Rabu, 27 Juni 2012

ORANG CERDAS YANG SESUNGGUHNYA

Menjadi orang cerdas adalah dambaan setiap insan. Bisa kita kihat betapa sekolah-sekolah di seluruh penjuru dunia bekerja keras untuk memberikan pelayanan terbaik untuk peserta didik agar mereka cerdas. Di Indonesia, pemerintah melakukan gawe besar untuk mengukur kecerdasan dengan UAN atau UN. Beberapa pelajaran inti dijadikan tolok ukur kecerdasan itu, antara lain bahasa Inggris, IPA, dan IPS. Hal itu sudah disepakati oleh banyak pihak bahwa kecerdasan intelektual itu menjadi bagian keberhasilan seseorang dalam menjalani hidupnya kelak.

Sayangnya, tidak semua orang sepakat dengan pendapat di atas. Kecerdasan yang hanya mengagungkan IQ ternyata banyak melahirkan orang-orang berpendidikan tinggi namun dalam perilakunya tidak mnecerminkan ilmua yang dimiliki. Tak jarang ditemukan bahwa ilmu yang didalami justru memuluskannya untuk melakukan manipulasi halus dan penipuan licik. Akibatnya, rakyat banyak menjadi korban sikapnya yang egois dan korup.

Nah, apa sebenarnya kecerdasan yang rekomendasikan agama Islam? Salah satu indikator yang layak diperhitungkan adalah kesiapan mental menghadapi kematian. Lho, mengapa kematian menjadi ukuran? Jawabnya sangat mudah, bahwa setiap orang pasti mati. Persoalannya, sejauh mana seseorang mempersiapkan kematiannya? Seberapa banyak bekal yang akan mendampingi perjalanan panjangnya?

Bagi mereka yang tak percaya Tuhan apalagi kehidupan pasca kematian, bolehlah tulisan ini diabaikan. Tetapi, bagi seorang Muslim, kehidupan akhirat adalah haq dan pasti terjadi. Hanya saja, kehidupan dunia yang gemerlap dan menyilaukan mata terkadang telah membutakan hati tentang perlunya persiapan kehidupan akhirat. Dengan berpikir bahwa setiap amal perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban langsung oleh sang Khaliq, niscaya kita tidak akan berani melanggar aturan Tuhan yang sudah tertuang dalam al-Qur'an dan hadis. Sekali melanggar, apalagi menganiaya orang banyak, niscaya kita akan menanggung dosa dan siap-siap menyesal. Oleh sebab itu, kematian akan menjadi nasehat terbaik agar manusia kembali mengingat fitrahnya sehingga akan hati-hati dalam menjalani sisa-sisa hidupnya.  Inilah kecerdasan yang sesungguhnya, hidup arif dan santun, tanpa perlu menyakiti orang lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction