Kini,lembaran baru hidup Gus Muh siap menanti.

Selasa, 06 April 2010

RAJIN VS CERDAS



ORANG RAJIN AKAN BISA MENGALAHKAN ORANG CERDAS

BANYAK PRESTASI YANG DITOREHKAN ORANG RAJIN MESKIPUN KECERDASANNYA HANYA RATA-RATA

ORANG CERDAS TAPI TIDAK RAJIN AKAN KETINGGALAN KARENA KEANGKUHANNYA

ORANG RAJIN SEKALIGUS CERDAS AKAN MUDAH MENJADI JUARA

ORANG RAJIN, CERDAS, PLUS RELIGIUS AKAN MUDAH MENJADI BAHAGIA

BERCERMIN PADA FATIHAH KITA (1)


Setiap hari kita wajib mendirikan shalat sebanyak lima kali dengan rakaat yang berjumlah 17. Kurang dari itu,seorang muslim akan dipertanyakan keislamannya. Bangunan keislaman seseorang akan dinilai kokoh ketika pelaksanaan shalatnya lengkap dan sempurna. Sebaliknya, kehancuran pilar-pilar keislaman seseorang bergantung pada pengabaikan shalatnya. Dalam shalat, kita wajib membaca surat al-Fatihah pada setiap rakaat. Tanpa itu, rakaat yang dilakukan dianggap tidak sah, kecuali statusnya sebagai makmum masbuq dalam shalat jamaah. Oleh sebab itu, dalam satu hari, seorang muslim pasti membaca surat pembuka kitab itu paling tidak sebanyak 17 kali. Pertanyaan yang muncul kemudian, mengapa harus berkali-kali?

Allah sangat paham karakter manusia. Untuk menancapkan sebuah keyakinan dalam hati seseorang, perlu sejumlah proses pengulangan. Eksperimen dan ekperien keberagamaan menjadi penting. Keyakinan seseorang akan begitu mendalam jika ia melihat, merasakan, atau mengalami hal tertentu beberapa kali. Misalnya, air mendidih dapat menyebabkan kulit melepuh. Jika belum ada kasus yang menunjukkan hal itu beberapa kali, niscaya orang tidak akan percaya. Karena banyaknya pengalaman yang menguatkan statemen bahwa air mendidih itu panas dan karena itu jika mengenai kulit akan membuatnya melepuh, maka dengan penuh keyakinan, orang tersebut akan waspada ketika berdekatan dengan air mendidih. Contoh lain, bir itu memabukkan. Pada awalnya, orang beranggapan bahwa bir hanyalah sebuah jenis minuman biasa. Tetapi, karena banyaknya kasus yang mengindikasikan bahwa bir bisa membuat orang tidak dapat mengontrol kesadaran dirinya, maka akhirnya dipercaya bahwa bir bisa memabukkan. Keyakinan ini tentu tidak lepas dari proses pengulangan yang terjadi.

Hal ini sama dengan perintah shalat yang diwajibkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman. "Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku" demikian firman Allah tentang tujuan utama shalat. Shalat tidak hanya rangkaian gerakan dari takbiratul ihram hingga salam, lebih dari itu, shalat adalah sekumpulan doa yang menghubungkan seorang hamba untuk lebih dekat dengan penciptanya. Kesadaran itu tercermin dalam bait-bait bacaan dalam shalat termasuk surat al-Fatihah. Karena banyaknya bacaan dalam shalat, baiklah pada kesempatan ini, kita fokuskan bahasan tulisan ini kepada surat al-Fatihah.

Surat al-Fatihah diawali dengan basmalah. Mayoritas ulama sepakat bahwa lafal basmalah merupakan ayat pertama dalam surat al-Fatihah. Hal ini dapat dilihat pada setiap lembar pertama al-Qur'an yang memberikan angka 1 pada kalimat basmalah ini. Basmalah mengandung pernyataan kesadaran seseorang akan keberadaan Tuhannya, "Dengan menyebut Nama Allah, yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang." Allah diakui sebagai nama agung (lafal jalalah) yang mengungguli sekian nama tuhan buatan manusia. Diakui bahwa kesadaran akan ketuhanan selalu bersemayam di hati manusia. Bahkan dalam berbagai penelitian ilmiah ditemukan dalam otak manusia, ada sebuah titik yang disebut sebagai Godspot. Titik ketuhanan ini selalu bergetar ketika seseorang menyadari kelemahan dirinya dan mengakui kebesaran sang Pencipta. Ia yakin, ada kekuatan besar yang berada di luar dirinya yang berkuasa mengontrol roda kehidupannya. Ia adalah Tuhan. Allah dalam al-Fatihah ini hendak menuntun manusia bahwa hanya Allah SWT-lah Tuhan yang patut disembah. Dia adalah Tuhan yang memiliki kasih sayang sempurna untuk semua hamba-Nya sepanjang masa, baik yang kelihatan mata maupun tidak, baik di bumi maupun di langit. Seluruh maha karya-Nya di jagat raya ini selalu menerima tumpahan cinta kasih-Nya. Dengan demikian, basmalah yang sering disebut sebagai induk dari surat al-Fatihah mendorong manusia untuk meneguhkan keimanan bahwa Allah adalah Tuhannya, Tuhan yang Maha Pengasih untuk kehidupan dunianya dan Maha Penyayang untuk kehidupan akhiratnya.Itulah sebabnya basmalah dianjurkan untuk dibaca di awal setiap perbuatan kita agar aktifitas kita itu menjadi bernilai ibadah dan akan mendapat perlindungan dari-Nya.

Ayat kedua adalah kalimat hamdalah yang berbunyi "Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam." Mustahil kiranya mencari tandingan atas kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Jelas, memang Dia adalah Tuhan yang Satu, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak butuh pengabdian manusia tetapi sebaliknya justru manusia membutuhkan untuk mengabdi pada-Nya. Tentu merupakan tindakan tidak masuk akal ketika seorang manusia mengunggul-unggul dirinya dan menganggap sempurna dengan segala kemampuannya. Ia bahkan ingin menandingi Tuhan. Sungguh, segala pujian hanya milik Allah. Tak ada manusia manapun yang berhak atas sebuah pujian. Apa yang mampu dilakukan orang seorang manusia hanyalah manifestasi dari kekuatan Allah yang dititipkan pada dirinya. Misalnya, kesempatan menulis semacam ini tidak lepas dari energi Allah yang ditransfer melalui makanan yang diasup dan rangkaian anggota tubuh yang bekerja secara simultan. Jika Allah menghendaki lain, misalnya sakit mata, sakit kepala, atau sakit pada jemari, niscaya tulisan ini tidak akan pernah terwujud. maha Suci Allah, yang memiliki kekuasaan yang tiada batas. Ungkapan syukur hanya patut dipersembahkan untuk-Nya. Wa Allah a'lam (bersambung)

Senin, 05 April 2010

MENUAI TANANAM KEBAIKAN


Gus Muh begitu girang ketika sampai di depan rumah. Pengalaman berat yang baru saja ia alami telah berlalu. Tergambar di benaknya bahwa Yuk Ning akan kaget ketika tahu ia sudah bebas. Tak sabar hatinya melihat senyum indah istrinya itu.

"Dik...Assalamualaikum...!!!" suara keras Gus Muh memecah kesunyian. Tak ada jawaban dari dalam. Gus Muh mengulang salam hingga lima kali. Ia menjadi gelisah, rumah terkunci rapat dan tak ada tanda-tanda orang membukakan pintu. Sambil mondar-mandir, ia mengawasi suasana sekitar yang lengang. Pikiran macam-macam mulai memadati hatinya. Jangan-jangan istrinya sedang sakit keras, atau sedang pulang kampung, atau ia sedang bersama orang lain. "Ah, tak mungkin..." sergahnya dalam hati.

Bayangannya buyar. Impiannya sepanjang jalan saat pulang dari tahanan tidak jadi kenyataan. Yuk Ning tidak menyambutnya. Hanya suara kawanan burung Ketilang yang bermain di antara dedaunan di pohon Mangga dekat rumahnya yang sejak tadi menghiburnya. Gus Muh duduk di beranda. Ia bingung harus kemana mencari istrinya.
Karena kelelahan, ia mengantuk. Tidur.

***

"Kang...ini benar kang Muh..." suara berisik membangunkan Gus Muh. Yuk Nik ternyata sudah ada di depan matanya. "Oh..istriku..." tangis haru pun meledak. Suami istri yang sudah cukup umur itu tenggelam dalam haru.

"Kang, kok bisa pulang...kabur to Kang?" tanya Yuk Ning penuh selidik. Ia khawatir polisi akan datang menjemput Gus Muh dan menjebloskan lagi ke penjara.

"Tenang, Dik...aku nggak kabur..., aku bisa bebas karena pak Arif, saudaranya Bos Jono, telah memberikan jaminan untukku..."

"Alhamdulillah...Kang....!" Yuk Ning kembali menangis. Ia ingat betul kisah pak Arif yang pernah ditolong suaminya saat dikeroyok gerombolan perampok di rumahnya. Waktu itu, Gus Muh sedang menginap di sana. Gus Muh yang pernah menjadi pelatih pencak Silat Bangau Putih itu melancarkan serangan bertubi-tubi kepada orang-orang tak dikenal yang sempat mengikat pak Arif. Nyawa Gus Muh saat itu sempat terancam oleh hunusan pedang dan clurit. Gus Muh muda mampu menaklukkan mereka dengan tendangan keras yang mengecoh tepat di kepala masing-masing. Senjata mereka dapat dilumpuhkan dan mereka pun lari tunggang-langgang. Pak Arif pun akhirnya selamat.

Ini rupanya buah dari tanaman yang kebaikan yang pernah diberikan Gus Muh. Dalam pepatah Jawa ada ungkapan "Sopo sing Nadhur, mesti Ngunduh." Ungkapan itu sungguh tepat untuk menggambarkan pengalaman Gus Muh hari ini. Yuk Ning berdoa semoga kebaikan Pak Arif akan berbuah kebaikan pula suatu saat kelak.

Minggu, 04 April 2010

BELAJAR KERAMAHAN DARI PENJUAL ARLOJI


Hari Minggu ini saya dan keluarga jalan-jalan ke pasar Boja, di wilayah Kendal. Saya ingin mencari toko arloji untuk ganti baterei. Telah lama saya menanti kesempatan untuk memperbaiki jam tangan saya satu-satunya itu. Selama tidak ada arloji, saya hanya mengandalkan Hp sebagai penunjuk waktu. Repotnya, kalau Hp telah saya masukkan ke saku tas, sedangkan saya ingin segera mengetahui waktu, saya tidak bisa cepat melihat jam, sebab saya harus merogoh saku tas dulu barulah puas melihat waktu. Saya kadang agak kesal kalau ada orang yang menanyakan waktu. Kalaulah Hp sedang di saku baju atau celana, saya bisa cepat menjawab. Tetapi jika saya lupa menaruhnya atau Hp ketinggalan di rumah, hal ini bisa menjadi petaka besar…! Rasanya, tanpa arloji melingkar di tangan, saya menjadi sering linglung karena tidak bisa mengatur waktu.

Kebetulan pagi ini istri saya mengajak belanja ke pasar, langsung saja saya meniatkan diri untuk membeli batu baterei. Sesampai di pasar, saya mengantarkan istri berkeliling mengunjungi toko pakaian. Saya pun harus rela menjadi babysitter untuk kedua anak saya. Mereka harus saya awasi selama isteri memilih pakaian yang sesuai dengan selera. Ternyata butuh waktu lama juga bila seorang perempuan mencari apa yang diinginkan. Tapi karena sudah biasa, saya pun menikmati waktu sambil mendengarkan musik dari alunan Hp serta menyanyikan lagu-lagu Tasya bersama anak-anak. Tak terasa setengah jam berlalu dan isteri pun telah berhasil menenteng baju pilihannya.

Kini giliran saya untuk mencari penjual jam tangan. Tak jauh dari tempat itu, ada toko reparasi elektronik. Nampak beberapa jam dinding terpampang di sana. Saya pun menghampiri toko itu dan menanyakan ketersediaan batu baterei. Sayangnya, stok baterei yang saya inginkan sedang kosong jadi saya harus mencari toko lain. Saya pun tanya letak toko lain yang serupa. Sesuai petunjuk penjual jam tersebut, saya akhirnya menyusuri jalan lain yang cukup jauh. Tapi, karena saya sudah membulatkan tekad untuk memperbaiki jam tangan, saya rela berjalan kaki menyeberangi keramaian jalan raya sambil mengendong si sulung. Jalanan agak macet. Saya harus berjuang mencari sela-sela ruas jalan yang mungkin bisa dilalui. Setelah cukup lelah diterpa terik matahari, akhirnya saya dapat menemukan toko yang dimaksud. Karena pembelinya cukup banyak, saya harus sabar mengantri. Tak lama kemudian, si penjual menyapa dan mengulurkan tangan. “Silakan, Pak. Ada yang bisa dibantu?” Tanyanya. Saya merasa agak aneh, sepertinya tidak biasa seorang penjual mengulurkan tangan,kecuali kalau sudah kenal betul. Saya pun menyambutnya dan saya katakan bahwa saya sedang mencari batu untuk arloji. Ia pun menjawab kalau ada beberapa jenis baterei, dari yang murah hingga yang mahal. “Yang bagus sekalian, Pak! ” Jawab saya. Ternyata, baterei yang bagus itu harganya hanya Rp. 20.000,-. Rasanya sama dengan bateri jam saya sebelumnya. Dulu waktu jam saya mati, saya juga mengganti baterei seharga itu. Saya pun sepakat membeli baterei yang katanya “mahal” tersebut.

Sambil menunggu jam saya diperbaiki, ia mulai membuka percakapan lebih jauh. “Bapak tinggal di mana? Asalnya dari mana? Berapa putranya?” Dan seterusnya. Saya merasa tidak nyaman. Apa sih perlunya dia mengetahui latarbelakang saya? Toh, saya mungkin tidak akan kembali lagi. Saya pun menjawab sekenanya, tidak harus jujur, pikir saya. Beberapa saat kemudian, ia menyodorkan segelas teh hangat. Wah, saya kian tersanjung. Baru kali ini saya belanja sambil disuguhi teh manis. “Silakan diminum, itung-itung sedekah, Mas!” ia memanggil saya ‘Mas’ setelah ia tahu kalau saya orang Jawa Timur, biar nampak lebih akrab katanya. Anak saya yang sejak tadi kepanasan langsung meminta teh itu, lumayan bisa menghilangkan dahaga. Isteri saya yang sejak dari tadi bersikap waspada mengingatkan saya untuk memperhatikan proses pemasangan arloji, jangan-jangan ada komponen mesin yang diganti. Sudah banyak saya dengar manisnya seseorang yang baru di kenal pada awal pertemuan ternyata akhirnya berbuah petaka, seperti kasus pembiusan penumpang di kereta api. Tetapi, saya tidak su’udhan, sebab jam saya bukanlah jam mahal dan tergolong sudah tua. Saya membelinya pada tahun 2003 saat kursus di IALF Bali seharga Rp. 125.000,-. Tentunya jam itu sudah saatnya pensiun namun saya tidak ingin beli arloji baru karena terkenang nilai sejarah jam tersebut.

Setelah baterei diganti, saya diberi kuitansi pembelian yang isinya antara lain menyatakan bahwa baterei yang saya beli bergansi satu tahun. Wauw! Saya merasa baru kali ini ada baterei yang bergaransi hingga satu tahun. Jika belum satu tahun lalu jam saya mati, maka saya akan mendapat ganti baterei secara gratis. Wah, seperti beli barang elektronik yang mahal saja. Tapi, inilah sebuah pengalaman unik yang saya rasakan hari ini. Berkali-kali saya bertanya dalam hati, banyak sekali pengalaman menarik yang saya rasakan selama tinggal di Semarang ini, dari mulai bergaul bersama kawan-kawan shalih di Jatisari, mengisi sejumlah pengajian, pak kos yang baik hati (saya dan keluarga dibebaskan tinggal di rumah kontrakan 2 bulan ke depan tanpa bayar), hingga keramahan orang termasuk penjual arloji yang sangat jarang saya temui.

Dari pengalaman ini ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan,

Pertama, tidak semua penjual hanya berorientasi kepada keuntungan. Uluran tangan, segelas minuman, dan garansi adalah bentuk penghormatan kepada pembeli. Bahkan, saya sempat ditawari rokok jika saya mau. Kalau dikalkulasi, tentunya keuntungan pedagang itu akan berkurang dengan harus memberikan servis lebih. Mungkin, ia ingin memberikan kesan positif sehingga pembeli akan senang dan kembali ke toko itu suatu saat nanti.

Kedua, adanya semangat sedekah yang dimiliki penjual arloji itu. Saya kagum kepada penjual itu, khususnya di saat menyuguhkan teh ia mengatakan bahwa hal itu merupakan bentuk dari sedekah. Bagi saya yang biasa bergelut di bidang filantropi, kata sedekah yang diucapkan menjadi catatan menarik. Rasulullah pernah bersabda “Pancinglah rezeki dengan sedekah.” Betul, pedagang ini memiliki pelanggan yang cukup banyak dibanding pedagang serupa di pasar itu. Ini membuktikan bahwa sedekah selain dapat menolak bala’ juga berfungsi untuk memperlancar rezeki.

Ketiga, pedagang ini yang akhirnya saya tahu namanya pak Teguh termasuk pedagang yang istiqamah. Ia memulai usaha berjualan arloji sejak 28 tahun yang lalu. Kini ia memiliki dua karyawan. Ia mampu menghidupi keluarganya: seorang istri dan empat orang anak dengan hanya berjualan dan servis jam tangan. Ia sangat yakin, Allah yang Maha Kaya akan membagi rezeki yang cukup bagi mereka yang bekerja dengan sungguh-sungguh. Wa Allah a’lam.

CARA PANDANG POSITIF DAN NEGATIF


Seseorang yang memiliki cara pandang positif akan selalu melihat seribu jalan terbuka di saat menemui sebuah masalah. Di setiap masalah ada solusi.
Seseorang yang memiliki cara pandang negatif akan selalu melihat seribu masalah di saat menemui sebuah jalan terbuka. Di setiap solusi ada masalah.

Cara pandang positif akan mengajak orang yang berduka untuk tersenyum
Cara pandang negatif akan mengajak orang yang tersenyum untuk berduka

Berpikir positif akan melapang dada dan melonggarkan nafas
Berpikir negatif akan menyempitkan dada dan menyesakkan nafas

Berpikir positif akan memudahkan seseorang untuk mensyukuri setiap nikmat Tuhan. Masalah adalah bentuk kasih sayang Tuhan untuk mendewasakan dirinya. Tuhan Maha Adil, Pengasih lagi Penyayang.
Berpikir negatif akan memudahkan seseorang untuk menghujat setiap cobaan Tuhan. Masalah adalah bentuk dari murka Tuhan untuk menghancurkan dirinya. Tuhan Maha Pemarah, Sombong, dan Penyebab Bencana.

Mau pilih mana?

Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak putus asa. Sesungguhnya berputus asa adalah salah satu karakter orang-orang kafir.

Kamis, 01 April 2010

PUISI CINTA UNTUK PERMASURIKU


Wahai Kekasihku,

Penuh tulus kusampaikan padamu
Sungguh, betapa berartinya dirimu

Cintamu begitu indah
Sayangmu selalu menyemai berkah

Dari waktu ke waktu
Kau setia menemani hidupku

Kau adalah nafasku
Kau adalah pelabuhan jiwaku

Pengorbananmu tiada banding
Pengabdianmu tak pernah kering

Ku tak bisa arungi hari
Tanpa dirimu di sisi

Susah senang kita bersama
Tangis tawa seiya-sekata

Hari ini,

Kau tampak bahagia
Senyum ceria di wajah merona
Sebab...
Ulang tahunmu sedang menyapa

Ku tak bisa persembahkan setangkai bunga
Ku tak mampu hadiahkan untaian permata
Ku tak kuasa membangun istana

Yang ku bisa
Hanya lantunkan sebait doa
Semoga cintamu tetap menggelora
Nuansa hatimu semakin sakina
Tambah usiamu kian saleha

Jadilah penyejuk kalbu
Jadilah peredam rindu

Kuingin selalu bersamamu
Habiskan sisa-sisa umurku
Hingga ujung waktu

Selamat ulang tahun, Permasuriku
Semoga teraih segala impianmu
Amin...

Introduction