Selasa, 03 Februari 2015

ARSITEKTUR MAKAM, PERLUKAH?

Hari ini salah satu kawan ceramah di masjid tentang arsitektur makam. Pak Agung, sang kajur Aristektur itu, menguraikan bahwa kini penting kita pikirkan tentang tata ruang tanah makam. Selama ini, makam dianggap sebagai tempat peristirahatan terakhir yang tidak masuk dalam kategori layak arsitektur, kecuali pada lokasi pemakaman khusus, seperti makam wali, pejabat, atau tokoh. Lokasi makam umat Islam umumnya berserakan, tidak simetris, dan terkesan asal-asalan sesuka hati petugas penggali liang lahat. Mengingat tanah makam adalah fasilitas umum yang tidak produktif, jarang sekali ada petugas yang khusus menangani pengelolaannya. Padahal, jika tanah pemakaman itu ditata secara tertib dan rapi, maka kesan angker, kumuh, dan kotor dapat dihindari. Selain itu, daya tampung makam akan dapat maksimal jika pengukurannya tepat.

Sebagai misal, tanah makam di wilayah Malang, banyak ditemukan pemakaman yang padat sehingga menyulitkan bagi peziarah untuk menemukan makam keluarganya. Selain itu, jalan setapak yang seharusnya ada seringkali tidak lurus alias zigzag sehingga pengunjung atau petugas makam tidak bisa menghindarkan diri dari menginjak makam yang sudah ada. Otomatis, penghormatan terhadap jasad para almarhum tidak tercapai.  Ditambah lagi, ada beberapa kawasan makam yang dekat dengan pusat keramaian, seperti pasar atau warung. Para penjual barang seringkali menyimpan barangnya di kawasan makam. Begitu pula para pemilik warung acapkali mencuci piring dan meletakkan perabotnya di dalam kawasan makam. Kondisi ini lebih parah lagi para pengunjung warung makan dan minum di atas makam. Jadilah makam menjadi tempat yang jauh dari nilai sakral dan spiritual.

Dari kenyataan ini, kajian agama sekaligus tata ruang makam nampaknya layak untuk dibuat. Sejumlah pakar harus berkumpul untuk membicarakan tentang solusi dari kesemrawutan pengelolaan tanah makam sehingga ajaran agama tentang penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia tetap terjaga.  Semoga...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction