Senin, 21 September 2015

TUKANG BECAK MENINGGAL SAAT MENGAYUH

Kejadian ini jelas tak akan terlupakan. Sabtu (22/8/2015), saya dihadapkan pada situasi yang memilukan. Seorang tukang becak lewat di depan sebuah bengkel motor, lalu becak itu berhenti. Tak lama kemudian sang pengemudinya tersungkur ke depan dan tak sadarkan diri. 
Lengkapnya, seperti ini. Pagi itu, saya berniat mau ke kampus untuk menjenguk mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan ospek. Saya berangkat lebih awal dan berencana mampir ke sebuah bengkel untuk ganti oli dan cek mesin. Untuk membunuh waktu, saya gunakan kesempatan untuk baca berita di hp. Saat asyik menikmati berita, tiba-tiba ada seorang ibu penjual makanan di sebuah warung pinggir jalan berteriak minta tolong sambil menunjuk seseorang yang berada di becak. Tak lama kemudian ada beberapa orang bergegas mendekati becak itu. Sang pengayuh becak diam tak bergerak dan posisi kepala tersungkur ke depan di kursi yang kebetulan tidak ada penumpangnya. Tak banyak yang berani menyentuh. Mungkin takut disangka pelaku kejahatan. Ada pula yang berinisiatif menghubungi polisi. Namun, hingga beberapa saat, orang-orang hanya diam berkerumun dan bermain dengan opini masing-masing.
Saya pun ikut bergegas mendekati tukang becak itu. Saya usulkan kepada warga untuk segera membawanya ke sebuah klinik terdekat untuk diperiksa kesehatannya. Maka, sejumlah orang sepakat untuk menurunkan lelaki itu dan membawanya ke klinik. Dengan susah payah kami membopong bersama dan akhirnya sampailah  pada klinik yang dituju. Orang tersebut segera dibaringkan dan diperiksa dokter. Mengejutkan, ternyata orang tersebut dinyatakan sudah meninggal! Uh...menegangkan sekali...
Lalu, karena tidak ada seorang pun yang mengenalnya dan kondisi di tukang becak itu sendirian, upaya untuk menelusuri identitasnya agak sulit. Langkah pertama tentunya mencari identitas yang dibawa. Saya pun memberanikan diri untuk merogoh sejumlah sakunya. Saku bajunya kosong. Saku celana depannya juga kosong. Untung pada saku celana belakangnya ditemukan dompet lusuh yang berisi sejumlah uang namun tidak ada kartu identitas. Orang-orang sempat gusar karena bingung mau diantar kemana jenazah itu. Tak berapa lama kemudian, pihak rumah sakit menemukan fotokopi KTP yang terlipat kecil berada di lipatan dompet. Ketika dicermati secara seksama, fotokopi KTP itu nampaknya milik bapak pengayuh becak tersebut.  Dengan berbekal identitas yang agak buram itulah kami mencari alamat si tukang becak tersebut. 
Dengan dibantu sukarelawan yang peduli dengan nasib bapak tersebut, anggota keluarga bapak itu ditemukan. Alhamdulillah, meskipun agak lama, akhirnya, jenazah tersebut bisa dibawa pulang untuk dimakamkan.
Apa pelajaran dari peristiwa ini? Pertama, ini adalah peringatan jelas bagi kita bahwa kematian bisa datang kapan saja. Mungkin bapak itu terkena serangan jantung saat mengayuh dan langsung meninggal di tempat. Betapa mudahnya kematian datang di perjalanan meskipun tanpa adanya kecelakaan atau luka besar. Berarti, kita pun bisa kapan saja kehilangan nyawa jika Allah SWT menentukannya. Oleh sebab itu, marilah selalu berbuat yang terbaik tanpa harus menunggu waktu.
Kedua, nasehat dari peristiwa ini adalah perlunya kita membawa kartu identitas meskipun hanya fotokopinya. Di saat jumlah manusia kian banyak dan tak semua orang mengenal kita, identitas diri nampaknya perlu disematkan di antara barang yang kita bawa dengan alasan bahwa kita tidak selalu bisa memberitahu identitas kita secara verbal kepada orang yang ada di sekitar kita. Dengan identitas itu, para penolong akan mudah melakukan langkah selanjutnya setelah menolong kita. Semoga kita diberikan keselamatan dan kesehatan prima sehingga kita dapat menghadap Allah dalam situasi khusnul khotimah. Amin!  

Minggu, 20 September 2015

REFLEKSI: MERAIH MIMPI DENGAN BERANI BERKURBAN

Setiap orang boleh bermimpi, mimpi apa saja! Banyak karya besar yang dimulai dari mimpi. Angan-angan untuk menaklukkan dunia bisa dirajut step by step dalam sebuah mimpi. Pendek kata, bermimpilah setinggi langit, toh mimpi itu gratis dan tidak menggangu orang lain.

Namun ternyata, tidak sedikit manusia yang takut bermimpi. Jikamimpi terlalu muluk, takut jika mimpi tak tercapai akan jatuh terlalu dalam dan depresi. Tentu hal ini tidak sepenuhnya benar. Memang, jika seseorang hanya mengandalkan mimpi belaka tanpa melakukan aksi tentu akan kecewa dan hanya isapan jempol. Jika seseorang ingin mewujudkan mimpinya, setidaknya ia akan membuat road map yang mantap. Jalan panjang nan berliku itu harus siap ia tempuh demi kepuasan jiwa yang ia idamkan. Sekali lagi, sebuah pengorbanan harus siap ia lalukan demi cita-cita  suci itu!

Sebuah ilustrasi, jika seseorang ingin membuat artikel yang bagus, maka ia harus membaca bahan bacaan yang cukup, memahaminya, merangkumnya, memberikan komentar dan melakukan analisis sehingga tulisannya mantap dan berbobot. Untuk mendapatkan karya tersebut, ia harus berani berkorban merelakan waktu tidur dan istirahatnya demi impiannya itu. Jika ia hanya melakukan rutinitas, membaca ala kadarnya, bekerja secukupnya, menulis seluangnya, dan masih mempertahankan diri untuk tetap bisa istirahat cukup dan bermain bersama kawan dan keluarganya, maka ia sulit mencapai apa yang ia inginkan. Bagaimana mungkin seseorang bisa memberikan ulasan pikirannya secara jernih dan tajam jika bahan mentah di pikirannya sangat terbatas? Bagaimana mungkin seseorang akan mencapai gelar membanggakan dan prestasi cemerlang jika bekerja dan belajarnya biasa-biasa saja? Maka jawaban tegasnya: pengorbanan! Berkorban adalah memberikan usaha yang maksimal melebihi standar orang biasa dengan langkah terstruktur demi mencapai kesuksesan.

Sayangnya, jarang manusia mau berkorban. Umumnya, manusia ingin hidup nyaman dan sukses namun dengan usaha ringan. Hal ini mirip prinsip ekonomi, yakni mengeluarkan usaha minimal untuk mencapai hasil maksimal. Syukurlah kalau kita bisa melakukan prinsip itu dalam kehidupan global kita. Namun, saya tetap yakin, bahwa hanya dengan pengorbanan maksimallah seseorang akan bisa meraih hasil karya maksimal. Jika masih manja, masih menanti durian runtuh, maka  jangan pernah berharap cita-cita yang diimpikan akan segera terwujud. Memang bisa jadi tercapai, namun dengan waktu yang tidak jelas dan hasil yang tak terukur pula.

Jadi, mari bermimpi....dan mari berkorban....ini juga bisa menjadi refeksi ibadah qurban kita tahun ini, 2015.

PENTINGNYA TRAINING PETUGAS QURBAN

Sebentar lagi hari raya Idul Adha akan tiba. Segenap umat Islam telah mempersiapkan banyak hal untuk menyambut ibadah tahunan itu. Sejumlah masjid telah berbenah diri untuk melaksanakan solat id sekaligus membuat kepanitiaan khusus untuk ibadah qurban. Panitia telah membentuk tim penerimaan hewan qurban, pemotongan, hingga penyaluran daging qurban. Namun, pertanyaannya, sudahkah panitia ini memiliki pengetahuan mantap dan skil mumpuni dalam penyelenggaraan ibadah qurban ini?
Mungkin bagi sebagian masyarakat, pertanyaan itu teramat klise. Ibadah qurban telah dilaksanakan bertahun-tahun dan tidak ada masalah. Seruan semacam yang dilontarkan Ahok untuk lokalisasi pemotongan beramai-ramai ditolak, tak terkecuali pengurus MUI Pusat. Hal itu wajar karena selama ini kegiatan pemotongan hewan sudah sedemikian memasyarakat. Semua aktifitas pemotongan dengan gaya apapun dianggap tradisi dan saling memaklumi jika terjadi hal-hal yang sebenarnya kurang patut dan perlu dibenahi.
Baiklah, saya  ingin memberikan contoh pemotongan hewan yang pernah saya lihat. Suatu waktu saya lewat sekerumunan orang yang menyaksikan pemotongan sapi di suatu tempat. Ada lima atau enam orang yang bertugas menjagal sapi itu. Dua orang mengikat kaki sapi, dua orang menarik sapi dan satu orang lagi sebagai penjagal leher sapi. Nampaknya,  mereka ingin menarik sapi itu agar terjatuh, namun sapi itu terlalu luat sehingga sang jagal terpaksa, maaf, menebas leher sapi itu berkali-kali sambil berdiri. Otomatis, darah sapi itu munyebar ke mana-mana dan sapi yang kesakitan itu pun bisa dirobohkan. Sang penjagal sekali lagi, menggorok sapi itu dengan gerakan seperti memotong kayu sampai kepala sapi itu putus. Astaghfirullah! Apakah begitu ajaran Islam dalam memotong hewan kurban? Saya bukanlah ahli memotong sapi, namun melihat  kenyataan tersebut, saya merasa miris, betapa sadisnya penjagal tersebut.
Saya tidak tahu, apakah sang jagal itu sudah terbiasa memotong sapi atau karena tugas dadakan sehingga ia melakukan segala cara yang menurutnya efektif untuk segera mematikan sapi tersebut. Dugaan saya, akan banyak jagal dadakan yang muncul selama prosesi ibadah qurban dari tahun ke tahun. Bagi saya, ibadah qurban bukan hanya sekedar membunuh hewan qurban sesuka hati, namun  ada sejumlah etika  penyembelihan hewan qurban yang harus diperhatikan. Misalnya, membaca basmalah, penggunaan pisau yang tajam, pemotongan leher pada saluran nafas (hulqum), saluran makanan (mari'), dan saluran vena-arteri (wadajaini), dan menghindari penganiayaan terhadap hewan tersebut. Oleh sebab itu, nampaknya perlu diadakan pelatihan atau training pemotongan hewan qurban yang syar'i.
Selain pemotongan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengemasan hewan qurban.  Kita tentu berharap hewan qurban memenuhi asas ASUH, yakni aman, sehat, utuh, dan halal. Asas ini bisa  dimaksudkan untuk menjaga daging sehat dan aman dikonsumsi, daging hewan harus dikemas dengan kemasan yang sehat, misalnya dengan kantong plastik tarnsparan, bukan plastik hitam hasil daur ulang. Untuk itu, pelatihan panitia hewan kurban nampaknya  sudah menjadi kebutuhan. Kegiatan ini bisa dimotori Dewan Masjid Indonesia di setiap kecamatan, MUI Kecamatan, KUA, atau kampus yang peduli dengan keselamatan dan kesehatan umat. Semoga...  

Jumat, 07 Agustus 2015

ISLAMIC PARENTING: PENGASUHAN ANAK ALA NABI

Hari ini saya merasa bahagia karena ditunjuk untuk mengisi acara Parenting di sebuah sekolah favorit di Malang. Mengapa bahagia? Heem....sebenarnya kebahagiaan itu bukan karena saya ahli di bidang parenting atau sudah benar-benar menjadi orang tua yang baik, namun saya bahagia karena merasa tertantang untuk mendalami peran yang selama ini saya emban namun tanpa ilmu. Saya diminta untuk berbicara tentang bagaimana menjadi orang tua yang mampu meneladani Rasulullah SAW. Bisakah?Jawabnya pasti: Bingung!!!  hehehe
Menjadi orang tua adalah peran yang diamanahkan Allah SWT kepada setiap pasangan yang memiliki anak. Setiap orang tua menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama dan mampu mengharumkan nama baik keluarga. Namun, untuk mendapatkan generasi harapan itu, tidak banyak orang tua yang memiliki ilmu menjadi orang tua. Umumnya, ilmu tersebut diperoleh secara turun-temurun dan by nature. Alhasil, anak hebat terkadang bukan karena orang tuanya  hebat dalam mendidiknya, akan tetapi mereka lahir dan kebetulan menjadi hebat. Bayangkan, jika anak yang kebetulan hebat itu lahir dari keluarga yang benar-benar memahami peran sebagai orang tua, tentu anak itu akan lebih hebat lagi bukan?
Hal sebaliknya, jika anak potensial hebat namun tidak mendapatkan asuhan yang tepat, potensi itu bisa hilang. Apalagi anak yang tidak hebat dibesarkan dalam keluarga yang kurang tepat, dapat dipastikan ia akan menjadi generasi terbelakang yang kemungkinan tidak dapat berperan aktif dalam memakmurkan dunia ini.
Di sinilah pentingnya pola pengasuhan yang mumpuni yang kini dikenal dengan parenting. Berbagai pakar sudah banyak berbicara tentang parenting. Teori tumbuh kembang anak juga sudah acapkali dibicarakan. Pertanyaannya kemudian, adakah parenting Islami? Parenting Islami meniscayakan cara pengasuhan yang mempunyai nilai-nilai Islam di dalamnya. Saya pun akhirnya hunting buku ke toko buku untuk bahan kajian.
Nah, saya menemukan dua buku bagus yang berkaitan dengan parenting Islami. Pertama adalah buku yang berjudul Islamic Parenting, Pendidikan Anak Metode Nabi, karya Syaikh Jamal Abdurrahman. Kedua, buku Prophetic Parenting, Cara nabi SAW mendidik Anak tulisan  Dr Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Kedua  buku terjemahan ini saling melengkapi yang mempunyai ulasan yang mendalam tentang cara Nabi bersikap dan berperilaku menghadapi anak-anak. Misalnya, Nabi selalu menjadi teladan bagi anak, memberikan kesempatan berdialog dengan anak, dan memberikan keleluasaan bagi anak untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Selain itu, Nabi juga selalu memberikan wawasan kepada anak tentang pentingnya berbakti kepada Allah, menyayangi orang tua, dan menempatkan manusia sesamanya sederajat sehingga tidak ada anak yang merasa lebih terhormat dari anak yang lain. Ternyata, begitu banyak akhlak Nabi yang bisa ditularkan kepada anak-anak. 
 Akhirnya, saya semakin yakin, dengan belajar parenting Islami, kita dapat mewujudkan generasi mu'min yang mempunyai kesadaran tinggi tentang kehidupan ini. Generasi yang dapat dibanggakan dengan keluhuran akhlak, keluasan ilmu, dan kedalaman spiritual akan mudah kita raih dengan mendalami parenting metode nabi. Semoga kita dapat menjadi keluarga sakinah yang melahirkan khalifah-khalifah penuh amanah di muka bumi ini. Wa Allah a'lam.

Kamis, 23 Juli 2015

KAKEK PECINTA AL-QUR'AN ITU WAFAT

Lebaran tahun ini terasa berbeda. Salah satunya karena  saya kehilangan seorang kakek yang begitu saya cintai. Namanya Mbah Muharror. Beliau adalah ayah dari ibu saya yang berusia hampir satu abad. Beliau bertempat tinggal di Nganjuk, tempat kelahiran ibu saya. Saya sangat menghormati beliau karena beliaulah yang telah mendorong saya untuk betah tinggal pesantren dalam rangka mendalami ilmu-ilmu agama di bangku Aliyah.  

Banyak kenangan yang tak akan terlupa dari ingatan. Di antaranya adalah kebiasaan beliau berkunjung ke makam kyai di Mojoagung setiap Jumat Legi. Kebiasaan ini berlangsung puluhan tahun. Setelah mengkhatamkan al-Qur'an beberapa kali, beliau berkunjung ke anak-anaknya yang tinggal di Jombang. Kebetulan ada tiga anak yang berkeluarga dan berdomisi di Jombang. Salah satunya adalah ibu saya yang tinggal di Ngoro. Saya yang saat itu masih duduk di bangku SD hingga SMP sering berdiskusi dengan kakek saya tentang agama dan beliau tak segan-segan berbagi ilmu tentang pengalaman hidup dan pemahamannya tentang agama. Beliau memang pernah mondok di beberapa pesantren saat remaja. Kemudian, saya sering bertugas mengantar beliau menggunakan sepeda pancal menuju halte bis saat beliau mau pulang ke Nganjuk.

Kebiasaan membaca al-Qur'an membuat kakek memiliki ingatan yang kuat. Hingga akhir hayatnya, ia masih ingat seluruh nama anak-anak dan cucu-cucunya. Ia sangat bangga dengan prestasi keturunannya, terutama jika berkaitan dengan prestasi di bidang agama. Selain itu, kakek adalah modin yang sangat disegani. Entah berapa puluh tahun beliau menjabat sebagai modin. Yang jelas, ketika berada di lingkungan kampung kakek, hampir semua orang tahu dan paham ketika disebut nama mbah modin.

Beberapa tahun terakhir,kebiasaan pergi ke Mojoagung tidak dapat beliau lakukan. Fisiknya yang kian melemah seiring bertambahnya usia membuat beliau hanya tinggal di rumah ditemani al-Qur'an yang sudah menjadi hobinya. Uniknya, meskipun usianya sudah lebih dari 90 tahun, matanya masih mampu membaca huruf-huruf al-Qur'an tanpa bantuan kacamata. Beberapa ayat dan surat juga sudah beliau hafal sehingga jika berdiskusi beliau tidak ragu-ragu menyebut beberapa ayat yang relevan dengan topik pembicaraan. Sungguh teladan yang luar biasa!

Selasa lalu, 21 Juli 2015, beliau dipanggil oleh Allah SWT sebelum subuh, waktu yang biasa beliau isi dengan shalat malam dan membaca al-Qur'an. Sehari sebelumnya, 20 Juli, di Nganjuk diadakan pertemuan keluarga yang dihadiri oleh hampir seluruh anak dan cucunya.  Jadi waktu itu, semua masih bisa menyaksikan kakek dan berdialog dengannya meskipun kondisi kakek memang sudah sangat lemah. Saya pun sempat berdialog dengan beliau. Namun, pertemuan itu nampaknya pertemuan terakhir antara kakek dengan keturunannya. Sehari setelahnya, kami dikejutkan oleh berita wafatnya dan kami pun berkumpul kembali di Nganjuk untuk memberikan penghormatan terakhir kepada beliau. Selamat jalan Kakek! Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk Kakek di sisi-Nya. Amin.... 

KH ABDUL AZIZ MASYHURI: KYAI YANG PENULIS, PENULIS YANG KYAI

KH Abdul Aziz Masyhuri adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah, yang berlokasi di Denanyar Jombang. Saya termasuk beruntung pernah menjadi santri beliau saat sekolah di bangku aliyah. Beliau adalah pemrakarsa sekaligus pengasuh Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus yang dulu dikenal sebagai MANPK. Murid-murid MANPK adalah anak-anak lulusan Madrasah Tsanawiyah yang memiliki prestasi akademik tinggi dan lulus seleksi. Waktu saya dulu, MANPK di Jawa Timur hanya ada dua, yakni MANPK Denanyar dan MANPK Jember. Alhamdulillah, saya termasuk beruntung bisa bergabung dengan anak-anak hebat di MANPK Denanyar.

Berkaitan dengan Yai Aziz, demikian sapaan beliau, saya telah belajar banyak ilmu dari beliau. Di antaranya adalah ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh, hingga ilmu tarikh. Beliau banyak melahirkan buku-buku, mulai dari buku karya sendiri, hingga buku khulashah (ringkasan) dan buku terjemahan. Puluhan buku sudah beliau terbitkan. Dalam rangka muktamar NU 2015 ini, beliau sudah menyiapkan dua buku baru yang siap dilaunching.

Selama lebaran 2015 ini, saya menyempatkan berkunjung ke rumah beliau. Yai Aziz begitu senang ketika saya datang. Apalagi saya, kangen dan kagum saya kepada beliau terpenuhi sudah. Saya memang termasuk pengagum beliau karena sejak dulu hingga sekarang, beliau tidak segan-segan mengembangkan ilmu dan menuangkannya dalam berbagai media. Meskipun saat ini usia beliau sudah cukup banyak, namun semangat berburu informasi dan berbagi  ilmu masih kuat. Seperti usaha beliau untuk mencari informasi terbaru tentang sosok tokoh yang beliau tulis, beliau harus datang ke kediaman sang tokoh, atau menemui ahwa warisnya jika tokoh itu sudah tiada. Atau, seperti saat ini beliau sedang gencar mengumpulkan berbagai buku tentang syiah sebagai bahan awal penulisan syiah modern yang akan beliau tulis. Luar biasa bukan? Usaha beliau layaknya seorang doktor atau profesor yang akan menulis karya ilmiahnya.

Saya sempat bertanya motivasi di balik kegigihan beliau berkarya. Jawabannya ternyata singkat: hanya ingin punya "peninggalan". Apa maksudnya? Beliau kemudian mengulas beberapa kyai besar yang sangat tersohor dalam pidatonya. Sang kyai berdakwah di mana-mana dan sangat disukai jamaahnya. Namun, tatkala sang kyai itu wafat, hilang pula reputasi dan ketenarannya. Ia bahkan tidak dikenal oleh generasi-generasi berikutnya. Oleh sebab itu, agar bisa lebih lama bermanfaat, menulis adalah salah satu cara termanjur yang sudah terbukti kebenarannya untuk membuat seseorang tetap dikenang meskipun jasadnya sudah dimakamkan. Buku akan tetap bisa dinikmati siapa saja meskipun sang penulis tidak dapat ditemui lagi.  Jadi, Ayooooo menuliiiiiis.......

IDUL FITRI: DARI TOMBO ATI MENUJU JATIDIRI SUCI

Khutbah Pertama
Assalamualaikum Wr. Wb.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ/ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ  /اللهُ اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ/ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْ  /وَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ./ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ/ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ  عِيْدَ اْلفِطْرِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ  /وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ/ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ.  
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin dan hadirat jamaah shalat idul fitri yang mulia
Di awal pagi yang sejuk segar ini, marilah kita senantiasa bersyukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala kasih sayang-Nya sehingga kita dapat menuntaskan ibadah di bulan ramadhan dengan sempurna dan merayakan kemenangan di Hari Idul Fitri. Semoga kita senantiasa mendapat ridha-Nya dan  menjadi hamba-Nya yang kian bertaqwa. Amin
Kaum Muslimin dan Muslimat yang mulia,
Sejak terbenam matahari di akhir ramadhan, gema takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang di segenap penjuru. Hal ini menunjukkan pengakuan kita yang tulus akan kebesaran Allah. Luapan hati yang bahagia dapat terlihat dari semangat kita mengikuti ibadah shalat Idul Fitri. Senangnya kalbu kita karena kita telah berhasil melaksanakan latihan ruhani sebulan penuh sehingga kita layak untuk meraih kesucian, kembali ke fitrah kita yang putih dan bersih.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
 قد أفلح من زكىها
Sungguh beruntunglah orang-orang yang senantiasa mensucikan jiwanya.
Kita telah berhasil mencapai garis finis pensucian jiwa melalui beragam kegiatan di bulan Ramadhan. Banyak hal yang sudah kita lakukan, setidaknya menggambarkan lima pelajaran Ramadhan yang sudah kita tuntaskan dalam rangka meraih ketenteraman hati. Kelima pelajaran itu disebut tombo ati atau obat hati.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia
Tombo ati yang pertama, moco qur’an sakmanane. Membaca Al-Qur’an dan memahami isinya. Selama satu bulan penuh, kampung kita diramaikan oleh tadarrus al-quran. Alunan ayat suci senantiasa bersahut-sahutan dari mushalla ke mushalla, dari masjid ke masjid. Sungguh, ini merupakan suasana yang syahdu, khas ramadhan yang begitu menentramkan jiwa. Tadarrus al-quran begitu hidup hingga menjelang tengah malam. Selain itu, kita juga saksikan banyaknya majelis taklim, berbagai pengajian dari subuh hingga malam hari dengan tujuan memperdalam pemahaman kita terhadap al-Qur’an. Obat hati yang pertama benar-benar sudah kita laksanakan.
Tombo ati yang kedua, shalat wengi lakonono. Menjalankan shalat malam dengan khusyu’. Shalat malam sudah kita lakukan dengan mendirikan shalat tarawih dan witir. Kalau shalat di luar Ramadhan hanya 17 rakaat, namun shalat di bulan ramadhan, jumlahnya berlipat, setidaknya 40 rokaat. Itu belum ditambah dengan shalat hajat, shalat rawatib, dan shalat-shalat sunnah yang lain. Singkatnya, kita sudah melakukan penambahan shalat-shalat malam untuk menghidupkan ramadhan, sekaligus menghidupkan hati kita.
Kaum Muslimin dan Muslihat yang berbahagia
Tombo ati yang ketiga adalah wong kang sholeh kumpulono. Berkumpul dengan orang-orang soleh. Betapa bahagia kita di bulan ramadhan. Orang-orang soleh begitu dekat dengan kita. Mereka tidak segan-segan memberikan siraman rohani yang menyegarkan, nasehat yang menyejukkan, dan teladan yang menenangkan. Para kyai dan para ustad yang biasanya sibuk, di bulan ramadhan mereka duduk bersama kita dan berbagi ilmunya untuk peningkatan iman dan taqwa kita kepada Allah. Sungguh ini adalah keberuntungan bagi kita.
Selanjutnya, tombo ati yang keempat adalah kudu weteng ingkang luwe. Perut yang dikosongkan. Dengan berpuasa ramadhan, kita mampu menahan hawa nafsu dan godaan syetan. Kita pun dapat merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang lemah dan kekurangan. Rasa persaudaraan kita semakin kokoh dengan ibadah puasa.
Terakhir, tombo ati kelima adalah dzikir wengi ingkang suwe. Dikir malam yang panjang. Sehabis tarawih, kita berzikir, di saat sahur kita juga berzikir. Bahkan,  di masjid kita telah dilaksanakan iktikaf di sepuluh hari terakhir ramadhan. Banyak jenis dzikir dan doa yang dilantunkan.  Itu berarti kita juga sudah melaksanakan tombo ati yang kelima ini.
Hadirin dan Hadirat yang mulia
Dengan dilaksanakannya seluruh rangkaian tombo ati ini, kita berharap semoga seluruh doa kita dikabulkan oleh Allah dan seluruh dosa kita diampuni oleh Allah swt.  Sehingga dengan demikian, saat kita merayakan idul fitri ini, hati kita bersih, pikiran kita jernih, semangat jiwa kita gigih, dan  keberhasilan hidup lahir dan batin akan mudah kita raih. amin
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
Selain kebiasaan baik tadi, kita di awal Syawal ini diharapkan untuk bersegera meraih keampunan Allah. Dalam Surat Ali Imran 133-134  Allah berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ -
133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang yang menahan amarahnya[2] dan mema'afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan[4].
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri[5], segera mengingat Allah[6], lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya[7], dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.
Ayat di atas mendorong kita untuk bersegera menuju keampunan Allah dan mendapatkan surga Allah yang besarnya seluas  langit dan bumi.
Andai saja satu manusia mendapatkan satu bumi untuk surganya,  niscaya bintang-gemintang di langit tidak akan habis dibagi untuk surga manusia. Itu menunjukkan betapa luasnya jagat raya ini. Ini adalah pertanda kemahabesaran Allah swt.
Surga yang begitu besar ternyata hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa. Sekali lagi, tinggi rendahnya derajat taqwa seseorang menjadi petunjuk seberapa besar derajat seseorang di sisi Allah. Beberapa syarat orang bertaqwa menurut ayat tadi adalah:
Pertama: orang bertaqwa harus berkenan berbagi dengan sesamanya dalam kondisi apapun
Kedua: orang bertaqwa harus mampu menahan emosi
Ketiga: orang bertaqwa harus mau memaafkan orang lain
Keempat: orang bertaqwa harus mau bertaubat
Dari empat syarat ini, semua dapat dilakukan di awal Syawal ini, yakni kita mau berbagi rezeki kepada tetangga dan sanak saudara. Kemudian, kita mau menahan diri dari bergunjing, menyebar fitnah, atau menghina orang lain. Di hati  kita sudah tertanam rasa ingin meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain. Ketika hubungan dengan sesama manusia sudah tuntas, lalu kita sempurnakan ketakwaan kita dengan memohon ampunan kepada Allah.
Terakhir, hal yang perlu kita tegaskan dalam Idul Fitri adalah budaya silaturrahim.
Rasulullah bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin rizqinya diperluas dan umurnya ditambah, maka hendaklah ia menyambung silaturahim.”

Kita harus menjaga tali silaturrahim kita dengan siapa pun. Silaturahim adalah ikatan hati antara sesama manusia. Hal itu bisa karena hubungan darah, hubungan pernikahan, hingga hubungan sosial sesama anggota masyarakat. Selagi punya waktu, mari kita luangkan sejenak untuk berkunjung ke rumah orangtua kita, bermaaf-maafan dengan suami atau istri kita, anak-anak kita, sesepuh kita, kemudian, sanak saudara kita, dan akhirnya dengan sahabat dan tetangga kita.
Kita adalah makhluk yang tidak lepas dari kesalahan. Namun sebaik-baik orang yang salah adalah orang yang mengakui kesalahannya dan mau meminta maaf atas kekhilafannya. Idul fitri adalah waktu terbaik untuk bermaaf-maafan. Sikap saling memaafkan dapat mencairkan suasana yang kaku, hubungan kekeluargaan yang beku, atau relasi persahabatan yang kurang seru. Semoga semangat idul fitri ini senantiasa memenuhi hati kita sepanjang tahun sehingga kita benar-benar kembali ke jati diri kita yang suci. amin     
  جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ وَأدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فيِ زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Khutbah Kedua

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،| اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،| اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ.| اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ.
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالأَفْرَاحِ وَالسُّرُوْرِ| وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ اْلأُجُوْرِ،| فَسُبْحَانَ مَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ فِطْرَهُ وَحَذَّرَ فِيْهِ مِنَ الْغُرُوْرِ،| أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَهُوَ أَحَقُّ مَحْمُوْدٍ وَأَجَلُّ مَشْكُوْرِ.
أَشْهَدُ أَنَّ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً يَشْرَحُ اللهُ لَهَا لَنَا الصُّدُوْرَ،| وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِىْ أَقَامَ مَنَارَ اْلإِسْلاَمِ بَعْدَ الدُّثُوْرِ.| اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ.| أَمَّابَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ. فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ.
 وَقَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ؛ إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمٍِ الدِّيْنِ. وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأْ َمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمَشْرِكِيْنَ، وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ الْحَاسِدِيْنَ. وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنَا وَأَهْلِكْ مَنْ أَرَادَنَا بِالسُّوْءِ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَِلإِِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اللهُ أَكْبَرُ، عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Wassalamu’alaikum wr. wb                                      

Selasa, 19 Mei 2015

CIKUNGUYA YANG MEWABAH DI KAMPUNGKU

Cikunguya rupanya sedang menjangkiti masyarakat di desaku. Awalnya aku tak peduli. Kukira penyakit ini segera saja lenyap dari kampungku. Ternyata tidak. Satu demi satu keluarga terserang penyakit ini. Tak tanggung-tanggung, bukan hanya satu dua orang dalam satu rumah, namun hampir seluruh penghuni rumah itu terkena penyakit ini. Ngeri namun rasanya tak berdaya.

Untuk kasus keluargaku, mula-mula anak pertamaku mengalami demam tinggi. Lalu, kakinya terasa sakit ketika berjalan. Gejalanya berkembang yang akhirnya berujung pada penyakit tipes. Hal serupa dialami oleh anakku yang kedua. Demam tinggi beberapa hari mirip kakaknya. Kakinya sulit digerakkan dan harus digendong untuk beraktifitas. Untungnya segera kubawa ke dokter dan diberi obat yang juga sejenis dengan obat kakaknya. Dalam waktu satu minggu, semua sehat seperti sedia kala.

Aku berpikir bahwa keluargaku sudah bebas dari penyakit. Ternyata, beberapa hari kemudian, aku merasakan sakit di telapak kakiku. Aku sempat mengira aku terkena asam urat atau kolesterol tinggi. Beberapa saat kemudian, persendian kaki dan tangan terasa ngilu. Bila digerakkan terasa sakit. Aku hampir tidak bisa bangun dari tempat tidur. Bila badan digerakkan sedikit, sakitnya bukan main. Ketika bagian-bagian kaki dan tangan dipijit, sakitnya makin meningkat. Untuk mengurangi ngilu, aku minum ibuprofen dan parasetamol. Setelah beberapa hari kemudian, sakit linu mulai berkurang dan muncul bintik-bintik merah di area tangan dan kaki yang disertai gatal. Akhirnya, karena badanku sudah bisa lumayan beraktifitas, aku pun ke dokter untuk konsultasi dan minta resep. Kini, setelah satu bulan, badanku sudah cukup pulih namun ngilu di persendian, terutama lutut dan pergelangan tangan masih sering terasa. Jika kakiku ditekuk lama, seperti bersila, nyeri kaki kembali menyerang dan sakitnya luar biasa. Akhirnya, aku konsultasi ke dokter dan diberi natrium deklofenak untuk mengurangi nyeri.

Belum sembuh total badanku, giliran istriku mengalami hal serupa. Beberapa hari ia tidak bisa bangun. Ia harus dituntun untuk sekedar ke kamar mandi atau bahkan bangun dari tempat tidur. Hmmm, pengalaman cikunguya yang benar-benar tak terlupakan!


Kamis, 23 April 2015

JALAN-JALAN ZIARAH WALI

Minggu lalu, saya dan kawan-kawan dari kampung Gasek jalan-jalan ziarah wali. Kami berangkat dari terminal AT sekitar pukul 06.30 menuju Makam Sunan Ampel. Bis yang kami sewa adalah Medali Mas. Senang sekali perjalanan ziarah kali ini karena bareng sama tokoh-tokoh masyarakat dan kawan-kawan dekat. sepanjang jalan, kami bersenda gurau atau ngobrol masalah keseharian yang menarik untuk dibincang sebagai sarana mempererat persahabatan.

Sesampai di Surabaya, kami segera mengunjungi makam Sunan Ampel. Lokasi makam agak jauh dari jalan raya dan harus melewati pasar Ampel yang sangat ramai. Hal yang menarik bagi saya adalah sejumlah gentong air yang siap minum. Banyak jamaah yang berebut menuang air ke dalam botol yang dibawanya. Mungkin, mereka ingin mendapat berkah dari kanjeng Sunan. Saya dan kawan-kawan berdoa bersama di sekitar makam dipimpin oleh ketua rombongan, Ust Warsito.

Perjalanan dilanjutkan. Tujuannya adalah makam Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Nama wali yang kini resmi digunakan oleh UIN Malang ini berada tidak jauh dari tempat parkir kendaraan. Kami hanya jalan sekitar 5 menit menuju makam. Meskipun tidak seramai makam Sunan Ampel yang memang berada di tengah kota, makam Sunan Maulana Malik Ibrahim nampak bersih dan sangat terawat. Pengunjung berduyun-duyun membaca beragam doa, mulai tahlil, solawat, hingga ayat-ayat Al-qur'an. Selain makam Sunan Maulana Malik Ibrahim, ada satu lagi makam wali di Gresik, yakni makam Sunan Giri. Makam ini agak unik karena berada di dataran tinggi. Peziarah perlu energi untuk menapaki tangga yang cukup tinggi untuk bisa mencapai lokasi makam, di samping harus sewa ojek atau kereta kuda dari lokasi parkir. Bentuk makam Sunan Giri unik, dengan atap yang tidak terlalu tinggi dan bangunan yang tergolong klasik. Pengunjung yang berbadan agak besar dan tinggi harus waspada saat memasuki area makam. Jika tidak, kepala bisa terantuk kayu atau atap.  Di samping makam terdapat masjid besar yang bisa digunakan para pengunjung untuk shalat dan istirahat.

Tiga wali sudah diziarahi. Kini tiba waktunya untuk balik ke Malang. Namun, Dalam perjalanan pulang, kami punya agenda untuk mengunjungi dua wali yang juga sangat diagungkan oleh warga Jawa Timur, yakni makam Kyai Hamid dan Kyai Sayyid Arif. Kedua makam ini berada di wilayah Pasuruan. Lokasi makam Kyai Hamid berada di tengah kota, dekat alun-alun. Namun, bus pariwisata tidak diperkenankan parkir di sekitar alun-alun. Ada tempat parkir khusus yang dibuat untuk peziarah. Sayangnya, lokasi parkir ini tidak dekat, sehingga para peziarah harus sewa becak yang memang disediakan untuk wisata religi ini. Kami pun naik becak beramai-ramai menuju makam dan sekembali dari makam. Saya yang kebetulan satu becak dengan Mas Taufiq bercengkerama sepanjang jalan sambil menikmati keramaian kota.

Terakhir, kami berziarah ke makam Kyai Sayyid Arif. Beliau adalah salah satu cucu Sunan Gunung Jati. Makamnya agak jauh dari keramaian. Kami harus masuk kampung yang jauh dari jalan raya. Makam beliau banyak digunakan oleh orang-orang yang tirakat atau menghapal al-Qur'an. Karena waktu sudah malam, pengunjung sudah jarang.

Alhamdulillah, pengalaman ziarah bersama ke makam orang-orang pilihan ini ini benar-benar  menyenangkan. Saya merasaka seperti mendapat semangat untuk meneladani perjuangan para wali tiu yang membaktikan seluruh hidupnya untuk sang Khalik, Allah Azza wajalla, tanpa pamrih duniawi yang fana ini. Keihlasan mereka dalam mengembangkan ajaran Allah di pulau Jawa ini telah berhasil ditoreh dalam sejarah dengan tinta emas dan akan terus dikenang sepanjang masa. Allahummaghfir lahum warhamhum wa afihim wa'fu anhum. Amin.....

Kamis, 12 Maret 2015

RAPAT KERJA UIN MALANG 2015

Tiga hari ini, saya mengikuti rapat kerja tahunan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2015. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, raker UIN Malang diadakan di lingkungan kampus. Hal ini terkait dengan imbauan dari presiden yang dikuatkan oleh menteri PAN bahwa kegiatan kampus lebih baik diadakan di kampus selama kampus tersebut memiliki sarana yang memadai. UIN Malang tentu harus mengikuti aturan main yang berlaku di negeri ini.

Meskipun diadakan di kampus, suasana raker tetap berbobot. Sejumlah narasumber dari berbagai kalangan dari Jakarta hadir memberikan arahan, pencerahan, dan bimbingan kepada segenap pemegang kebijakan di UIN Malang. Banyak hal yang sebelumnya dianggap jalan buntu berubah menjadi harapan baru setelah pertemuan ini terlaksana. Misalnya, program internasionalisiasi kampus, program pertukaran dosen-karyawan antar bangsa, dan jurnal internasional mendapat tempat penting dalam diskusi dengan para narsumber. Bahkan persoalan teknis kecil yang dapat menjadi peluang diaudit dipecahkan bersama-sama. Itulah pentingnya rapat akbar yang dihadiri oleh pentolan kampus yang menggerakkan roda anggaran di UIN Malang.

Saya cukup aktif dalam kegiatan tersebut. Saya belajar banyak dari para pimpinan yang mampu merancang kegiatan dengan maksimal. Mereka begitu teliti dan jeli menggunakan anggaran sehingga amanah rakyat melalui pemerintah dapat diemban dengan serius di kampus ini. Terlihat betapa mereka bersungguh-sungguh mengupayakan pengembangan kampus secara Islami namun tetap maju dan berdaya saing tinggi. Semua program berorientasi pada pelayanan stakeholder sehingga mereka terpuaskan dengan layanan yang ada di UIN Malang, baik secara akademik maupun teknis.

Semoga dengan perjuangan yang ikhlas dan niat tulus, pengabdian seluruh civitas akademika UIN Malang mendapat kemudahan dan pertolongan dari zat yang Maha Agung....Amin

Rabu, 04 Maret 2015

PASUTRI LANJUT USIA BERCERAI, MENGAPA?

Kali ini saya akan bercerita tentang salah satu kasus mediasi yang saya tangani kemarin, 25 Maret 2015. Datang ke ruang saya sepasangan suami istri lanjut usia yang ingin bercerai untuk kali yang  ketiga. Awalnya saya kaget namun saya tahan perasaan saya dengan meminta mereka bercerita kronologi kisah rumah tangga mereka. Saya sangat menyayangkan mereka harus menghadapi masalah keluarga untuk yang kesekian kali.
Dari uraian yang saya tangkap, sang suami, sebut saja Adang, sudah berusia 71 tahun dan sudah pernah menikah dua kali. Kedua isterinya sudah meninggal.  Adapun isterinya, anggap saja Dewi, berusia 54 tahun dan sudah pernah bercerai dua kali di pengadilan. Mereka ternyata baru menikah sembilan bulan yang lalu. Sayangnya, keduanya belum pernah tinggal satu kamar meskipun mereka bertetangga. Otomatis, mereka tidak pernah berhubungan layaknya suami isteri. Oleh sebab itu, Adang mengajukan permohonan cerai ke Pengadilan Agama Kab Malang di Kepanjen.

Awalnya, Adang tidak terlalu tertarik kepada Dewi. Ia bahkan sudah memiliki wanita yang menjadi calon istri ketiganya. Ia sudah hampir menikahi perempuan itu. Namun,  karena Dewi yang tinggal dekat dengan rumahnya sering memberikan perhatian dan mendorong Adang untuk menikahinya, maka Adang memutus hubungan dengan perempuan itu dan menikah dengan Dewi. Untuk biaya pengurusan pernikahannya, Adang yang pekerjaan sehari-hari sebagai buruh tani dipinjami oleh Dewi yang bekerja sebagai penjual kain. Pinjaman ini baru dilunasi Adang satu hari sebelum sidang pengadilan agama Kepanjen digelar.

Sebagai mediator, saya menyarankan agar mereka rukun kembali. Saya memberikan usulan agar mereka segera introspeksi diri atas masalah yang mereka hadapi. Jika dilihat dari kebutuhan biologis, mereka masih sama-sama menginginkan untuk saling bermesraan. Namun, karena sekian lama tidak ada kontak fisik, Adang sudah tidak punya keinginan lagi mendekati Dewi. Padahal, Dewi siap melayani Adang kapan pun. Adang sangat kesal karena Dewi selalu membawa keponakannya yang baru duduk di kelas II SD tidur bersamanya. Kontak fisik pun sangat jarang mereka lakukan.  Jangankan bermesraan, sekedar jabat tangan pun tidak mereka lakukan. Oleh sebab itu, saya sempat memegang tangan mereka, juga meminta mereka berpelukan layaknya suami isteri. Mereka  mau melakukan walaupun sepertinya hambar tidak bermakna. Akhirnya, mereka pun sepakat untuk melanjutkan perkaranya ke sidang selanjutnya dan ingin berpisah secara baik-baik.

Apa hikmah dari peristiwa ini? Saya mendapat pelajaran berharga bahwa kedekatan fisik antara suami isteri merupakan salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga. Apapun alasannya, baik kesibukan, kelelahan, atau usia, tidak boleh menyebabkan renggangnya hubungan. Kontak fisik, seperti jabat tangan, gandeng tangan, dan pelukan, adalah sarana untuk mendekatkan emosi antara kedua belah pihak.

Bahkan, ada sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa kontak fisik suami istri dalam bentuk apapun dapat memperpanjang usia. Menikah bukan hanya sekedar status, namun di sana ada hak dan kewajiban, termasuk di dalamnya kontak fisik. Sangatlah tidak menarik ketika status pernikahan hanya sebagai tameng bahwa seseorang sudah terikat dengan seseorang walaupun usia sudah senja. Pernikahan adalah hubungan suci yang seharusnya dibina agar tetap merekah ikatan cinta yang telah ditahbiskan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita yang ingin melanggengkan hubungan kita dengan pasangan satu jiwa. Amin

Juga dipublikasikan via Kompasiana: http://sosbud.kompasiana.com/2015/03/25/pasutri-lanjut-usia-bercerai-mengapa-708904.html

Minggu, 01 Maret 2015

TQM UNTUK WAKAF: DISERTASI FULL VERSION

Alhamdulillah,
Disertasi saya yang telah rampung dipertahankan di sidang ujian terbuka 23 Juni 2012 lalu telah terbit dalam bentuk buku. Buku ini diterbitkan oleh UIN Malang Press tahun 2014. Semoga buku ini bisa memberi manfaat kepada para pecinta wakaf di Indonesia. Amin.

Senin, 09 Februari 2015

KURANGI BEBAN PIKIRAN DENGAN TIPS INI

Hidup ini selalu memberikan tantangan. Masalah yang kita hadapi senantiasa memberikan warna hari tersendiri. Perubahan masa seakan mewajibkan kita untuk selalu siap siaga bergulat dengan segenap problematika. Terkadang  terbersit dalam hati, kuatkah kita melalui rintangan demi rintangan yang tak berujung? Haruskah kita bertahan dalam situasi yang menyesakkan? Atau segera saja kita mengambil jalan pintas dengan pasrah dan putus asa?
Menjadi juara memang tidak mudah walau kebanyakan orang menginginkannya.  Kita cenderung lebih senang dengan cara instan untuk menyelesaikan masalah dan ingin segera lari dari situasi yang kurang menyenangkan. Meratapi nasib adalah sikap umum yang biasa dilakukan. “Mengapa aku harus mengalami ini?” “Mengapa Tuhan setega ini padaku?” atau “Tuhan, aku sudah nggak kuat” adalah pernyataan yang lazim keluar dari mulut orang-orang yang kehilangan harapan. Beban pikiran yang terasa berat sepertinya menghapus berbagai kenikmatan yang sejatinya masih dirasakan. Semua karunia Tuhan yang masih mengalir seolah-olah sirna dengan cara berpikir pendek yang negatif ini.
Bagaimana kita bisa mengurangi perilaku yang merugikan ini? Ada beberapa tips yang bisa kita gunakan sebagai senjata ampuh mengatasi masalah ini.
Pertama, konsisten bersyukur. Syukur atau rasa terima kasih sangat mujarab untuk mengobati hati yang terluka. Perasaan terbuang atau tersiksa sering muncul tatkala kita merasa lebih rendah atau lebih hina dari orang lain. Hati serasa tercabik, muka serasa dicampakkan, dan jiwa seakan tak berguna dapat dinetralisasi dengan melihat kehidupan ini secara lebih utuh dan adil. Jika kita merasa hina, apakah di sana tak ada orang lain yang lebih merana ketimbang kita? Jika merasa paling “apes”, apakah tidak ada lagi nikmat yang masih kita terima? Bila kita gagal meraih mimpi, apakah hanya kita di dunia ini yang gigit jari? Ternyata jawabannya adalah kita masih beruntung. Sejumlah kenikmatan dan karunia masih bersama kita. Tubuh yang lengkap, indera yang sempurna, darah masih mendesir, udara masih segar ke paru-paru,  dan nyawa masih bersemayam adalah sekian nikmat yang sangat mahal. Kita harus menyadari bahwa rasa terima kasih kepada Tuhan akan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa tuhan masih sayang dan selalu bersama kita.
Kedua, dunia terus berputar. Kesadaran bahwa hidup ini ibarat roda yang terus berputar akan mendorong kita untuk tetap semangat menyongsong matahari di keesokan hari. Setiap matahari tenggelam, kegelapan akan merayap. Kesan sunyi dan seram sering muncul sepanjang lama. Namun, keyakinan bahwa sinar esok masih ada akan membuat seseorang untuk selalu optimis bahwa masa-masa suram akan segera berganti dengan masa-masa jaya. Bendera kemenangan akan segera dikibarkan. Nah, ketika saat kesuksesan datang, seseorang yang sadar perputaran dunia akan selalu waspada bahwa hidupnya tak akan selalu lurus dan mulus. Goncangan dan dinamika hidup akan selalu pasang surut. Oleh karenanya, ia akan selalu siap siaga ketika situasi berubah sewaktu-waktu di luar kendalinya dan ia akan selalu rendah hati.
Ketiga, kesadaran robbani. Ini adalah kunci utama seseorang untuk sukses. Mengapa demikian? Manusia itu sangat terbatas pengalaman dan ruang geraknya. Ia hanya hadir pada masa tertentu dan akan berakhir pada waktu tertentu pula. Ia tak akan sukses selamanya atau susah sepanjang masa. Ia pun tak kuasa untuk menahan laju ujung usia yang akan menjemputnya. Kesadaran ini akan membuatnya selalu bersandar dan bergantung kepada sang pemilik kehidupan. Ia berserah diri secara total dan meminta perlidungan kepada-Nya. Ia selalu khusyuk dalam ibadah di kala suka dan selalu tersenyum sabar di kala duka. Hidupnya sudah digaransikan untuk Tuhannya dan ia bekerja keras untuk selalu mendapatkan cinta-Nya. Kesadaran ini akan menuntunnya untuk selalu di jalan-Nya apapun kondisinya. Inilah puncak kesadaran yang mampu menyeimbangkan hati dan pikiran tatkala beban pikiran mendatanginya. Wa Allah a’lam

Selasa, 03 Februari 2015

ARSITEKTUR MAKAM, PERLUKAH?

Hari ini salah satu kawan ceramah di masjid tentang arsitektur makam. Pak Agung, sang kajur Aristektur itu, menguraikan bahwa kini penting kita pikirkan tentang tata ruang tanah makam. Selama ini, makam dianggap sebagai tempat peristirahatan terakhir yang tidak masuk dalam kategori layak arsitektur, kecuali pada lokasi pemakaman khusus, seperti makam wali, pejabat, atau tokoh. Lokasi makam umat Islam umumnya berserakan, tidak simetris, dan terkesan asal-asalan sesuka hati petugas penggali liang lahat. Mengingat tanah makam adalah fasilitas umum yang tidak produktif, jarang sekali ada petugas yang khusus menangani pengelolaannya. Padahal, jika tanah pemakaman itu ditata secara tertib dan rapi, maka kesan angker, kumuh, dan kotor dapat dihindari. Selain itu, daya tampung makam akan dapat maksimal jika pengukurannya tepat.

Sebagai misal, tanah makam di wilayah Malang, banyak ditemukan pemakaman yang padat sehingga menyulitkan bagi peziarah untuk menemukan makam keluarganya. Selain itu, jalan setapak yang seharusnya ada seringkali tidak lurus alias zigzag sehingga pengunjung atau petugas makam tidak bisa menghindarkan diri dari menginjak makam yang sudah ada. Otomatis, penghormatan terhadap jasad para almarhum tidak tercapai.  Ditambah lagi, ada beberapa kawasan makam yang dekat dengan pusat keramaian, seperti pasar atau warung. Para penjual barang seringkali menyimpan barangnya di kawasan makam. Begitu pula para pemilik warung acapkali mencuci piring dan meletakkan perabotnya di dalam kawasan makam. Kondisi ini lebih parah lagi para pengunjung warung makan dan minum di atas makam. Jadilah makam menjadi tempat yang jauh dari nilai sakral dan spiritual.

Dari kenyataan ini, kajian agama sekaligus tata ruang makam nampaknya layak untuk dibuat. Sejumlah pakar harus berkumpul untuk membicarakan tentang solusi dari kesemrawutan pengelolaan tanah makam sehingga ajaran agama tentang penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia tetap terjaga.  Semoga...

PEJUANG QUR'AN ITU TELAH PERGI...

Kemarin, 2 Februari 2015, adalah salah satu hari yang tak terlupakan. Pagi itu, aku dengar kabar bahwa kawanku, Dr Syafaat, M.Pd, menghembuskan nafas terakhir di kediamannya. Hal yang paling mengagetkan adalah bahwa beliau tidak mengalami sakit apapun dan wafat dengan tiba-tiba di waktu subuh. Usianya pun masih tergolong sangat muda, belum mencapai usia 40 tahun. Bagiku, kepergiannya tentu sangat mengejutkan bagi segenap keluarga dan sahabatnya.

Sebenarnya aku jarang bersua dengan beliau. Maklum, tugas dinas kami berbeda. Aku di UIN sedangkan beliau di Universitas Negeri Malang (UM). Aku kenal beliau karena sering mengisi kegiatan pengajian dan tahfid al-Quran di UIN dan di kampungku. Suaranya sangat merdu dan wajahnya sangat teduh. Aku kagum sekaligus salut dengan tingkah lakunya yang selalu tawadhu'.

Suatu ketika, aku pernah berbincang akrab dengan beliau. Kami saling bertukar kabar dan pengalaman. Dari tutur katanya terkesan bahwa beliau sangat peduli dengan situasi masyarakat dan cinta ilmu al-Qur'an yang selama ini digeluti untuk menjadi nafas kehidupan warga. Kawan-kawan yang biasa mendengar uraiannya saat memberikan taushiyah merasakan siraman segar di setiap ucapannya yang selalu bersumber pada al-Qur'an dan hadis.

Beberapa hari lalu isterinya datang ke rumah untuk menemui istriku. Hal ini merupakan kunjungan tak terduga karena rumah kami berjauhan. Rupanya istri beliau aktif bersama istriku di kegiatan muslimat di kampungku. Aku senang bahwa keluarga kami bisa dekat dengan keluarga penghafal al-Qur'an itu.

Sayang sekali, mas Syafaat begitu cepat pergi. Kami kehilangan sosok teladan yang memberikan kesejukan hati. Kami berdoa semoga mas Syafaat mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT dan khusnul khatimah. aaamiiin!

Link blog beliau yang sarat makna ada di https://cahayaqurani.wordpress.com/tentang-saya/

Introduction