Kamis, 23 Juli 2015

KAKEK PECINTA AL-QUR'AN ITU WAFAT

Lebaran tahun ini terasa berbeda. Salah satunya karena  saya kehilangan seorang kakek yang begitu saya cintai. Namanya Mbah Muharror. Beliau adalah ayah dari ibu saya yang berusia hampir satu abad. Beliau bertempat tinggal di Nganjuk, tempat kelahiran ibu saya. Saya sangat menghormati beliau karena beliaulah yang telah mendorong saya untuk betah tinggal pesantren dalam rangka mendalami ilmu-ilmu agama di bangku Aliyah.  

Banyak kenangan yang tak akan terlupa dari ingatan. Di antaranya adalah kebiasaan beliau berkunjung ke makam kyai di Mojoagung setiap Jumat Legi. Kebiasaan ini berlangsung puluhan tahun. Setelah mengkhatamkan al-Qur'an beberapa kali, beliau berkunjung ke anak-anaknya yang tinggal di Jombang. Kebetulan ada tiga anak yang berkeluarga dan berdomisi di Jombang. Salah satunya adalah ibu saya yang tinggal di Ngoro. Saya yang saat itu masih duduk di bangku SD hingga SMP sering berdiskusi dengan kakek saya tentang agama dan beliau tak segan-segan berbagi ilmu tentang pengalaman hidup dan pemahamannya tentang agama. Beliau memang pernah mondok di beberapa pesantren saat remaja. Kemudian, saya sering bertugas mengantar beliau menggunakan sepeda pancal menuju halte bis saat beliau mau pulang ke Nganjuk.

Kebiasaan membaca al-Qur'an membuat kakek memiliki ingatan yang kuat. Hingga akhir hayatnya, ia masih ingat seluruh nama anak-anak dan cucu-cucunya. Ia sangat bangga dengan prestasi keturunannya, terutama jika berkaitan dengan prestasi di bidang agama. Selain itu, kakek adalah modin yang sangat disegani. Entah berapa puluh tahun beliau menjabat sebagai modin. Yang jelas, ketika berada di lingkungan kampung kakek, hampir semua orang tahu dan paham ketika disebut nama mbah modin.

Beberapa tahun terakhir,kebiasaan pergi ke Mojoagung tidak dapat beliau lakukan. Fisiknya yang kian melemah seiring bertambahnya usia membuat beliau hanya tinggal di rumah ditemani al-Qur'an yang sudah menjadi hobinya. Uniknya, meskipun usianya sudah lebih dari 90 tahun, matanya masih mampu membaca huruf-huruf al-Qur'an tanpa bantuan kacamata. Beberapa ayat dan surat juga sudah beliau hafal sehingga jika berdiskusi beliau tidak ragu-ragu menyebut beberapa ayat yang relevan dengan topik pembicaraan. Sungguh teladan yang luar biasa!

Selasa lalu, 21 Juli 2015, beliau dipanggil oleh Allah SWT sebelum subuh, waktu yang biasa beliau isi dengan shalat malam dan membaca al-Qur'an. Sehari sebelumnya, 20 Juli, di Nganjuk diadakan pertemuan keluarga yang dihadiri oleh hampir seluruh anak dan cucunya.  Jadi waktu itu, semua masih bisa menyaksikan kakek dan berdialog dengannya meskipun kondisi kakek memang sudah sangat lemah. Saya pun sempat berdialog dengan beliau. Namun, pertemuan itu nampaknya pertemuan terakhir antara kakek dengan keturunannya. Sehari setelahnya, kami dikejutkan oleh berita wafatnya dan kami pun berkumpul kembali di Nganjuk untuk memberikan penghormatan terakhir kepada beliau. Selamat jalan Kakek! Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk Kakek di sisi-Nya. Amin.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction