Rabu, 11 Mei 2011

PRESIDEN ISLAMIC DEVELOPMENT BANK DAN HABIBIE BERI ORIENTASI DI MALANG



Kemarin sore, kota Malang mendadak ramai. Pemandangan tidak biasa itu mulai tampat sejak tengah hari. Jalan-jalan protokol dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Ada apa gerangan? Ternyata, sore itu, mantan presiden RI ke-3 Habibie tiba di Malang bersama presiden Islamic Development Bank (IDB). Tujuan utamanya adalah menyaksikan lebih dekat perkembangan kampus yang mendapat bantuan IDB. Univesritas yang beruntung itu adalah UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) yang terletak di jalan Gajayana 50 Malang. Tentunya, aparat keamanan sudah siaga tatkala mobil yang membawa rombongan istimewa itu tiba di pelataran kampus. Bersama Habibie, terdapat orang-orang penting seperti Ilham Habibie, sejumlah pejabat Konsulat Saudi Arabia, dan perwakilan IDB di Asia Tenggara. Tak kalah pula, para rektor se-Indonesia turut hadir dalam acara tersebut. Kampus hijau UIN Maliki Malang benar-benar penuh pengunjung sehingga auditorium sangat luas di lantai 5 gedung rektorat penuh sesak oleh hadirin.
Dalam ceramahnya, Habibie mengatakan bahwa presiden IDB, Dr Muhammed Ahmed Ali adalah sabahat karibnya sejak ia menjabat sebagai penasehat presiden Suharto di bidang sains dan teknologi pada tahun 1975. Saat itu, Habibie diajak oleh Ali Wardana, mendiknas saat itu, menemui Ahmed Ali untuk bertukar pikiran dalam konsep IDB yang berdiri tahun itu juga. Pertemuan itu kemudian menjadi awal persahabatan mereka. Bahkan lebih dari itu, Habibie menyebut Ahmed Ali sebagai “brother”, sebuah pengakuan kedekatan hati dan emosi antara dua tokoh dunia itu.
Dalam ceramahnya, Habibie menceritakan kisah penamaan dirinya. Nama Baharuddin Yusuf Habibie mempunyai makna yang sangat dalam. Nama pemberian ayahnya itu meniscayakan ia harus konsisten memegang teguh nama tersebut. Dalam ulasannya yang berbahasa Inggris, Habibie mengatakan bahwa kata Banharuddin diambil dari kata “bahr” yang berarti lautan dan “din” yang bermakna agama. Ia kemudian menggabungkan dua kata itu dengan uraian bahwa ia harus menjadi orang yang mempunyai kedalaman ilmu demi tegakkan agama. Bidang yang ia pilih adalah sains. Semangat yang tinggi dan produktifitasnya yang luar biasa telah menjadikannya sebagai salah satu putra terbaik bangsa yang reputasinya diakui dunia.
Lebih lanjut tentang kata Yusuf, Habibie menerangkan bahwa kata Yusuf merujuk kepada salah satu nabi yang sangat penyabar dan konsisten dalam keyakinannya. Yusuf adalah sosok nabi yang teguh dalam pendirian dan kukuh dalam mengemban tugasnya. Untuk itu, ia harus bisa meniru Yusuf yang agung itu. Untuk itu, Habibie konsisten mengembangkan keahliannya dan akhirnya ia mampu meraih prestasi terbaik dalam hidupnya. Terakhir, nama Habibie. Nama itu adalah nama keluarganya yang mengandung pesan cinta. Cinta menurutnya tidak hanya cinta antara laki-laki dan perempuan atau cinta kepada keluarga, tetapi cinta itu haruslah universal. Kita harus cinta kepada lingkungan, alam semesta, dan yang tak kalah penting adalah cinta kepada sang Pencipta. Untuk itu, harus ada sinergi kekuatan positif yang akan membangun peradaban umat manusia yang sempurna.
Habibie memberikan tiga resep mujarab untuk kemajuan peradaban manusia. Pertama adalah iman. Tanpa iman, mustahil manusia mengenal dan mengakui tuhannya. Manusia hanya akan dibimbing oleh instink dan nalurinya tanpa bimbingan agung dari Tuhannya. Kedua adalah taqwa. Taqwa akan memberikan manusia stimulan dan imun agar dapat menjalankan hidup ini di dalam koridor yang telah ditentukan Tuhan dalam firman-Nya. Terakhir, syaratnya adalah sains. Sains akan membuka tabir penciptaan dan akan mengubah pandangan manusia yang picik dan sempit menjadi dalam dan luas. Ia akan sadar akan kebesaran sang pencipta dan ia akan tunduk patuh terhadap aturan-aturan-Nya. Dari sini, peradaban agung akan muncul akibat sinergi positif antara iman, taqwa, dan sains. Mungkin istilah imtaq bukan hal aneh dan bisa jadi klise, tapi itulah resep manjur yang sudah dirasakan Habibie dan nampaknya akan terus menjadi rumusan kesuksesan suatu bangsa.
Acara puncak diisi oleh Ahmed Ali yang menyampaikan kekaguman terhadap perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia. UIN Maulana Malik Ibrahim diharapkan menjadi pionir kebangkitan pendidikan Islam yang dapat ditiru oleh kampus-kampus yang lain. Ia menyatakan kebanggaannya bahwa bantuan yang diberikan oleh IDB ke Indonesia telah berwujud nyata melebihi harapannya. Oleh sebab itu, Ali menyampaikan empat pesan penting untuk kampus yang dipimpin Imam Suprayogo itu. Pertama, UIN Maulana Malik Ibrahim harus mampu meneladani kiprah Maulana Malik Ibrahim yang berasal sari samarkand itu. Keikhlasan Ibrahim dalam berjuang menegakkan panji-panji Islam di bumi nusantara ini layak untuk ditiru dalam mengembangkan pendidikan di kampus. Salah satu contoh mudahnya, hendaklah kampus UIN ini melahirkan generasi Muslim selevel Habibie karena nama Habibie telah dipahat dalam gedung sains UIN. Ini merupakan janji hati untuk bertekad membidani munculnya para ilmuwan Muslim papan atas dunia dari kampus UIN. Kedua, Ali mengharapkan agar pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa pengantar agama diteruskan dan ditingkatkan. UIN Maliki  yang telah mempunyai Program akselarasi bahasa Arab satu tahun dan wajib mukim di pesantren di awal kuliah dianggap telah berhasil menyiapkan generasi muslim yang kokoh di masa depan. Ketiga, UIN harus memberikan perhatian khusus dalam bidang ekonomi Islam. Ekonomi Islam saat ini diyakini banyak pakar sebagai sistem yang aman dan menguntungkan semua pihak. Dengan ekonomi, umat Islam akan bangkit dan meraih zaman keemasan. Terakhir, Ali berpesan agar kampus UIN Maliki mengembangkan kajian zakat dan wakaf. Zakat dan wakaf dinilai telah berhasil menjadi sumber pendanaan berbagai perguruan tingga ternama, semisal al-Azhar dan berbagai program pemberdayaan masyarakat. Saat ini, IDB bahkan sedang menjalin kerjasama dengan lembaga Wakaf Kuwait untuk mengembangkan berbagai kajian dan pusat-pusat Islam di dunia. Beruntung, saat ini UIN malang sudah mempunyai satu lembaga khusus untuk mengkaji zakat dan wakaf baik dari sisi keilmuan maupun praktik lapangan, yakni Pusat Kajina Zakat dan Wakaf “eL-Zawa”. Lembaga itu telah berdiri sejak tahun 2006 dan kian memberikan manfaat bagi masyarakat kampus dan masyarakat sekitarnya dengan sejumlah program, seperti pemberdayaan usaha kecil menengah. Semoga keempat amanat ini dapat diwujudkan di kampus-kampus Islam di seluruh Indonesia, khususnya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Amin.

Selasa, 10 Mei 2011

"HABIBIE", "GUS DUR" DAN "MEGA" DI UIN MALANG

Belum lama ini, UIN Malang mengundang Sinta Nuriyah ke kampus untuk meresmikan gedung perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang yang bernama KH Abdurrahan Wahid. Gus Dur dipandang layak untuk dijadikan sebagai simbul ilmu pengetahuan. Dengan bangga, Sinta Nuriyah memenjet tombol sirene sebagai tanda dimulainya penyebutan gudang ilmu itu sebagai Gedung Gus Dur.

Sebenarnya, bukan pertama kali nama presiden Indonesia menjadi nama bangunan di UIN Maliki Malang. Beberapa bulan lalu, BJ Habibie juga didaulat untuk meresmikan gedung Fakultas Sains dan teknologi yang diberi nama seperti dirinya. Kiprah Habibie di dunia sains yang mendapat pengakuan dunia layak diabadikan dalam nama pusat sains kampus Islami. Di samping itu, BJ Habibie dipilih karena beliau pernah menjabat sebagai presiden ke-3 republik ini.

Beberapa bulan ke depan, ada satu gedung lagi yang kan mendapat nama presiden. Gedung tersebut adalah gedung ilmu sosial yang meliputi fakultas Ekonomi, Psikologi, Hukum Islam (Syariah), dan Pendidikan Islam (Tarbiyah). Mau tahu namanya? Yakni presiden putri proklamator, Megawati Sukarnoputri. Dipilihnya nama ini karena Megawati dianggap simbul gerakan sosial di Indonesia khususnya di masa awal reformasi sekaligus mengenang jasa Megawati yang telah menandatangi SK perubahan STAIN Malang menjadi UIN Malang.

Lalu mengapa nama-nama presiden diangkat menjadi nama gedung kampus? Pastinya banyak alasannya di samping sejumlah pertimbangan di atas. Salah satu yang sering diungkap rektor, Prof. Imam Suprayogo, adalah agar mahasiswa yang belajar di kampus UIN Maliki Malang  bisa menjadi generasi unggul, unggul, dan unggul sehebat para presidennya….Bisakah? Hanya waktu yang akan menjawab….hehehehe

Sabtu, 02 April 2011

MUSIBAH YANG MENDEWASAKAN

Siapa yang mau ditimpa musibah? Rasanya tak ada orang yang bersedia untuk dirundung kesedihan. Bila ada tawaran lebih dulu, dapat dipastikan semua manusia akan meminta “rukhsoh (keringanan)” agar terhindar dari malapetaka. Akan tetapi, apakah benar musibah tidak perlu datang? Atau haruskah kita menghindari masalah?

Dalam berbagai peristiwa, kita dapat menyaksikan bahwa tidak sedikit perubahan signifikan dalam kehidupan seseorang berawal dari pengalaman buruk yang mengecewakan. Hati yang hancur, harapan yang pupus, dan masa depan yang nampak buram ternyata bisa menjadi pemicu kebangkitan besar seorang manusia dan bahkan sebuah bangsa. Jepang, misalnya, bom Hirosima dan Nagasaki ditengarai menjadi awal tonggak kemajuan negeri sakura itu. Kini setelah diterjang Sunami, masyarakat dunia menyatakan salut dan memberikan apresiasi tinggi atas kesigapan bangsa itu menghadapi musibah. Meskipun sekarang Jepang sedang berduka, namun banyak pakar memprediksi bahwa Jepang akan mengalami kejayaan jilid II dalam jangka waktu yang tak lama. Ini persis dengan semboyan “Habis Gelap terbitlah Terang.”

Belakangan ini saya mengamati kawan-kawan saya yang satu-persatu mendapat ujian. Ada yang sakit, ada yang harus berlama-lama terbaring di ruang rawat inap, hingga ada yang rela menghadap ilahi dengan cepat. Mengingat semua itu, saya menjadi sadar bahwa mereka sebenarnya sedang mengawali sebuah perjuangan panjang untuk meraih kesuksesan. Kesuksesan atau kebahagiaan yang tertunda itu memerlukan hati yang teguh, usaha yang terus-menerus, dan kegigihan sepanjang hayat. Mungkin, banyak di antara kita yang mudah putus asa tatkala ada halangan menghadang. Perasaan sebagai manusia paling malang seringkali menghinggapi hati. Padahal, kenikmatan hidup yang luas sudah biasa dikenyam. Oleh sebab itu, musibah bisa juga berfungsi sebagai pengingat bahwa kita sebenarnya telah diberi berbagai nikmat tak terhingga. Sayangnya, aneka karunia itu seperti sudah rutin terjadi sehingga tidak perlu disyukuri.

Coba bayangkan sejenak, apakah kita pernah merasa bahwa oksigen yang kita hirup setiap saat benar-benar gratis? Bila kita belum pernah melihat atau mengalami persoalan pernafasan, udara yang berlalu lalang sekitar kita seperti tidak ada harganya. Padahal, bila kita sebentar saja melongok saudara-saudara kita yang berada di ruang ICU, sadarlah kita bahwa nafas yang tanpa kendala ini merupakan salah satu karunia besar yang tak ternilai harganya. Itu baru soal oksigen. Belum tentang nikmat lidah yang bisa merasakan aneka makanan, mata yang bisa menangkap jutaan warna, kulit yang mudah beradaptasi dengan berbagai suhu, organ tubuh dalam yang istiqamah memproses makanan dan minuman…dari situ kita lagi-lagi terhenyak untuk menundukkan kepala atas segala anugerah yang tak sempat terkatakan.

Kembali ke persoalan musibah yang mendewasakan, banyak orang yang merasa bahwa hidupnya hari ini adalah konsekuensi logis dari kesabarannya menghadapi berbagai kendala masa lalu. Sebut saja Mas Joni. Ia adalah anak orang kampung yang hidupnya dahulu tergolong pas-pasan. Rasanya ia tak mungkin bisa mencapai prestasinya seperti sekarang. Saudara yang banyak dan ekonomi orang tua yang kembang kempis mengharuskannya untuk berjuang mati-matian mempertahankan hidup dan mengenyam pendidikan seadanya. Prinsipnya, hidup susah tidak akan selamanya susah jika dirinya mau berusaha semaksimal mungkin dengan mengorbankan waktu dan tenaga. Dulu, tak jarang ia mengeluh dan iri dengan kawan-kawannya yang bernasib lebih baik. Tapi, kini, ia malah bangga dengan keadaannya dahulu yang mengajarinya menjadi manusia yang tangguh dan pantang menyerah. Kawan-kawan kampungnya yang sering mengejeknya di waktu kecil kini justru hidup dalam kesusahan. Roda nampaknya telah berputar. Mas Joni akhirnya berpesan kepada siapapun yang ditemuinya bahwa kegigihan bisa merubah prediksi orang tentang nasib hidup kita.

Lain lagi dengan Mas Huda. Ia adalah tipe pria pekerja keras yang berlebihan sehingga ia mengalami penyakit yang mengharuskannya pensiun dini. Tekanan darah tinggi yang cukup lama diderita membuatnya terserang stroke berat. Siapa yang tidak sedih? Dia putus asa dan seakan dirinya akan dicampakkan oleh keluarga dan masyarakat. Sepertinya, hidupnya tak lebih baik dari matinya. Namun, atas dorongan dan dukungan moral dan berbagai pihak, kini mas Huda bangkit dengan membuka toko di rumahnya. Skillnya yang jeli dalam berbisnis mengajarinya untuk berpikir cerdas membaca peluang pasar. Dalam waktu yang tak lebih dari dua tahun, bisnis elektroniknya berkembang pesat. Alhasil, ia kini menjadi pedagang yang sukses dan mandiri.

Dari kisah di atas, saya menjadi semakin yakin bahwa keadaan apapun yang kita alami merupakan skenario Tuhan yang paling indah untuk hidup kita. Pengalaman buruk, permasalahan pelik, atau keadaan yang tak sesuai harapan bukanlah akhir segala-galanya. Keteguhan hati yang dibarengi dengan kepasrahan mendalam kepada sang pencipta bisa menjadi salah satu solusi mujarab bagi kita yang sedang dirundung musibah. Semoga kita lulus dalam kehidupan nyata ini. Amin.

Rabu, 16 Maret 2011

KUNJUNGAN EL-ZAWA KE PT KEPURUN PAWANA INDONESIA DI KLATEN


Bulan ini, tepatnya tanggal 7 Maret 2011, Pusat Kajian Zakat dan Wakaf “eL-Zawa” UIN Maliki Malang berkesempatan untuk studi banding ke sebuah lembaga yang telah sukses mengelola pertanian terpadu. Lembaga itu adalah PT Kepurun Pawana Indonesia (PT KPI) yang berlokasi di lereng Merapi, wilayah Klaten. Lembaga yang berdiri pada tahun 1997 ini awalnya merupakan Pusat Pelatihan (Training Center) untuk karyawan PLN yang menjelang purna tugas. Lambat laun, lembaga ini  berubah menjadi pusat kegiatan pembelajaran untuk pertanian terpadu yang gaungnya telah menyebar hingga manca negara.

Konsep keterpaduan yang diusung PT KPI ini berorientasi pada penggabungan tiga potensi utama yang umumnya dimiliki bangsa Indonesia sebagai negara agraris, yakni pertanian organik, peternakan, dan perikanan.  Ketiga kegiatan tersebut bersumber dari semangat untuk “kembali ke alam.” Sungguh sangat disayangkan bangsa kita yang dulunya pernah dikenal sebagai bangsa yang berswasembada pangan kini menjadi pengimpor aktif bahan makanan pokok termasuk beras. Ironis sekali, bukan?

Tanaman yang dikembangbiakkan di lembaga ini dirawat tanpa campuran pupuk kimia. Sejumlah tanaman sayuran,semisal tomat dan terong, berkembang biak dengan baik  hanya cukup diberi limbah peternakan. Usaha ini tentu dalam rangka menjaga tubuh agar tetap sehat.  Selain itu, tanaman organik bila diproduksi dalam skala besar akan dapat menjadi salah satu sumber penghasilan yang menjanjikan karena harga tanaman organik di pasaran cukup tinggi. Namun, bila hanya memiliki lahan tidak terlalu luas, cara penanaman yang efisien pun dapat dilakukan. Caranya adalah dengan menanam sayuran di pot gantung, paralon berdiri dengan lubang kecil di kanan kirinya, hingga menggunakan botol minuman bekas. Dengan demikian, kebutuhan sayuran keluarga dapat terpenuhi dengan biaya yang sangat rendah tapi sangat menyehatkan.

Fungsi lain dari limbah peternakan adalah sebagai bahan pembuatan sumber energi gas baru (biogas) yang dapat digunakan untuk memasak. Caranya adalah kotoran sapi yang sudah dicampur dengan air dimasukkan ke dalam bak penampung tertutup yang kemudian dibuat pipa khusus yang disambungkan ke kompor. Alhasil, uap yang diproduksi oleh limbah tadi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti gas elpiji. Kompor yang berbahan bakar biogas ini bebas dari kekhawatiran meledak karena bersifat alami dan bertekanan rendah.

Penanaman ikan merupakan salah satu program unggulan PT KPI ini. Berbagai ikan dibudidayakan di sekitar lokasi pelatihan. Pembibitan hingga pembesaran ikan dapat dipelajari di sana. Makanan ikan pun dapat diperoleh secara gratis dengan meletakkan kandang ayam atau itik di atasnya. Limbah dari peternakan ini dapat digunakan sebagai bahan makanan alami ikan.

 Kesimpulannya, eL-Zawa bekerja sama dengan Unit Pengembangan UIN Maliki Malang akan melakukan terobosan baru dengan membuka lahan seluas 5 ha di daerah Batu sebagai salah satu pusat pertanian terpadu. Dana zakat yang jumlahnya kian banyak akan diinvestasikan dalam proyek produktif yang hasilnya nanti akan didistribusikan kepada masyarakat kurang beruntung. Semoga berhasil! Amin.

Senin, 14 Maret 2011

BILA SEMANGAT ITU PUDAR...

Belakangan ini saya dihadapkan pada pelbagai masalah, baik dalam keluarga, pekerjaan, hingga persoalan deadline studi. Masalah tersebut datang begitu saja tanpa peduli apakah saya bisa menghadapinya atau tidak. Pokoknya, semua harus selesai tepat waktu padahal kesempatan dan energi yang saya punya sangatlah terbatas. Kepala ini rasanya mau pecah….hehehe…Wow!!!

Saya tahu setiap orang punya masalah, baik kecil maupun besar. Itu merupakan garis ilahi yang diformat sebagai sarana ujian untuk mengetahui kualitas diri kita. Tapi, umumnya, kebanyakan orang, dan saya termasuk di dalamnya, mudah sekali tertekan dengan keadaan. Maunya sih semua sukses, beres tuntas tanpa ganjalan. Tetapi, nyatanya, ada saja yang membuat harapan itu pupus. Geram bukan? Tetapi, setelah saya pikir-pikir, tak ada gunanya saya berkeluh kesah. Toh, masalah akan tetap ada dan kita harus berani menghadapi “mimpi buruk” itu. Lalu apa solusinya?

Memang tidak mudah mencari solusi di kala pikiran sedang kalut. Langkah pertama yang tepat adalah menenangkan diri, khususnya pikiran dan hati. Gemuruh kekecewaan pada kenyataannya hanya mengakibatkan tekanan darah naik, situasi jiwa kacau, dan efeknya adalah pekerjaan menumpuk tak terselesaikan. Dengan jiwa damai, alur nalar bisa kembali pulih dan semangat pun bisa muncul kembali.

Adapun cara penenangannya bisa disesuaikan dengan kondisi. Bila ada kesempatan untuk rekreasi ke tempat yang sejuk dan teduh, ada baiknya dibuat satu jadwal khusus untuk hal tersebut. Di Malang, saya punya banyak pilihan, seperti Sengkaling, Jatim park atau Taman Kota. Semua memberikan sentuhan penyegaran di tengah penatnya otak yang terus dipacu. Bercengkerama dengan anggota keluarga adalah pilihan yang baik. Bercanda dengan anak atau ngobrol dengan saudara di sela-sela kelelahan psikis dan fisik bisa memberikan relaksasi. Alternatif lain untuk penenangan adalah meditasi. Sudah banyak pakar menjelaskan bahwa meditasi yang antara lain dikemas dalam sebuah acara ritual keagamaan dapat menenangkan batin. Kesadaran bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara yang dipadukan dengan kepasrahan penuh kepada sang Pencipta akan memberikan efek positif kepada jiwa manusia sehingga kesehatan raga pun kembali pulih.

Langkah kedua adalah mencari jawaban penyelesaian masalah dengan segera. Saya biasanya membuat catatan permasalahan di buku agenda dan mencoba mereka-reka jawabannya. Jika saya harus berkonsultasi dengan seseorang, saya akan meluangkan waktu untuk menelepon atau menemuinya. Kawan dekat atau pasangan dapat berperan sebagai partner diskusi untuk mencari solusi jitu. Dengan berbagi rasa dengan seseorang, biasanya akan ditemukan berbagai pilihan penyelesaian yang terkadang tidak terpikir sebelumnya.

Langkah ketiga adalah tawakkal. Entahlah, tawakkal bagi saya merupakan langkah terakhir yang harus saya lakukan setelah rangkaian usaha maksimal telah selesai. Saya masih memegang satu keyakinan bahwa apa yang saya terima dan hadapi merupakan hal terbaik yang direncanakan oleh Tuhan. Jika kehendak Tuhan tidak sesuai dengan keinginan saya, saya pun menyerah. Dia pasti tahu mana yang pas buat saya. Walau terkadang kecewa berat atau malu sangat, saya berusaha untuk khusnudzan kepada-Nya. Hanya kepada-nya saya memohon dan kepada-Nya pula saya akan kembali. Saya yang lemah, berawal dari tiada akan kembali ke tiada. Nah, nampaknya, dengan begitu, saya akan kembali bersemangat untuk menyongsong hari esok yang penuh dinamika. Semoga kita semua sukses dalam menggapai cita…walau jutaan rintangan datang menyapa…Ok…hehehe

Introduction