Jumat, 16 Mei 2014

Greg Barton: Jokowi Unggul di Mata Asing

Topik seputar calon presiden kian memanas akhir-akhir ini. Pembicaraan tentang capres potensial sekaligus cawapres menghiasai media massa. Partai-partai papan atas terus bergerilya mencari dukungan, termasuk dari partai Islam. Sebagai salah satu bentuk partisipasi aktif menegakkan demokrasi Indonesia, hari ini, 16 Mei 2014, kampus UIN Maliki Malang menggelar kuliah tamu bertajuk “Pemilu dan Peran Partai Islam” dengan menghadirkan pengamat politik dari Monash University, Australia. Acara dilaksanakan di lantai 5 gedung Ir Soekarno.
Dalam pemaparannya, Barton mengungkapkan data-data seputar pemilu dari tahun 1999 hingga 2014. Menurutnya dinamika partai politik begitu cair meskipun ada beberapa partai besar yang tetap mendapat tempat di hati para pemilih. PDI-P yang berhasil menjadi juara pada tahun 1999 tidak lepas dari pamor Megawati yang dianggap teraniaya semasa pemerintahan Soeharto. Tahun 2004, Golkar sukses menggeser dominasi PDI-P meskipun tidak berhasil menjadikan kadernya menjadi presiden. Selanjutnya, Partai Demokrat yang tergolong partai baru meraih suara tertinggi pada tahun 2009 yang sekaligus menjadi masa keemasannya. Sayangnya, pasca banyaknya kasus korupsi, partai besutan SBY ini tak mampu bicara banyak pada pemilu 2014. Semantara itu, PDI-P yang diprediksi oleh berbagai pihak akan menjadi juara  terbukti sukses meraup suara terbanyak.  Sayangnya Jokowi effect belum mampu mendongkrak perolehan suara secara signifikan.
Sekarang, ketika poros capres mengerucut kepada dua kandidat: Jokowi dan Prabowo, siapa yang kuat? Menurut Barton, kedua tokoh ini mempunyai kekuatan yang hampir berimbang. Jokowi yang merupakan mantan walikota Solo dan sebagai gubernur DKI jakarta sudah cukup lama menjadi media darling. Hampir setiap sepak terjangnya diliput oleh media masa, dalam mapun luar negeri. Di sisi lain, Prabowo yang selama kampanye memberikan kesan tokoh tegas berhasil meyakinkan publik dengan perolehan suara tahun ini meningkat drastis. Masyarakat  menunggu gebrakannya sebagai antitesis dari SBY yang cenderung peragu. Lalu siapa yang kemungkinan unggul?
Dari kalkulasi perolehan legislatif, Barton menilai Jokowi akan meraih 49% suara karena berkoalisi dengan Nasdem, PKB, dan sebentar lagi Golkar. Sebaliknya, Probowo nampaknya hanya mampu mendulang suara sekitar 32 % sebagai konsekuensi berkoalisisnya tokoh partai berlambang kepala burung garuda itu dengan PAN, PKS, dan PPP. Kalaulah demokrat juga gabung dengan Probowo, jumlahnya masih sekitar 42% yang masih kalah dengan Jokowi.
Dari sisi kepemimpinan, kedua tokoh ini memiliki reputasi yang cukup bagus. Jokowi memiliki kemampuan memimpin ala wong cilik sedangkan Probowo lebih terkenal dengan prestasi militernya. Namun, meurut Barton, masyarakat tidak akan lupa dengan track record masing-masing. Kali ini, Barton menegaskan bahwa Jokowi sementara ini unggul 1-0  atas Prabowo karena Jokowi dianggap masih bersih dari kesalahan fatal selama bekerja, baik di Solo maupun di Jakarta. Sementara itu, Prabowo masih menyisakan kenangan buruk saat dia bertugas di militer pada zaman Soeharto. Penculikan aktifis, Tragedi Trisakti, dan Tragedi Semanggi  sering dikait-kaitkan dengan Prabowo. Alhasil, noda sejarah ini masih menyulitkan Prabowo bersaing secara bebas dengan Jokowi.
Masalah lain yang disoroti oleh Barton adalah soal temperamen. Hal ini dia ungkapkan ketika ditanya oleh peserta tentang preferensi asing terhadap presiden Indonesia mendatang. Bagi dia, asing akan menerima siapa pun yang dipilih oleh masyarakat Indonesia. Namun, ia yakin, negara asing termasuk Australia menginginkan sosok yang lebih tenang dalam menghadapi situasi genting. Prabowo bisa saja belajar banyak tentang kekurangan di masa lalu untuk menjadi lebih arif. Namun, trauma yang pernah disaksikan dunia pada awal reformasi nampaknya masih sangat membekas sehingga negara asing masih menyimpan kekhawatiran kalau-kalau ketegasan Prabowo berujung pada kekerasan. Adapun Jokowi, bagi Barton, adalah sosok yang tenang dan berperilaku “wong cilik”. Wong cilik menurut dia belakangan ini terbukti sukses menarik simpati masyarakat karena sosok seperti ini tidak menjaga jarak dengan masyarakat. Alhasil, untuk poin ini Jokowi kembali unggul dibanding Prabowo.
Wah, sepertinya Barton secara halus telah menjadi juru kampanye Jokowi secara gratis di UIN Malang. Bagaimana menurut Anda? Silakan tanyakan pada hati nurani masing-masing. Semoga presiden kita, siapa pun nanti, akan membawa kemashatan bagi bangsa dan negara tercinta. Amin.

UIN Malang Nglurug ke Kejari

Hari Rabu, 14 Mei 2014, keluarga besar UIN Maliki Malang menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor kejaksaan negeri Malang. Aksi ini diawali dengan pengumpulan tanda tangan di atas kain putih sepanjang puluhan meter bertuliskan “Save Our Campus, Save Our Teacher, Imam Suprayogo.” Penggalangan tanda tangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Prof Imam yang kini disebut sebagai tersangka oleh kejaksaan Malang merupakan sosok yang sangat dicintai. Kiprahnya tak dipungkiri telah meningkatkan martabat kampus Islam yang selama ini kurang berwibawa. UIN Malang yang kini bertengger salah satu kampus favorit adalah sebuah bukti kegigihan dan kerja keras beliau selama 16 tahun memimpin kampus.

Mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan semangat berbondong-bondong memadati jalan Raden Intan Malang. Mereka mengendarai bus, mobil, angkot, motor, hingga ambulan agar bisa ikut serta berunjuk rasa. Sesampai di kantor kejaksaan,  massa yang dikomando oleh ketua unit kemahasiswaan dan para kyai makhad duduk bersila secara tertib dan rapi sambil melantunkan shalawat nabi. Selang beberapa waktu, Sesepuh makhad, Kyai Chamzawi, memimpin doa istighatsah bersama. Istighatsah berlangsung dengan khusyu’ meskipun di bawah sinar matahari yang mulai panas. Para polisi yang sejak awal  bertanggung jawab soal keamanan aksi ini setidaknya dapat sejenak bersantai sambil tetap siaga.

Setelah  istighatsah selesai dan sedang dibacakan doa penutup, tiba-tiba massa melihat Prof Imam keluar dari gedung kejaksaan sekitar pukul 10.30 WIB. Spontan,  alunan lagu thala’al badru berkumandang. Suasana semakin haru ketika prof Imam mendatangi massa sambil bercengkrama. Banyak dari mereka yang tak sempat berjabat tangan dengan beliau. Tak lama kemudian, beliau naik mobil dan keluar area kejaksaan. Para pengunjuk rasa terlihat bahagia bahwa pahlawan mereka tetap sehat dan tegar menghadapi cobaan ini. Unjuk rasa selesai dan massa pun membubarkan diri untuk kembali beraktifitas di kampus.

Rabu, 14 Mei 2014

SELAMATKAN PAHLAWAN KAMI, YA ALLAH....!!!

Beberapa hari terakhir ini, saya dan kawan-kawan di kampus UIN Maliki Malang merasakan kesedihan mendalam. Hal ini disebabkan oleh adanya kabar penetapan pahlawan kami, Prof Imam Suprayogo, sebagai tersangka kasus pembelian tanah di Tlekung, Batu. Berita ini sungguh menyentak hati sekaligus membuat kami prihatin. Mengapa orang sebaik Prof Imam harus mendapat ujian ini? Sungguh, perjuangan selalu memerlukan pengorbanan yang tak terhingga, bahkan terkadang jiwa pun harus siap berpisah demi menegakkan kebenaran.

Prof Imam adalah sosok pahlawan bagi saya. Beliau telah meletakkan sendi-sendi pendidikan Islami yang maju dan berwibawa. UIN Malang sebagai laboratorium beliau telah menunjukkan hasil yang mencengangkan. Kampus yang dahulu sederhana dan tak diperhitungkan kini telah menjelma sebagai kampus elit yang disegani. Kampus yang dahulu sering dijuluki kampus “SD Impres” karena bangunannya yang tergolong biasa sekarang telah menjadi kampus dengan gedung megah menjulang. Sungguh, kebanggaan itu tidak hanya bagi kami yang bekerja di dalamnya namun telah menyebar ke seantero negeri sebagai kampus Islam representatif yang layak dipersandingkan dengan kampus-kampus unggulan. Prestasi UIN Maliki Malang sebagai kampus terakreditasi A, BLU terbaik,  dan kampus PTAI No 1 versi webomatrik menunjukkan bahwa UIN Malang bukan sembarang kampus.

Saya memiliki banyak kenangan bersama beliau. Salah satu teladan yang beliau torehkan adalah semangat berjuang tanpa kenal lelah dan tanpa pamrih. Beliau tidak pernah memikirkan tentang keuntungan yang akan diterima tetapi justru apa yang bisa diberikan untuk pengembangan kampus. Suatu hari beliau memanggil saya ke ruang kerjanya. Saya sempat khawatir jangan-jangan ada tindakan saya yang kurang tepat. Ternyata, sesampai di ruangnya, beliau tersenyum sambil menyerahkan sejumlah uang yang harus disalurkan untuk kaum dhuafa melalui eL-Zawa, lembaga zakat kampus. Beliau selalu memberikan seluruh tunjangan rektornya kepada eL-Zawa untuk digunakan sebagai dana pengembangan masyarakat secara produktif. Pengalaman ini tentu mengukuhkan bahwa beliau tidak terlalu peduli dengan penghasilan yang seharusnya beliau terima. Kebiasaan beliau semacam ini sudah mentradisi sejak dahulu sebelum kampus UIN Malang maju. Kini “sunnah” beliau telah ditiru oleh rektor UIN Malang sekarang prof Mudji yang merelakan zakatnya langsung dipotongkan dari gaji.

Di saat beliau diuji dengan tuduhan korupsi, saya adalah salah satu orang yang tidak percaya kalau beliau terlibat dalam kasus tersebut. Mark up harga tanah yang dilakukan oleh mitra pembebasan tanah tidak memberikan keuntungan sedikit pun bagi beliau. Beliau sering menyatakan bahwa tak sepeser pun dana jual beli tanah itu mengalir ke rekeningnya. Beliau saat itu lebih fokus untuk mencari dana pembangunan kampus III, bukan pada pembebasan lahan yang memang sudah diserahkan teknisnya kepada timnya. Kesalahan prosedur dan korupsi yang dilakukan oleh makelar tanah seharusnya tidak disangkutpautkan kepada beliau yang saat itu sebagai rektor.

Akhirnya, saya sangat percaya, kebenaran pasti akan terungkap. Kalau pahlawan kami dizalimi, sungguh kami akan membela sekuat tenaga. Kami juga sangat yakin, Allah SWT yang Maha Adil akan memberikan bantuan terbaik untuk menyelamatkan hamba yang dicintai umat  di saat yang tepat dengan cara-Nya sendiri tanpa perlu bantuan siapa pun. Semoga ujian beliau segera berakhir dengan manis. Amin.

Introduction