Kamis, 30 Desember 2010

MERAYAKAN NATAL BERSAMA KAUM ATHEIS

12936448431049469707
Foto Bersama

Sebagai seorang Muslim yang tinggal di komunitas mayoritas Kristen, saya harus pandai menempatkan diri agar dapat bergaul akrab dengan beragam manusia dari berbagai latar belakang bangsa dan agama. Saat saya merayakan Idul Fitri dan Idul Adha tahun ini, sedih sekali rasanya hati  saat berjauhan dari keluarga. Riuhnya shalat Id dan aneka hidangan khas di kampung halaman harus saya lewati begitu saja. Di Iowa, kaum Muslim apalagi yang berasal dari Indonesia, masih tergolong sangat jarang sehingga kalau mau jumatan, saya harus menyediakan energi khusus untuk menuju masjid dengan jarak tempuh sekitar 1 jam. Itupun saya harus menumpang mobil kawan yang rumahnya cukup jauh dari kampus.

Nah, di momen Natal kali ini, saya mendapatkan pengalaman baru. Saya diundang sebuah keluarga Kristen yang aslinya berasal dari Korea. Awalnya saya agak khawatir jangan-jangan akan ada “khutbah khusus” bagi para tamu seperti yang pernah saya alami sebelumnya pada sebuah acara bakti sosial di gereja. Namun, berhubung saya kesepian di apartemen yang hampir semua penghuninya pulang kampung, saya pun menerima undangan tersebut.

Tepat pukul 5 petang, Jung, begitu nama orang Korea itu, sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah. Saya pun bergegas masuk mobil itu. Ternyata tidak hanya Jung saja di sana, ada empat orang lagi yang juga berstatus sebagai international student yang ia temui pada saat Cultural Sharing setiap hari Jumat. O, ternyata Jung mengundang banyak orang untuk hadir di rumahnya dan dia sendiri yang menjemput mereka satu persatu.

Sesampai di rumah Jung, istrinya, Kwong, sudah menunggu di ruang tamu. Kami pun disambut dengan hangat. Kami pun berjabat tangan dan mengucapkan “Merry Christmas” bergantian. Aroma masakan khas Korea yang lezat memenuhi ruang.  Maklum, di musim salju seperti saat ini, ventilasi rumah hampir tertutup semua sehingga udara tidak punya pilihan akses keluar kecuali lubang sirkulasi otomatis sekitar heater.
Beberapa saat kemudian, para tamu sudah berkumpul di ruang bawah tanah (basement). Jung mengawali sambutan dengan mengucap terima kasih kepada para tamu undangan yang berjumlah 20 orang itu. Ia senang sekali karena natal kali ini dihadiri banyak orang dari berbagai negara yang antara lain berasal dari India, China, Hongkong, Turki, Mozambik, dan Korea. Saya adalah orang Indonesia satu-satunya pada acara tersebut. 

Dari bincang-bincang dengan kawan-kawan baru itu, saya tahu banyak tentang latar belakang dan alasan mereka datang ke Amerika. Sebagian besar mereka adalah mahasiswa University of Iowa yang baru masuk semester awal, baik untuk tingkat undergraduate (S1) maupun graduate (S2/S3). Beberapa orang dari mereka ada yang sudah berkeluarga. Menariknya, para tamu itu bukanlah orang-orang Kristen yang memang sedang merayakan Natal kecuali satu kawan dari Mozambik. Mayoritas adalah orang-orang non Kristen, seperti saya dan kawan dari Turki yang Muslim atau kawan dari India yang Hindu. Selain itu, kawan dari China dan Hongkong yang jumlah 16 orang adalah kaum atheis yang tidak peduli dengan ritualitas keagamaan. Aneh tetapi nyata. Saya merasa pengalaman ini cukup unik karena di tengah perayaan keagamaan, ternyata 80 persen pengunjungnya adalah orang yang berbeda keyakinan.

Kami pun menikmati hidangan khas Korea yang bermacam-macam. Untungnya, Jung sudah antisipasi. Karena tamunya beragam agama, ia berusaha untuk menghindari makanan yang dipantangi agama tertentu. Kali ini, ia tidak menghidangkan masakan yang berunsur babi. Amanlah saya…hehehe…Tapi untuk kawan dari India, ia harus menghindari makanan olahan dari sapi. Jung pun menunjukkan makanan yang “halal” baginya. Saya sendiri sempat memasak rendang dengan mengandalnya bumbu instant yang saya beli di toko Asia. Lumayan, rendang “jadi-jadian” itu laris manis dicicipi oleh para tamu. Khusus Demon, kawan dari Hongkong, ia mengambil porsi besar rendang karena ia sudah lama tidak makan masakan Indonesia. Di masa kecil, ia pernah tinggal di Surabaya selama satu tahun.

Sehabis makan, kami pun diajak bermain game tradisional khas Korea. Alatnya adalah empat batang balok kayu yang bentuknya setengah lingkaran. Lalu kami dibagi ke dalam empat kelompok. Masing-masing anggota kelompok melemparkan kayu tersebut dalam sebuah kain segi empat yang panjang sesisinya sekitar 70 cm. Setiap poin yang didapat, kelompok itu berhak untuk memasang mainan simbul kelompok pada kotak mainan. Seru sekali permainan itu hingga akhirnya satu kelompok dinyatakan keluar sebagai juara dan mendapat hadiah natal dari Jung.

Ini adalah pengalaman pertama saya merayakan natal, apalagi di negeri orang. Ternyata, si tuan rumah tidak menonjolkan sebuah perayaan keagamaan yang kental. Ia malah berusaha merangkul orang-orang  non Korea dan Non-Kristen untuk menikmati damainya natal di rumahnya. Hem, alangkah senangnya jika hidup rukun semacam ini tercipta di negeri yang heterogen seperti Amerika dan Indonesia. Dunia pasti akan lebih aman dan tenteram. Semoga…

Senin, 20 Desember 2010

MASIH ADAKAH TUHAN DI BARAT?

Mencari tuhan di barat? Ah, yang benar aja. Memangnya tuhan mengambil tempat di suatu lokasi tertentu? Atau tuhan sedang jalan-jalan ke negara-negara barat? Hemmm, memang sulit rasanya mendiskusikan tuhan di era yang serba canggih sekarang ini. Alih-alih menemukan tuhan, justru kebanyakan orang barat memilih agnostik terhadap tuhan dan ajaran-ajaran-Nya. Mengapa demikian? Cerita di bawah ini merupakan sepenggal pengalaman saya saat berbicang dengan salah satu mahasiswa Amerika dalam sebuah acara lintas budaya.

Namanya Christine. Perempuan keturunan Korea ini lahir di Amerika dua puluh satu tahun silam. Saat ini ia mengambil jurusan pendidikan guru di Universitas Iowa. Saat berbicang soal agama, nampaknya ia agak ragu dan malas berkomentar. Ia bahkan keberatan untuk mengakui agamanya. Rupanya, meskipun ia dibesarkan di lingkungan katolik taat, ia lebih memilih untuk bersikap seperti umumnya warga Amerika yang mengutamakan rasio dan kesenangan duniawi. Ia berkata, "Saya kalau ditanya tentang agama, mungkin saya akan bilang saya katolik. Tapi, itu bukan berarti saya akan sibuk dengan ibadah di gereja dan menjalankan apa yang disebutkan dalam Bibel. Bagi saya, agama hanya akan memasung saya untuk tidak melakukan ini dan itu, ribet banget rasanya. Lalu saya juga akan menjadi orang yang kerdil dengan menganggap orang yang beragama lain adalah salah dan harus masuk dalam agama saya. Ini jelas tidak masuk akal. Saya lebih senang hidup dengan jalan dan cara saya sendiri. Hal yang terpenting adalah saya menikmati hidup saya dan tidak mengganggu orang lain. kalau soal tuhan, ya, saya percaya saja deh. Tapi soal bagaimana saya memperlakukan tuhan, biarkan saya memilih cara saya sendiri." Panjang juga uraiannya. Dari pernyataannya, tertangkap kesan bahwa ia bisa digolongkan sebagai seorang agnostik. Ia ragu dengan ajaran-ajaran yang dibawa agama yang baginya sangat subyektif, mengekang, dan memusingkan. Ia lebih baik mengikuti arus dunia remaja yang bebas bergaul dan menikmati apa yang ia miliki saat ini, yakni sebuah masa muda yang menyenangkan.

Pada bagian lain saya bertanya tentang konsep keluarga yang hendak ia bangun. Ia mengatakan bahwa ia saat ini memiliki boyfriend. Ia senang bergaul dengannya tapi ia tak ingin punya anak dengannya. Ia bahkan lebih cenderung untuk menjalin hubungan tanpa menikah dengan boyfriendnya itu. Ia ingin bebas tak terikat oleh sebuah pernikahan yang mengharuskannya untuk mengurus suami dan anak. Ia bisa pindah-pindah pasangan bila boyfriendnya saat ini memutuskan untuk pisah. "Saya ingin mengumpulkan uang, traveling, dan menikmati hidup. Punya anak hanya menambah beban hidup. Mereka akan menyusahkan kita di waktu kecil dan akan membenci kita saat dewasa. Mereka tak akan mempedulikan orang tuanya seperti saat ini saya juga tak begitu peduli dengan orang tua saya. Mereka membiarkan saya untuk hidup suka-suka. Ah, saya terlalu cepat dewasa dan tak bisa lagi bermanja dengan mereka,"  begitu paparnya.

Dari uraian di atas, nampaknya tuhan sudah benar-benar raib dari peredaran bagi orang-orang barat. Mereka sudah tidak peduli dengan aturan hidup yang diwahyukan, baik lewat agama Yahudi, Kristen, maupun Islam. Ada seorang kawan yang menegaskan bahwa orang-orang Amerika hanya akan ingat gereja saat mereka dibaptis, menikah (bila mau resmi), dan saat mati untuk dikremasi. Selebihnya, mereka hidup bebas sesuka hati atas dasar hak asas manusia dan emansipasi. Kesimpulannya, mencari tuhan di barat benar-benar menantang! Siapa bisa bantu menemukannya?

AMERIKA PUN “LEGOWO” BELAJAR PERBANKAN SYARIAH KE INDONESIA

Minggu ini merupakan pekan terakhir kuliah musim gugur (fall semester) di kampus University of Iowa. Para mahasiswa sorak-sorai kegirangan karena mereka telah menyelesaikan studi yang cukup memeras energi sepanjang semester ini. Kini mereka siap-siap pulang kampung untuk menikmati perayaan natal dan tahun baru bersama keluarga di tengah hamparan salju yang kian menggunung. Mereka berharap mendapatkan White Christmas (Natal dalam Salju) tahun ini. Aku yang merupakan salah satu mahasiswa tamu di kampus unggulan itu juga merasa lega. Aku akan segera balik ke tanah air karena programku telah selesai. Kebetulan, aku mendapat beasiswa Fulbright untuk riset manajemen filantropi lembaga Islam Amerika selama enam bulan. Aku telah usai melakukan penelitian lapangan sekaligus penulisan laporannya. Sekarang aku akan lebih fokus untuk kemas-kemas barang sebelum terbang tiga minggu mendatang.

Siang kemarin aku mendapat undangan khusus dari pembimbing penelitianku, Prof Souaiaia, untuk makan siang bersama sekaligus sebagai momen perpisahan. Aku sangat antusias menyambut undangan itu karena kesempatan ini tentu sangat berharga. Selama ini, jujur aku belum pernah bercakap-cakap santai dengan beliau karena biasanya aku hanya datang menghadap untuk konsultasi tentang perkembangan penelitianku. Itu pun hanya satu kali dalam seminggu dengan durasi waktu maksimal 30 menit. Praktis aku tidak punya waktu untuk sekedar bertanya di luar konteks penelitianku.

Tepat pukul 1 siang, aku mengunjungi ruang kerja beliau dan disambut dengan senyum ramah. Kemudian kami pun berjalan beriringan menyusuri tangga untuk menuju restoran di depan kampus. Prof Souaiaia rupanya memilih rumah makan yang memiliki menu beragam agar aku bisa menentukan makanan sesuai seleraku. Beliau mengambil semangkuk sup kentang dan sepotong roti gandum sedangkan aku mengambil sepiring pasta macaroni dan salad buah. Kami pun mencari tempat duduk yang nyaman untuk berbincang santai.

Mengawali pembicaraan, aku menanyakan tentang riwayat akademik beliau sehingga sampai menjadi salah satu profesor terkemuka di Amerika. Satu demi satu peristiwa hidup beliau diungkap dengan gamblang di sela-sela nikmatnya makan siang. Pembicaraan terus berlanjut hingga aku menanyakan tentang rencana riset terbaru yang hendak beliau lakukan. Prof Souaiaia menjelaskan bahwa fokus beliau saat ini sedang tertuju pada upaya membantu penyelesaian krisis ekonomi Amerika melalui sistem Islam. Salah satu yang kini dipikirkan adalah tentang perbankan syariah.

Mendengar istilah perbankan syariah, aku menjadi semakin tertarik karena bidang itu juga salah satu minatku. Beliau menceritakan betapa masyarakat Amerika saat ini sedang didera persoalan rumit yang hingga kini belum ditemukan pemecahannya. Menurut beliau, hal ini lebih disebabkan oleh salah manajemen dalam pengelolaan dana yang berbasis bunga (interest). Penyakit ini hanya bisa disembuhkan dengan sistem syariah.

Imagine, Dirman, anak-anak yang baru lulus SMA sudah mempunyai hutang rata-rata sekitar 11.000 dolar. Itu bukan untuk persiapan masuk kuliah, melainkan uang tersebut digunakan untuk foya-foya seperti merokok, minum minuman keras, dan membeli barang elektronik. Mereka memang telah memperoleh hak untuk pinjam ke bank saat mereka mulai masuk SMA. Dengan demikian, mereka lambat-laun akan terlilit hutang dan sulit untuk mengembalikannya. Kamu tahu mengapa hal itu terjadi? Itu karena setiap cicilan yang kelak mereka bayarkan hanya akan melunasi bunga yang telah dan terus berlipat ganda. Oleh sebab itu, induk hutangnya akan sulit untuk terlunasi dalam waktu dekat. Pantas saja bila banyak orang yang hampir pensiun pun belum selesai juga mengangsur hutang-hutang mereka. Inilah buruknya sistem riba di negeri ini.” Penjelasan beliau tersebut semakin menguatkan informasi yang selama ini kudapatkan bahwa ketika seorang anak berusia 18 tahun, ia sudah lepas dari orang tua dan harus hidup mandiri. Berhubung ia tidak mendapatkan bantuan finansial dari orang tuanya, jalan satu-satunya adalah hutang ke bank yang memang dilegalkan dan tidak harus dilunasi dalam waktu dekat. Ia baru wajib mengembalikan pinjaman itu setelah bekerja. Wajar saja ketika mereka telah memiliki pekerjaan tetap, gajinya banyak dipotong untuk melunasi hutang tersebut hingga akhir hayat. Inilah kelemahan sistem riba yang kemudian berpeluang untuk dipenuhi oleh sistem perbankan Islam yang mengandalkan berbagi keuntungan dan kerugian (profit-loss sharing), bukan malah mencekik orang-orang yang sudah terlilit hutang.

Pertanyaan berikutnya, kemana beliau akan mendapatkan informasi valid tentang aplikasi perbankan syariah? Beliau merencanakan untuk melakukan penelitian awal tahun depan ke Bangladesh yang kabarnya telah melaksanakan sistem syariah dalam perbankan. Namun, beliau masih sanksi karena menurut informasi terakhir, sistem ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kalaupun itu belum memuaskan, beliau akan mencari tempat penelitian alternatif ke negara Timur Tengah. Aku pun menyahut kegelisahan beliau dengan mengatakan, “Mengapa tidak ke Indonesia saja?”

Dengan agak kaget beliau bertanya, “Memang di Indonesia sudah diterapkan sistem syariah dalam perbankan? Bukankah Indonesia negara sekuler?” Aku pun menguraikan bahwa memang benar bahwa Indonesia bukan negara Islam. Namun, kaum Muslimin Indonesia yang merupakan mayoritas dan terbesar di dunia kini sangat peduli dengan keberadaan sistem Islam yang terbukti telah berhasil menyelamatkan perbankan bersistem syariah saat krisis ekonomi mendera. Hal inilah yang menjadi titik tolak berkembangnya perbankan Islam di Indonesia. Saat ini, menurut laporan Bank Indonesia bulan Oktober 2010, tidak kurang dari 20 bank konvensional telah membuka satu devisi atau unit usaha yang bergerak di bidang syariah sebagai salah satu respon terhadap tingginya minat masyarakat terhadap bank yang “halal”. Ada lebih dari 1600 kantor cabang yang melayani transaksi syariah. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dari angka 550 pada tahun 2005. Fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank telah menjadi satu pemicu berduyun-duyunnya masyarakat untuk menikmati sarana perbankan yang aman dunia akhirat.

Mendengar penjelasanku, Prof Souaiaia mengernyitkan dahi setengah tak percaya. Ia seperti tersadar bahwa ada sebuah negara di luar kawasan Timur Tengah yang justru telah berhasil menerapkan perbankan syariah secara profesional. Sambil tersenyum beliau berkata,”Saya jadi tertarik dengan ulasanmu itu. Mungkin aku akan rubah lokasi penelitianku ke Indonesia. Tapi aku tidak paham bahasa Indonesia. Kamu siap membantuku, kan?” Tanya beliau. Tanpa ragu aku menjawab, “Sure, Prof, dengan senang hati. Perbankan Islam merupakan salah satu minat saya karena saya mengajar di jurusan ekonomi Islam.” “Wah, kebetulan. Kalau begitu aku akan memastikan lokasi penelitianku di Indonesia dan akan memasukkan kamu sebagai salah satu timku. Gimana, setuju?” tegas Prof Souaiaia. Begitu mudahnya beliau pindah haluan untuk mengganti lokasi penelitian perbankan syariah, dari Bangladesh ke Indonesia. Subhanallah. “Baik, Prof. Saya sangat senang bila saya bisa membantu untuk pengumpulan data nanti. Sepulang ke Indonesia, saya akan mengumpulkan sumber-sumber informasi yang relevan tentang perbankan syariah dan akan saya kirimkan ke Bapak!” “Oke, saya lega sekarang, saya yakin dengan penelitian kita nanti, pemerintah Amerika akan mempertimbangkan sistem Islam dalam penataan ekonominya sehingga krisis ekonomi yang berkepanjangan ini akan segera berakhir. Saya sebagai orang Amerika bertanggung jawab untuk memberikan salah satu alternatif penyelesaian bangsa ini." Demikian kalimat beliau menutup makan siang kami.

Aku gembira sekali ternyata bincang-bincang santai itu menghasilkan sebuah gagasan besar penerapan perbankan syariah di negara semaju Amerika. Semoga rencana ini dapat berjalan dengan baik sehingga pengalalaman Indonesia dalam mengawal perbankan syariah dapat diimplementasikan di manapun, termasuk di negara super power itu. Amin.

Jumat, 17 Desember 2010

HARI TERAKHIR KULIAH DI IOWA

Sedih rasanya hari ini. Kuliah kampus Iowa akan berakhir minggu ini. Hiruk pikuk mahasiswa yang berseliweran akan segera berakhir. Semua akan balik kampung dan menikmati liburan panjang akhir semester hingga pertengahan bulan depan. Aku akan kembali sepi, lebih sunyi dari hari-hari biasanya yang sudah senyap.

Meskipun begitu, aku juga tak bisa menyembunyikan kegembiraanku. Aku akan segera pulang ke tanah air dalam tiga minggu ke depan. Rasanya sudah bosan tinggal di negeri orang yang serba asing. Banyak sudah pengalaman yang kukenyam selama ini. Susah senang campur jadi satu. Semoga saja sepenggal kehidupan yang lain dari biasanya akan memberikan suasana baru untuk kehidupanku di tahun-tahun mendatang.

Pengalaman apa yang paling mengesankan selama di negara Obama? Hmm...Bagiku, tersedianya gudang ilmu merupakan sesuatu yang sangat sulit kutemui di Indonesia. Sepulang ke UIN Malang, aku mungkin akan mengalami kecanggungan sejenak karena budaya akademik dan perpustakaan begitu terbatas. Di sini, ilmuwan dimanjakan dengan sumber-sumber bacaan yang mudah diakses bahkan secara cuma-cuma. Kerjasama antar kampus pun semakin memudahkan mereka yang benar-benar ingin menjadi ilmuwan sejati. Kecanggihan teknologi yang diterapkan benar-benar menyilaukan. Semua dilakukan secara digital dan otomatis sehingga tidak harus menunggu layanan manual tatap muka dengan seorang petugas.

Pengalaman yang menyebalkan? Hahaha, ada juga sih...yang paling kurasakan adalah kesepian. Meskipun banyak orang lalu-lalang di depanku, tetapi tak banyak waktu yang mereka miliki untuk hanya sekedar tatap muka dan bercengkerama. Dari pagi hingga malam belum tentu aku punya kesempatan untuk berbicara dengan seseorang. Di kantor, aku menempati sebuah ruang tertutup sendiri dan di apartemen pun aku tinggal sendirian. Praktis bila bertemu karyawan kantor atau tetangga sebelah, aku hanya cukup menyapa dengan kata "hai"...Kadang aku berbisik dalam hati bahwa namaku bukan "hai"....hehehe karena saking seringnya kata itu diucapkan dan dibalas dengan "hai" pula....Untungnya aku punya telepon genggam yang bisa terhubung langsung dengan segenap handai tolan di kampung halaman. Bila tidak, entahlah, mungkin saat aku balik ke Indonesia, aku tidak bisa lagi bicara ...karena sudah lama diam mematung di Amerika....hehe

Oke...programku sekarang hanyalah menyelesaikan draft tulisan yang sudah kucicil sekian lama. Semoga saja saat pulang nanti, aku tidak lagi banyak beban tugas pribadi sehingga aku bisa langsung terjun mengabdi di kampus tercinta di Malang. Amin...

Kamis, 16 Desember 2010

NYANYIAN SEPI

Sepi,
Begitu sepinya hari ini
Sendiri,
Tanpa kawan tanpa handai tolan
Sunyi,
Lagi-lagi hati terasa sunyi

Kemanapun kuayunkan kaki
Kosong melompong tanpa isi
Kutenggelam dalam kebisuan
Berkata-kata dalam keheningan

Ku ingin keras berteriak
Memanggil-manggil dengan suara serak
Menyongsong ramainya dunia walau harus merangkak
Menghiba senyum seulas dan tawa terbahak

Tapi
Masih saja kutak bergerak
Duduk terpaku di tempat asal berpijak
Mata panas kian menyalak
Raga terasa lebur campur kerak

Ah...
Tak ada kata menyerah dalam kamus kehidupan
Bagi mereka yang ingin maju tuk raih impian...

Sabtu, 11 Desember 2010

FAKTA DI MUSIM DINGIN

Musim dingin ini benar-benar mencekam. Salju sudah di mana-mana dan suhu udara benar-benar drop. Walaupun ada kekhawatiran dalam hati, saya merasakan banyak pengalaman baru di winter ini.
1. Cuaca berubah dengan cepat. Satu hari diperkirakan panas, namun tiba-tiba diikuti dengan udara dingin yang menusuk pori-pori. Website perkiraan cuaca harus selalu dipantau sebelum melakukan aktifitas di luar rumah.
2. Jaket tebal, sarung tangan, sepatu, dan tutup kepala harus selalu siap sedia. Jika tidak, saat perubahan cuaca begitu ekstrim, kita akan menderita. Kuping terasa kaku dan membeku, hidung berair, dan muka terasa tebal. Jemari jika tidak ditutupi dengan sempurna akan terasa kesemutan dan gemetar.
3. Kulit muka harus dilapisi pelembab agar tidak kering dan bersisik. Begitu pula kulit bibir harus diolesi lipbalm untuk menghindari pecah-pecah dan berdarah. Lipbalm yang dibawa dari Indonesia tidak kuasa menahan amukan dingin di sini.
4. Waktu shalat benar-benar ekstrim. Seiring dengan perubahan waktu siang yang semakin pendek, adzan subuh baru bisa dikumandangkan pukul 6 pagi dan waktu maghrib sudah masuk pada pukul 4.30 sore. Isya bisa dilaksanakan pukul 6 malam.
5. Orang Amerika di musim dingin ini mengenakan pakaian yang begitu sopan, beda sekali dengan situasi di musim panas. Saat ini mereka memakai pakaian yang sangat "Islami", menutup seluruh aurat bagi perempuan. Sebab, jika tidak, mereka akan kaku kedinginan.

Minggu, 05 Desember 2010

TEORI DAN FUNGSINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU

Apa sih teori itu? Pertanyaan sederhana ini ternyata seringkali membuat kita gelagapan menjawabnya. Sebenarnya, makna dasar dari teori adalah pokok pikiran atau buah renungan dari seseorang yang umumnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Teori si A, sebagai contoh, adalah pendapat si A yang dapat ditemukan dalam sebuah karyanya. Si A mengajukan sebuah konsep tentang terjadinya hukum dalam masyarakat. Teori si A ini akan menjadi perbicangan banyak ilmuwan baik yang setuju maupun yang menolaknya.

Mengapa harus mengenal teori? Teori sebenarnya tidak harus kita ketahui. Namun, dalam sebuah proses mencari ilmu, ternyata berbagai ahli telah mendahui kajian kita sehingga mereka telah lebih awal menunjukkan pikiran-pikirannya. Nah, karena kita bukan sama sekali manusia baru, maka kita perlu mengapresiasi pikiran-pikiran lama kemudian kita menjelaskan posisi kita, baik setuju, menolak, atau merevisinya. Inilah alasan utama tentang perlunya kita menelaah buku, jurnal, atau data-data tertulis lainnya sehingga kita tidak terlepas dari diskusi keilmuan yang sudah dibangun oleh orang-orang sebelum kita.

Apakah teori harus sama dengan apa yang kita kaji? Sebaiknya, teori yang kita angkat memiliki kedekatan ilmu dengan kajian kita. Tetapi, bila kita kesulitan memperoleh pendapat orang yang berada dalam jalur kita, kita bisa menggunakan teori lain yang memiliki kedekatan bahasan. Misalnya, saat kita membahas tentang otentisitas al-Qur'an, lalu kita tidak mendapatkan bahan bacaan tentang hal itu, kita bisa melacak pembahasan orang tentang otentisitas bibel atau injil. Lalu, kita mengembangkan teori tersebut sebagai bahan untuk bertanya lebih lanjut tentang otentisitas al-qur'an. Begitulah seterusnya.

Lebih lanjut, ada sebagian pakar yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, keberadaan teori tidak terlalu dibutuhkan. Kita hanya menemukan data di lapangan lalu membangun teori baru tanpa perlu mempertimbangkan pendapat pakar-pakar sebelumnya. Namun, dalam kenyataannya, kita tidak bisa berjalan sendiri sebelum ada orang lain yang menuntun langkah kita. Oleh sebab itu, keberadaan teori menjadi mutlak dibutuhkan. Lalu, langkah yang lebih sempurna dari sebuah penelitian kualitatif lapangan adalah ketika kita bisa mereview seluruh diskusi para pakar di bidang kajian kita dan menunjukkan posisi kita di antara bangunan diskusi mereka. Labih baik lagi, apabila kita mampu menawarkan konsep baru atau dikenal dengan men-challenge teori lama dan menunjukkan teori kita yang kuat dengan dukungan argumen yang mendalam dan masuk akal. Di sinilah posisi seorang ilmuwan dalam melahirkan teorinya.

Dilihat dari derajat popularitasnya, teori bisa diklasifikasikan ke dalam dua golongan: teori besar dan teori kecil. Teori besar adalah sebuah pendapat atau pikiran seseorang yang diakui banyak orang dan menjadi rujukan di setiap diskusi. Misalnya, teori Weber tentang hubungan agama dan kapitalis akan selalu disebut orang tatkala membahas tentang bisnis berbasis religi. Adapun teori kecil adalah pendapat para penulis tertentu yang belum dianggap populer oleh banyak kalangan. Hanya perlu ditekankan di sini, bahwa teori besar selalu lahir dari teori-teori kecil yang awalnya belum dikenal. Dengan berjalannya waktu, teori kecil itu menjadi diakui banyak kalangan sebagai salah satu pijakan untuk pengembangan keilmuan.

Akhirnya, teori merupakan buah pikiran seseorang terkait dengan sesuatu. Skala teori ada yang besar dan ada pula yang kecil. Setiap teori besar selalu bermula dari teori yang kecil. oleh sebab itu, jangan pernah takut untuk berteori, siapa tahu teori kita akan populer di masa mendatang. Tapi, ada satu catatan, jangan asal berteori, bangunlah teori dengan dukungan data yang kuat sehingga kita bisa memberikan alternatif penjelasan baru tentang sesuatu yang belum dipikirkan orang sebelumnya.Semoga...

Sabtu, 04 Desember 2010

BERKUNJUNG KE MASJID "MOTHER MOSQUE" TERTUA DI AMERIKA

Hari Senin lalu, aku punya pengalaman spesial. Aku dapat anugerah lagi dari Allah SWT untuk dapat berkunjung ke Mother Mosque of America dan Islamic Center of Cedar Rapids. Aku akan diantar Lois. Dari pagi aku sudah siap-siap untuk berangkat. Namun meski begitu, aku punya satu pekerjaan lagi, yakni menunggu sang teknisi yang sedianya akan memperbaiki heaterku yang sempet rewel lagi.

Pukul 11 tepat, Lois telah tiba di depan apartemenku. Wanita setengah baya yang kukenal saat terbang dari Minnesota ke Cedar Rapids itu tersenyum lebar bersama mobil Toyota putihnya. Aku yang sudah menunggu sejak lima menit sebelumnya langsung masuk mobil dan segera meluncur ke Mother Mosque. Dalam perjalanan yang dibimbing oleh Garmin si GPS (penunjuk jalan elektronik), kami ngobrol ke sana kemarin termasuk tentang keluarga.

Dari ceritanya, aku tahu ternyata Lois adalah seorang wanita perkasa. Ia sewaktu muda sudah harus mengurus ketiga anak lelakinya di saat suaminya mendapat tugas militer ke Vietnam. Ia tergolong beruntung karena suaminya masih bisa kembali ke Amerika sementara ribuan tentara Amerika berguguran di medan perang. Kini ia tinggal bersama saudaranya di Cedar Rapids sepeninggal suaminya. Anak-anaknya sudah berkeluarga semua dan telah menjadi orang-orang penting di Amerika, seperti Lois yang meskipun usianya tidak muda lagi masih dipercaya di beberapa tempat untuk menjadi direktur. Nah, saat ini Lois menjadi Trustee yang berada di jajaran direktur kampus di Kirkwood College. Ia bekerja di sana sebagai konsultan keuangan namun tanpa mendapat gaji. Ia hanya mendapat kesenangan tersendiri ketika bisa bekerja di Kirkwood meskipun tanpa mendapat imbalan. Itulah akhirnya aku paham mengapa ia begitu getol menjanjikan padaku untuk mengantar keliling kota Iowa dengan mobilnya. Ternyata ada juga orang begitu dermawan kepadaku, orang yang baru dikenalnya.

Setelah berjalan sekitar 30 menit, sampailah kami di masjid yang disebut sebagai cikal bakal Islam di Amerika. Sebutan Mother Mosque berarti induk dari segala masjid di Amerika. Bentuk masjid ini mirip sebuah bangunan rumah dua lantai. Jamaah bisa melakukan kegiatan shalat di lantai dua sedangkan lantai satu yang berada di bawah tanah digunakan untuk tempat berdiskusi. Saat kami di sana, situasi masjid sangat sepi dan pintunya pun dikunci. Kami hanya bisa melihat dari kaca yang agak transparan untuk melongok isi masjid. Bangunan di sekeliling masjid adalah perumahan yang cukup padat dengan halaman yang lumayan luas. Setelah puas potret dan observasi masjid ini, kami melanjutkan perjalanan ke Islamic Center Cedar Rapids (ICCR).

Hujan mulai mengguyur. Aku agak menyesal karena tidak membawa payung. Tapi untungnya Lois punya payung di mobil yang dipinjamkan padaku sementara ia sudah pakai jaket yang sekalian berfungsi sebagai jas hujan. Tak berapa lama, kami sampai di ICCR. Bentuk gedungnya persis dengan yang aku lihat di websitenya, cukup luas dan besar. Karena Timothy, sang pengurus masjid, belum datang, aku gunakan waktu untuk jalan keliling melihat-lihat kondisi bangunan. Islamic Center itu ternyata digunakan juga untuk tempat sekolah TK. Ada dua orang guru yang sedang mengajar dan sejumlah anak-anak kecil yang sedang asyik beraktifitas di kelas. Beberapa mainan seperti ayunan, jongkat-jangkit, dan papan seluncur nampak tertata rapi di halaman masjid sebelah kiri. Aku pun ambil gambar beberapa sisi masjid sebagai kenang-kenangan.

Tak lama kemudian, Timothy datang. Ia dengan hangat menyambut kami. Ia memelukku dengan erat. Persaudaraan Muslim memang hebat, menghilangkan sekat budaya dan Negara. Ia pun mengajak kami masuk ruangan Islamic Center yang sedari tadi terkunci. Ia mengarahkan kami melalui pintu samping karena pintu utama dikunci sebagai langkah antisipasi keamanan. Kami ditunjukkan ruang-ruang besar yang berada di gedung tersebut. Di sebelah pintu masuk terdapat ruang besar yang berfungsi sebagai ruang olah raga. Lalu beberapa ruang digunakan untuk sekolahan. Sejurus kemudian kami dihadapkan pada ruang besar yang berfungsi sebagai ruang serba guna. Biasanya ruang itu digunakan untuk acara buka bersama, seminar, atau jika dibersihkan peralatannya bisa dipakai untuk shalat id tatkala jamaah membludak. Di sebelah ruang serba guna itu terdapat dapur besar yang bisa dipakai untuk persiapan makanan yang akan dihidangkan untuk para tamu. Kompor, oven, dan microwave pun tersedia dengan lengkap.

Akhirnya, perjalanan kami berakhir di ruang utama masjid yang cukup luas. Ruang wanita dipisahkan dari ruang pria. Para jamaah wanita dapat mengikuti gerak shalat melalui layar monitor yang terpasang di ruang tersebut. Ada satu ruang unik di sebelah masjid itu, yakni ruang observasi. Ini diperuntukkan bagi para tamu non muslim yang ingin melihat secara langsung proses ibadah di masjid, misalnya khutbah jumat, melalui kaca bening di sisi tembok. Fasilitas ini jelas diperuntukkan bagi mereka yang masih ragu dan khawatir tentang konten ceramah Islam yang dicurigai berisikan ajakan berjihad atau terorisme.

Akhirnya, aku dan Timothy shalat dhuhur di masjid itu. Tim terlebih dahulu adzan sementara aku mengambil air wudhu. Kami hanya berdua saja shalat di masjid itu sedangkan Lois menyaksikan kami dari ruang observasi. Setelah shalat, kami pun pergi ke hotel Kirkwood di sekitar kampus tempat Lois bekerja.

Hujan kian deras. Lois menurunkanku tepat di depan hotel. Ia lalu memarkirkan mobilnya dan harus berlari dengan jas hujannya. Tak lama kemudian Timothy menyusul masuk. Kami duduk berhadapan di sebuah meja persegi. Sambil bercanda dan berbicara kesana kemari, akhirnya hidangan yang kami pesan pun datang. Aku pesan fish and chips, Timothy pesan Ahi Meat dan Lois pesan Vegetarian food. Kami pun menikmati hidangan itu sambil aku melontarkan pertanyaan seputar wakaf ke Timothy.

Setelah makan siang, aku dipertemukan dengan tiga mahasiswa Indonesia yang kuliah di Kirkwood. Harriadi, Guntur, dan Wisnu, mereka dari Jakarta, Bandung dan Medan.
Setelah bercakap-cakap, aku pun diantar pulang oleh Lois. Senang rasanya hari itu, bisa berkunjung ke masjid Mother Mosque, ICCR, dan hotel serta bertemu dengan anak-anak Indonesia. Terima kasih Lois….alhamdulillah. Padahal Lois dua minggu lagi akan menjalani operasi jantung. Dia masih sempat memenuhi janjinya untuk mengantarkanku ke tempat suci umat Islam ternama di Cedar Rapids. Semoga Tuhan menjagamu…amin...

Kamis, 02 Desember 2010

MACAM-MACAM BENTUK SALJU

Hari ini, salju turun lagi. Tapi anehnya bentuknya berbeda dengan kemarin. Kalau kemarin bentuknya bulat-bulat dan berat seperti biji jambu batu, hari ini bentuknya pipih dan tipis seperti bintang sehingga bisa berhamburan laksana debu. Indah sekali ciptaan Sang Maha Luar Biasa ini...

Berbagai tempat hari ini memang sudah mulai salju hebat. Kawan-kawan di Buffalo, NY, melaporkan bahwa jalanan di kampus SUNY sudah penuh dengan salju sehingga jejak kaki akan langsung meinggalkan bekas di gundukan es itu. Di Chicago juga sama. Tapi di sana masih serupa dengan Iowa yang saljunya masih baru mulai berjatuhan.

Hari ini saya cukup bahagia. Tiket perjalanan pulang sudah dibelikan Fulbright dan kini sudah di genggaman. Alhamdulillah. Juga, saya sudah menyelesaikan laporan penelitian untuk kampus Iowa yang tadi baru saya serahkan ke Prof Souaiaia. Uh, berhari-hari saya begadang dan susah tidur karena harus menyelesaikan tugas berat itu. Dengan selesainya laporan ke kampus ini, saya berarti sudah bisa pulang dong? hahaha...alhamdulillah....Mungkin tinggal menunggu koreksi dari sang pembimbing minggu depan.

Kini tugas berat yang belum selesai adalah penulisan disertasi. Yah, semoga dengan sisa waktu ini, Allah SWT berkenan memberikan kemudahan untuk menuntaskannya. Amin...Di musim dingin ini, kampus Iowa akan tutup minggu depan hingga akhir Januari. Praktis, saya akan memulai semadi di kamar hingga awal Januari nanti. Oo...kasihan sekali saya ya...udah menggigil, kesepian lagi....hehehehe

Rabu, 01 Desember 2010

SALJU PERTAMA, MEMANG CANTIK

Hari ini termasuk istimewa. Salju pertama turun deras mengguyur Iowa City. Dari pagi sebenarnya butiran putih itu sudah menerpaku saat aku berangkat ke kampus. Namun, semakin siang, hujan salju pun tak terbendung. Kuamati serpihan putih menari-nari diterpa angin, hilir mudik pak kapas lembut yang berhamburan. Butiran salju benar-benar cantik, mirip dengan butiran garam dapur atau gula pasir. Kalau digenggap, butiran-butiran itu bisa menyatu dan membentuk sebongkah es. Makanya tidak heran jika banyak orang yang membuat boneka dari salju.

Aku jadi ingin segera balik ke Indonesia saja. Udara dapat dipastikan akan terus turun suhunya karena telah dibuktikan air hujan sudah tidak ada lagi sebab telah digantikan salju. Kupikir aku sekarang sudah mencapai keinginanku menyaksikan dan merasakan taburan salju. Hemm,  gimana ya biar bisa cepet pulang? hehehe

PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG
ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,



Menimbang
:
bahwa untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang;

Mengingat
:
1.      Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459)
2.      Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4667)
3.      Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
4.      Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008 tentang Perubahan Kesembilan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;
5.      Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depertemen Agama;




MEMUTUSKAN:
 Menetapkan:  PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG ADMINISTRASI  PENDAFTARAN WAKAF UANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Agama ini yang dimaksud dengan:
  1. Wakaf Uang adalah perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian uang miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
  2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan uang miliknya.
  3. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan uang miliknya.
  4. Nazhir adalah pihak yang menerima uang wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
  5. Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat AIW adalah bukti pernyataan kehendak Wakif untuk mewakafkan uang miliknya guna dikelola Nadzir untuk mewakafkan uang miliknya guna dikelola Nazhir sesuai dengan peruntukan wakaf yang dituangkan dalam bentuk formulir akta.
  6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf yang selanjutnya disingkat PPAIW adalah pejabat yang berwenang membuat akta ikrar wakaf.
  7. Lembaga Keuangan Syariah-Penerima Wakaf Uang yang selanjutnya disingkat LKS-PWU adalah badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang keuangan syariah yang ditetapkan oleh Menteri Agama sebagai lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang.
  8. Sertifikat Wakaf Uang, yang selanjutnya disingkat SWU, adalah surat bukti yang diterbitkan oleh LKS-PWU kepada Wakif dan Nazhir tentang penyerahan Wakaf Uang.
  9. Badan Wakaf Indonesia, yang selanjutnya disingkat BWI, adalah lembaga independen dalam pelaksanaan tugasnya untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia.
  10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bidang tugasnya meliputi pemberdayaan wakaf.
  11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 42 TAHUN 2006
TENTANG
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004
TENTANG WAKAF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14, Pasal 21, Pasal 31, Pasal 39, Pasal
41, Pasal 46, Pasal 66, dan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159; Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4459).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejaht eraan umum menurut Syariah.
2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
3. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan
dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
5. Mauquf alaih adalah pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat dari
peruntukan harta benda wakaf sesuai pernyataan kehendak Wakif yang
dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf.
6. Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat AIW adalah bukti pernyataan
kehendak Wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya guna dikelola
Nazhir sesuai dengan peruntukan harta benda wakaf yang dituangkan dalam
bentuk akta.
7. Sertifikat Wakaf Uang adalah surat bukti yang dikeluarkan oleh Lembaga
Keuangan Syariah kepada Wakif dan Nazhir tentang penyerahan wakaf uang.
8. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat PPAIW,
adalah pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat Akta
Ikrar Wakaf.
9. Lembaga Keuangan Syariah, yang selanjutnya disingkat LKS adalah badan
hukum Indonesia yang bergerak di bidang keuangan Syariah.
10. Bank Syariah adalah Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dari Bank
Umum konvensional serta Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
11. Badan Wakaf Indonesia, yang selanjutnya disingkat BWI, adalah lembaga
independen dalam pelaksanaan tugasnya untuk mengembangkan perwakafan
di Indonesia.
12. Kepala Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat dengan Kepala
KUA adalah pejabat Departemen Agama yang membidangi urusan agama
Islam di tingkat kecamatan.
13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang agama.

UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2004
TENTANG
WAKAF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensl dan manfaat
ekonoml perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk
memajukan kesejahteraan umum;
b. bahwa wakaf merupakan perbuatan hukum yang telah lama hidup dan dilaksanakan
dalam masyarakat, yang pengaturannya belum lengkap serta masih tersebar dalam
berbagai peraturan perundang-undangan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,
dipandang perlu membentuk Undang-Undang tentang Wakaf;
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 29, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan persetujuan bersama
DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG WAKAF.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.
2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
3. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau
tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untukdikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
5. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang
diwakafkan oleh Wakif .
6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah pejabat
berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar wakaf.
7. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia.
8. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
Presiden beserta para menteri.
9. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang agama.

Introduction