Rabu, 27 November 2013

Ada "Setan" di KLCC Malaysia

Minggu lalu, saya dan beberapa kawan pergi ke Malaysia dalam rangka menjalin kerjasama dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Kami habiskan waktu empat hari untuk melakukan diskusi bilateral sekaligus merancang program tukar-menukar mahasiswa dan dosen. Kami juga membentuk tim penelitian kolaboratif yang melibatkan para dosen dari UIN Maliki Malang dan UKM.
Pada dua hari pertama, kami manfaatkan waktu untuk memaksimalkan kerjasama. Banyak yang sudah kami hasilkan, antara lain student exchange yang bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Pada hari ketiga, kami ingin mengusir kepenatan dengan melakukan refreshing mengenal kota Kualalumpur. Salah satu tujuan kami adalah Kualalumpur Convention Center (KLCC). KLCC berada di bagian bawah Twin Tower milik Petronas yang menjadi salah satu icon Malaysia.
Dari UKM Bangi, kami naik kereta MRT yang sangat nyaman. Kereta ini seperti kereta yang menghubungkan terminal bandara di Changi Airport, Singapore. Kereta ini tidak mengenal macet dan datang-pergi tepat waktu.  Saya jadi teringat dengan sistem kereta api bawah tanah saat tinggal di Amerika dulu. Tujuan yang kami pilih adalah KL-Central yang menjadi tempat persimpangan kereta untuk menuju berbagai jurusan. Setelah turun, kami naik kereta LRT untuk mencapai KLCC. 

Sesampai di KLCC, kami harus naik eskalator untuk bisa sampai ke gedung Twin Tower. Nah, saat sudah berada di bawah twin tower, kami menemukan satu kejanggalan, yakni adanya sebuat plang nama besar yang bertuliskan "I-Setan." Kami kira, itu adalah peringatan bahwa banyak setan bergentayangan di KLCC mengingat saat membangun twin tower itu banyak korban yang jatuh dari ketinggian. Ternyata, I-Setan adalah sebuah toko seperti pada umumnya. Tidak ada nuansa seram di dalamnya bahkan terang benderang. Nih, foto kami saat di sana, kami malah seperti "setan" karena kalah terang dengan cahaya toko. hehe

KEMATIAN: FASE MENUJU KEABADIAN

Hari ini, ada dua berita duka yang saya terima. Berita pertama adalah wafatnya isteri dari prof Djunaidi Ghani, salah satu guru besar UIN Malang. Berita kedua adalah berpulangnya salah satu tetangga saya di Gasek, pak Kaseman namanya. Mendengar kabar duka itu, pikiran saya langsung tertuju kepada suatu kaedah hukum alam bahwa setiap makhluk hidup pasti mati. Kita semua yang merasa hidup hari ini suatu saat nanti wajib meninggal. Ketika meninggal, kita berharap dapat kembali kepada Allah SWT dalam kondisi yang diridhoi.
Berkaitan dengan hakikat kematian, saya teringat pada sebuah ayat dalam surat al-Mulk: 2 yang menyatakan bahwa Allah menciptakan  kematian dan kehidupan ditujukan untuk mengetahui siapa manusia yang paling baik amalnya.  Ayat ini menyebut kematian lebih dulu daripada kehidupan. Apakah memang kematian lebih utama dari kehidupan? Atau memang setiap hal yang hidup pasti berasal dari sesuatu yang mati? Hanya Allah yang maha tahu maksudnya. Namun, jika kita pahami sejenak, ayat ini menuturkan bahwa manusia tidak perlu khawatir akan datangnya kematian karena kematian adalah awal dan akhir masa manusia. Adapun kehidupan yang berada di sela-selanya dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi manusia untuk berkarya.
Dalam sebuah hadis terkenal, rasulllah SAW mengatakan “Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu meninggal besok.” Hadis ini menyiratkan sejumlah pesan besar. Pertama, kita harus bekerja keras dalam hidup sambil diimbangi dengan kesadaran robbani bahwa kelak kita akan mempertanggungjawabkan perbuatan kita. Motivasi untuk hidup selamanya dapat dimaknai bahwa dalam hidup ini kita harus membuat perencanaan yang matang. Planning dalam bahasa manajemen sangat dibutuhkan karena dengan perencanaan kita dapat mengantisipasi kegagalan. Hidup tanpa perencanaan berarti telah merencanakan untuk gagal. Kedua, kita sangat perlu semangat berkarya. Semangat ini akan mendorong kita untuk menciptakan prestasi gemilang bahkan sebuat capaian yang dapat dikenang lebih lama. Misalnya, kita dapat membuat buku yang masih dibaca meskipun kita telah wafat. Efek dari semangat hidup selamanya adalah tawakkal, kita akan menyerahkan diri kepada sang Khalik dan berharap mendapat keputusan terbaik dari-Nya. Jika ternyata keputusan itu kurang sesuai dengan harapan, kita masih dapat menahan diri dengan bersabar tanpa harus meratapi nasib. Inilah hikmah semangat hidup selamanya yang dapat kita petik dari bagian pertama hadis ini.
Potongan hadis kedua berbunyi bahwa kita harus berjuang keras untuk akhirat kita seakan-akan kita mati besok. Pertanyaannya, perlukah kehidupan akhirat? Bagi kaum atheis atau agnostic, kehidupan dunia ini adalah untuk dunia. Kematian adalah akhir segalanya. Karena akhirat itu ghaib, maka mereka tak perlu mempercayainya. Untuk itu, mereka berusaha menggunakan berbagai cara agar mereka tetap hidup dan eksis di muka bumi. Misalnya, mereka melakukan kloning, mengkonsumsi obat anti penuaan, atau menginvestasikan sebagaian besar hartanya untuk pengembangan sains dengan harapan mereka bisa hidup lebih lama, atau bahwa mereka dapat dihidupkan kembali dengan teknologi canggih itu.
Bagi kita, kematian adalah suatu keniscayaan bahkan suatu kebutuhan. Tanpa kematian, terutama kematian setelah kehidupan dunia ini, kehidupan dunia yang kita jalani ini tidak ada artinya. Ibarat seorang mahasiswa, setiap hari dia diminta untuk belajar dan menghafal  sekaligus berjibaku dalam menghadapi ujian, namun ia tidak pernah mendapat nilai atau rapot. Seorang mahasiswa yang  rajin tidak akan dapat menikmati hasil jerih payahnya jika tidak ada fase wisuda. Kematian adalah satu periode menuju wisuda, satu momen bagi seseorang untuk mendapat penghargaan atas prestasinya. Semoga almahum-almahumah yang hari ini dpanggil Allah mendapat tempat terindah disisi-Nya dan mendapat penghargaan terbaik atas karya-karyanya selama hidup di dunia. Amin.

Minggu, 08 September 2013

MAKIN PINGIN JADI PROFESOR, NIH, BISA NDAK YA?

“Mau jadi profesor? Gampang kok!” kalimat itu meluncur dari prof Imam Suprayogo tatkala mengisi acara akselerasi profesor di Auditorium Gedung Ir Soekarno UIN Maliki Malang, siang tadi (7/9/13). Kehadiran beliau sangat dielu-elukan oleh segenap civitas akademika kampus yang pernah dipimpinnya. Suasana begitu cair, syahdu dan haru. Canda tawa khas beliau membuat orang tertawa dan selalu merindukannya. Prof Imam kali ini diundang dalam kapasitasnya sebagai salah satu anggota tim penilai usulan profesor yang diajukan oleh berbagai perguruan tinggi Islam se-Indonesia. Beliau diminta untuk menyemangati lahirnya para guru besar baru yang siap mengemban amanat pengembangan kampus yang berslogan Ulul Albab itu.
Gelar guru besar atau profesor memang satu kebanggaan yang bukan hanya milik para penerimanya namun juga satu prestise bagi universitas pengusulnya. Bisa dibayangkan, kampus besar dengan mahasiswa ribuan akan jatuh reputasinya ketika jumlah guru besarnya sedikit. Guru besar sebagaimana namanya merupakan sosok ilmuwan sejati yang telah teruji keahliannya. Dalam hal finansial, seorang guru besar dengan segala kemampuannya berhak untuk mendapatkan tunjangan kehormatan yang jumlahnya cukup menggiurkan, sekitar tiga sampai lima gaji pokoknya. Banyak orang yang sangat menginginkannya. Namun sayang harapan itu tidak segera dapat diwujudkan. Masalahnya biasanya sangat tergantung pada keaktifannya dalam menulis. Menulis sebenarnya tidak berat. Menulis hanya membutuhkan ketekunan dan semangat. Tulisan-tulisan yang sudah diterbitkan akan mempermudah jalan seseorang untuk menjadi seorang profesor.
Prof Imam kemudian bercerita tentang kegagalan sejumlah dosen yang tidak bisa diterima usulan gurubesarnya. Menurut beliau, baru-baru ini, dari 50 kandidat profesor di Kementerian Agama, hanya 4 orang yang layak dianugerahi gelar profesor. Mengapa? Apakah ini indikasi bahwa meraih kedudukan profesor sulit? Jawabannya berkali-kali beliau tegaskan: tidak, tidak, dan tidak! Mereka gagal sebenarnya bukan karena mereka tidak cukup mengajar, kurang pengabdian, atau kurang tulisan. Kalau untuk poin terpenuhinya tridarma perguruan tinggi, hampir semua mumpuni. Masalahnya hanya satu, yakni tulisannya kurang relevan dengan keahliannya. Sebagai contoh, seseorang mengusulkan dirinya untuk diangkat menjadi guru besar di bidang Hukum Islam, namun ternyata tulisannya banyak berbicara tentang sejarah. Contoh lain, seseorang yang keahliannya di bidang biologi, namun karya-karyanya bernuansa tasawuf. Memang tidak salah, seseorang memiliki dua atau lebih kecenderungan ilmu, namun harus satu rumpun. Jika satu rumpun, tulisannya pasti tidak akan yang diragukan.
Selain tulisan, nampaknya tidak ada lagi masalah krusial yang menghalangi seseorang untuk menjadi guru besar. Kalaulah ada hanya masalah teknis. Demikian penegasan prof Muhaimin yang juga diundang mendampingi prof Imam. Misalnya berkaitan dengan lokasi penerbitannya. Tulisan dapat diterbitkan dalam bentuk artikel dalam jurnal dan buku. Nah, jurnal mana? Biasanya untuk setiap kenaikan pangkat, ada sejumlah syarat, di antaranya harus diterbitkan di jurnal terakreditasi, minimal tingkat nasional, syukur-syukur kalau internasional. Untuk jurnal terakreditasi nasional, hampir setiap perguran tinggi besar memilikinya. Adapun jurnal internasional tidak selalu berkonotasi bahwa jurnal itu terbitan luar negeri. Sejumlah lembaga pendidikan tinggi Indonesia juga banyak yang berhasil memiliki jurnal internasional terakreditasi, misalnya jurnal dari UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta.
Jadi, intinya, untuk jadi guru besar yang kesejahteraannya cukup tinggi itu hanya membutuhkan ketekunan dalam meneliti dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Kalau sudah begitu, tinggal kemampuan kita untuk mempublikasikan sesuai dengan kebutuhan. Nah, betul kan, jadi guru besar itu mudah? Ayo nulis, nulis dan publish!

Rabu, 21 Agustus 2013

AMANAH BARU SEBAGAI KETUA JURUSAN

Sejak 1 Agustus 2013, saya resmi mempunyai tugas baru sebagai ketua jurusan Hukum Keluarga Islam (al-Ahwal al-Syakhshiyyah) Fakultas Syariah UIN Maliki Malang. Jujur, saya tidak menyangka kalau saya kembali ke pangkuan fakultas setelah lebih dari enam tahun melanglang buana untuk mengawal kelahiran eL-Zawa sejak tahun 2007, studi S3 di Semarang sejak 2008 hingga short course di Amerika tahun 2010. Sebenarnya, sejak kembali ke Malang pada awal tahun 2011, saya hanya fokus menyelesaikan studi doktoral dan segera membesarkan eL-Zawa yang sempat saya telantarkan. Kini, di saat eL-Zawa mulai berkibar dan sekian mimpi-mimpi besar saya mulai terwujud, saya diberi amanah oleh rektor untuk membantu fakultas Syariah dalam berkhidmat kepada umat melalui jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah. Awalnya saya terkejut karena banyak dosen yang layak menempati jabatan strategis itu. Namun, entah dengan pertimbangan apa, akhirnya saya dipilih para anggota senat untuk melaksanakan tugas penting ini.Sungguh, ini adalah amanat besar sekaligus paling menantang menjelang ujung tahun 2013.
Saya patut bersyukur bahwa di saat banyak orang berebut jabatan, saya malah mendapat jabatan tanpa saya minta. Kalau dalam konsep berebut, pasti ada pihak yang kalah dan pihak yang menang. Pihak yang kalah biasanya akan sakit hati dan bisa jadi akan melakukan tindakan balas dendam di suatu waktu. Uniknya, saya di fakultas Syariah malah diharapkan dengan sangat oleh dekan dan dimintakan dukungan kepada rektor agar rektor berkenan melepaskan tugas saya di eL-Zawa. Dengan proses seperti ini, saya berdoa tidak ada orang yang tersakiti dengan dipilihnya saya pada posisi sekalrang. Ini adalah sebuah anugerah yang harus saya syukuri. Saya tidak yakin bahwa saya punya skill istimewa. saya hanya orang biasa yang berusaha bekerja semaksimal mungkin sesuai kemampuan saya. Oleh sebab itu, amanah sebagai ketua jurusan yang umumnya diperebutkan harus saya jalankan dengan sebaik-baiknya agar kelak saya bisa memberikan warna baru kemajuan fakultas Syariah yang saya cintai. Semoga.

Senin, 17 Juni 2013

SELAMAT BUAT MAS SEMBODO...NEW BABY

Minggu lalu, hari masih pagi, saya dapat telpon gelap alias nomornya tak dikenali. Beberapa menit sebelum itu, ada transfer pulsa yang jumlahnya cukup besar. saya menduga nomor asing itu adalah pengirimnya. Saya pun mengirim sms ke nomor tersebut untuk menanyakan siapa gerangan dirinya? Namun sayang, tak ada sms balasan atau telpon ulang.
beberapa menit kemudian, ada telepon masuk yang berasal dari kawan lama saya, Mas Sembodo, Semarang.  Saya agak heran kok pagi sekali beliau sudah telepon. Saat berbincang, biasa, ada tegur sapa dan tanya kabar. Ternyata, Mas Sembodo baru-baru ini mendapat karunia putra kedua yang diidam-idamkan. Uniknya, anak itu lahir atas motivasi yang pernah saya sampaikan beberapa bulan lalu agar beliau segera menambah jumlah anggota keluarga mengingat putra pertamanya sudah masuk SD. Alhamdulillah, Allah mengabulkan permohonan mereka dan kini sang baby yang diidam-idamkan sudah menghangatkan suasana rumah mereka. Selamat buat mas Sembodo, moga sang buah hati yang baru menjadi pejuang tangguh seperti ayahnya. Dan, tak lupa pula, terima kasih atas kiriman pulsanya...hehehe, ternyata pulsa "nyasar" pagi-pagi itu adalah kiriman sengaja dari beliau....Jazakumullah....

Minggu, 16 Juni 2013

PENGUKUHAN GURU BESAR UIN MALANG: PROF MULYADI YANG ASLI JOMBANG

Saya ucapkan kepada Prof Mulyadi yang telah berhasil mencapai prestasi akademik tertinggi sebagai Guru Besar. Senang sekali rasanya saya bisa mengikuti proses pengukuhan yang monumental itu kemarin (15/6/13). Apalagi, beliau adalah sosok bersahaja dari Jombang, boleh bangga dong, karena saya dan beliau sama-sama Jombang, sama-sama dari kecamatan Ngoro yang rumahnya berjarak 10 Km dari rumah kelahiran saya. Ya  ya ya....semoga saya bisa mengikuti jejak beliau suatu saat nanti....amin...amin...amin....  

POSDAYA: POS PEMBERDAYAAN KELUARGA

Hari Ahad ini, aku dapat tugas mengisi materi pembekalan pada Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dengan tema Posdaya Berbasis Masjid. Aku cukup beruntung dipercaya oleh  ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat untuk masuk tim pemateri KKM yang hanya berjumlah 8 orang. Tugasku adalah menyiapkan materi tentang Analisis Sosial dan materi tentang Resolusi Konflik. Dua materi itu cukup akrab bagiku karena aku pernah belajar ilmu sosial dan ilmu mediasi.
Analisis sosial dimaksudkan untuk membekali mahasiswa agar mereka mampu memahami masyarakat, menyelami situasi masyarakat dan pada akhirnya berintegrasi dengan masyarakat. Ilmu ini dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mengusung masjid sebagai tema utama. Mengapa masjid? Karena masjid adalah pusat pendidikan abadi.



  

Rabu, 06 Februari 2013

ANNUAL REPORT EL-ZAWA: DARI 250 RIBU MENJADI 1,4 MILYAR


Di awal tahun 2013 ini, salah satu produk kebanggaan yang ditorehkan eL-Zawa adalah terbitnya laporan tahun 2012 dalam bentuk Annual Report. Keinginan untuk membuat annual report ini sebenarnya sudah lama, sekitar dua tahun yang lalu, namun baru tahun ini terealisasi.Kalimat pembuka yang menjadi salah satu hiasan di sampul muka adalah "Enam Tahun eL-Zawa, dari 250 ribu Menjadi 1,4 Milyar".
 Bagi sebagian orang, rangkaian kata di atas mungkin dianggap bombastis, tapi itulah kenyataan apa adanya. Saya sebagai salah satu pelaku sejarah penggerak eL-Zawa sejak dibentuk tanggal 22 November 2006, merasakan betul dinamika el-Zawa dari nol. Saya mengalami masa tidak punya kantor, tidak ada komputer, tanpa meja, dan tentu saja tidak punya karyawan. Masa pahit itu pun kini telah berlalu. eL-Zawa telah menjadi salah satu unit di bawah naungan rektor yang mempunyai citra positif yang kian kokoh. Kepercayaan masyarakat dalam dan luar kampus semakin nyata, termasuk pengakuan Rektor bahwa eL-Zawa sudah bukan zamannya lagi bicara juta tapi harus milyar yang kini sudah tercapai.
 Annual Report 2012 dicetak sebanyak 1000 eksemplar dan akan dibagikan kepada seluruh stakeholder eL-Zawa secara cuma-cuma. Bagi yang berminat, bisa menghubungi Kantor eL-Zawa di nomor 0341-570575.




WASPADA PEMICU PUTUSNYA PERKAWINAN: EKONOMI DAN PERSELINGKUHAN

Satu bulan sudah saya menjalani profesi mediator. Tugas utama saya adalah menghadapi kasus-kasus yang diajukan ke Pengadilan Agama setelah sidang pertama. Awalnya saya merasa kikuk, galau, dan bingung saat berhadapan langsung dengan para pihak yang tak jarang beruaian air mata atau berwajah garang menahan amarah, tapi makin lama saya pun bisa menyesuaikan diri dan dapat berperilaku lebih santai. Dari sekian banyak kasus yang saya tangani, ada benang merah yang patut dituangkan dalam tulisan ini terkait dengan kasus perceraian. Di antaranya adalah pelaku utama perceraian dan alasan perceraian.
Pada umumnya, kebanyakan orang mengira bahwa kasus perceraian adalah dominasi kaum lelaki. Ternyata tidak! Malang yang dikenal memiliki angka perceraian tertinggi di Indonesia menempatkan perempuan sebagai aktor utama perceraian alias sebagai penggugat. Tidak kurang dari 60 persen perceraian diajukan oleh perempuan. Jadi, lelaki kini harus siap-siap untuk menerima panggilan dari pengadilan karena istrinya melayangkan gugat cerai. Para istri ternyata lebih berani hidup sendiri ketimbang hidup bersama suami yang tidak bisa membuatnya bahagia.
Lalu, apa saja yang menjadikan rumah tangga tidak lagi nyaman? Ada dua motif utama yang sering ditemukan, yakni motif ekonomi dan motif perselingkuhan. Hidup rumah tangga tidak hanya sekedar bermodalkan cinta namun juga harus disertai dengan segala piranti hidup yang layak. Masalah keuangan menempati posisi penting sebagai alasan perceraian. Misalnya, ketika sang suami hanya bekerja sebagai buruh atau sopir yang penghasilannya tidak tetap, apalagi istri tidak bekerja, maka sang istri lebih rela hidup sendiri daripada menahan sedih karena tidak dinafkahi suami. Meskipun suami sudah banting tulang dari pagi hingga malam dan penghasilannya tidak jelas, istri tidak bisa terima karena ia dan anaknya tetap harus makan. Kasus model ini akan semakin parah kalau sang suami tidak bisa menahan emosi akibat rengekan istri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ketika suami dengan kekuatan fisiknya sudah melakukan kekerasan, seperti memukul, mengumpat, atau bahkan mengusir istrinya, umumnya istri tidak tahan dan kembali ke rumah orang tuanya. Dari sinilah, muncul keinginan besar untuk berpisah dengan suaminya karena sudah tak tahan hidup menderita.
Motif kedua yang juga sangat populer di ruang mediasi adalah perselingkuhan. Kalau seseorang sudah mapan secara ekonomi, hal yang harus dijaga adalah hawa nafsunya. Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai peluang yang sama untuk tergoda mencari kesenangan pribadi dengan orang lain yang bukan pasangannya. Di saat aktif bekerja di kantor atau perusahaan, godaan dari lawan jenis acapkali terjadi. Mulanya hanya sekedar curhat, berbagi cerita suka duka hidup, lalu jalan-jalan bersama, dan akhirnya jatuh cinta. Sikap mendua ini membuat biduk rumah tangga menjadi goyah. Kalau tidak bisa memegang amanah dari sebuah ikatan perkawinan, godaan hawa nafsu ini bisa mengaramkan pondasi rumah tangga yang sudah lama dibangun. Seorang suami bisa nikah sirri dengan rekan kerjanya. Juga, seorang istri dapat menduakan suaminya tatkala mendapat perhatian lebih dari kawan dekatnya.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkawinan dapat saja berakhir ketika suami dan istri kurang memahami esensi ikatan pernikahan. Permasalahan apa saja bisa terjadi sepanjang perjalanan berumahtangga. Oleh sebab itu, persiapan matang sebelum menikah dan kesabaran ekstra selama menikah sangat diperlukan agar tidak terjadi putusnya perkawinan yang sangat sakral itu.

Introduction