Belakangan ini saya dihadapkan pada pelbagai masalah, baik dalam keluarga, pekerjaan, hingga persoalan deadline studi. Masalah tersebut datang begitu saja tanpa peduli apakah saya bisa menghadapinya atau tidak. Pokoknya, semua harus selesai tepat waktu padahal kesempatan dan energi yang saya punya sangatlah terbatas. Kepala ini rasanya mau pecah….hehehe…Wow!!!
Saya tahu setiap orang punya masalah, baik kecil maupun besar. Itu merupakan garis ilahi yang diformat sebagai sarana ujian untuk mengetahui kualitas diri kita. Tapi, umumnya, kebanyakan orang, dan saya termasuk di dalamnya, mudah sekali tertekan dengan keadaan. Maunya sih semua sukses, beres tuntas tanpa ganjalan. Tetapi, nyatanya, ada saja yang membuat harapan itu pupus. Geram bukan? Tetapi, setelah saya pikir-pikir, tak ada gunanya saya berkeluh kesah. Toh, masalah akan tetap ada dan kita harus berani menghadapi “mimpi buruk” itu. Lalu apa solusinya?
Memang tidak mudah mencari solusi di kala pikiran sedang kalut. Langkah pertama yang tepat adalah menenangkan diri, khususnya pikiran dan hati. Gemuruh kekecewaan pada kenyataannya hanya mengakibatkan tekanan darah naik, situasi jiwa kacau, dan efeknya adalah pekerjaan menumpuk tak terselesaikan. Dengan jiwa damai, alur nalar bisa kembali pulih dan semangat pun bisa muncul kembali.
Adapun cara penenangannya bisa disesuaikan dengan kondisi. Bila ada kesempatan untuk rekreasi ke tempat yang sejuk dan teduh, ada baiknya dibuat satu jadwal khusus untuk hal tersebut. Di Malang, saya punya banyak pilihan, seperti Sengkaling, Jatim park atau Taman Kota. Semua memberikan sentuhan penyegaran di tengah penatnya otak yang terus dipacu. Bercengkerama dengan anggota keluarga adalah pilihan yang baik. Bercanda dengan anak atau ngobrol dengan saudara di sela-sela kelelahan psikis dan fisik bisa memberikan relaksasi. Alternatif lain untuk penenangan adalah meditasi. Sudah banyak pakar menjelaskan bahwa meditasi yang antara lain dikemas dalam sebuah acara ritual keagamaan dapat menenangkan batin. Kesadaran bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara yang dipadukan dengan kepasrahan penuh kepada sang Pencipta akan memberikan efek positif kepada jiwa manusia sehingga kesehatan raga pun kembali pulih.
Langkah kedua adalah mencari jawaban penyelesaian masalah dengan segera. Saya biasanya membuat catatan permasalahan di buku agenda dan mencoba mereka-reka jawabannya. Jika saya harus berkonsultasi dengan seseorang, saya akan meluangkan waktu untuk menelepon atau menemuinya. Kawan dekat atau pasangan dapat berperan sebagai partner diskusi untuk mencari solusi jitu. Dengan berbagi rasa dengan seseorang, biasanya akan ditemukan berbagai pilihan penyelesaian yang terkadang tidak terpikir sebelumnya.
Langkah ketiga adalah tawakkal. Entahlah, tawakkal bagi saya merupakan langkah terakhir yang harus saya lakukan setelah rangkaian usaha maksimal telah selesai. Saya masih memegang satu keyakinan bahwa apa yang saya terima dan hadapi merupakan hal terbaik yang direncanakan oleh Tuhan. Jika kehendak Tuhan tidak sesuai dengan keinginan saya, saya pun menyerah. Dia pasti tahu mana yang pas buat saya. Walau terkadang kecewa berat atau malu sangat, saya berusaha untuk khusnudzan kepada-Nya. Hanya kepada-nya saya memohon dan kepada-Nya pula saya akan kembali. Saya yang lemah, berawal dari tiada akan kembali ke tiada. Nah, nampaknya, dengan begitu, saya akan kembali bersemangat untuk menyongsong hari esok yang penuh dinamika. Semoga kita semua sukses dalam menggapai cita…walau jutaan rintangan datang menyapa…Ok…hehehe
Saya tahu setiap orang punya masalah, baik kecil maupun besar. Itu merupakan garis ilahi yang diformat sebagai sarana ujian untuk mengetahui kualitas diri kita. Tapi, umumnya, kebanyakan orang, dan saya termasuk di dalamnya, mudah sekali tertekan dengan keadaan. Maunya sih semua sukses, beres tuntas tanpa ganjalan. Tetapi, nyatanya, ada saja yang membuat harapan itu pupus. Geram bukan? Tetapi, setelah saya pikir-pikir, tak ada gunanya saya berkeluh kesah. Toh, masalah akan tetap ada dan kita harus berani menghadapi “mimpi buruk” itu. Lalu apa solusinya?
Memang tidak mudah mencari solusi di kala pikiran sedang kalut. Langkah pertama yang tepat adalah menenangkan diri, khususnya pikiran dan hati. Gemuruh kekecewaan pada kenyataannya hanya mengakibatkan tekanan darah naik, situasi jiwa kacau, dan efeknya adalah pekerjaan menumpuk tak terselesaikan. Dengan jiwa damai, alur nalar bisa kembali pulih dan semangat pun bisa muncul kembali.
Adapun cara penenangannya bisa disesuaikan dengan kondisi. Bila ada kesempatan untuk rekreasi ke tempat yang sejuk dan teduh, ada baiknya dibuat satu jadwal khusus untuk hal tersebut. Di Malang, saya punya banyak pilihan, seperti Sengkaling, Jatim park atau Taman Kota. Semua memberikan sentuhan penyegaran di tengah penatnya otak yang terus dipacu. Bercengkerama dengan anggota keluarga adalah pilihan yang baik. Bercanda dengan anak atau ngobrol dengan saudara di sela-sela kelelahan psikis dan fisik bisa memberikan relaksasi. Alternatif lain untuk penenangan adalah meditasi. Sudah banyak pakar menjelaskan bahwa meditasi yang antara lain dikemas dalam sebuah acara ritual keagamaan dapat menenangkan batin. Kesadaran bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara yang dipadukan dengan kepasrahan penuh kepada sang Pencipta akan memberikan efek positif kepada jiwa manusia sehingga kesehatan raga pun kembali pulih.
Langkah kedua adalah mencari jawaban penyelesaian masalah dengan segera. Saya biasanya membuat catatan permasalahan di buku agenda dan mencoba mereka-reka jawabannya. Jika saya harus berkonsultasi dengan seseorang, saya akan meluangkan waktu untuk menelepon atau menemuinya. Kawan dekat atau pasangan dapat berperan sebagai partner diskusi untuk mencari solusi jitu. Dengan berbagi rasa dengan seseorang, biasanya akan ditemukan berbagai pilihan penyelesaian yang terkadang tidak terpikir sebelumnya.
Langkah ketiga adalah tawakkal. Entahlah, tawakkal bagi saya merupakan langkah terakhir yang harus saya lakukan setelah rangkaian usaha maksimal telah selesai. Saya masih memegang satu keyakinan bahwa apa yang saya terima dan hadapi merupakan hal terbaik yang direncanakan oleh Tuhan. Jika kehendak Tuhan tidak sesuai dengan keinginan saya, saya pun menyerah. Dia pasti tahu mana yang pas buat saya. Walau terkadang kecewa berat atau malu sangat, saya berusaha untuk khusnudzan kepada-Nya. Hanya kepada-nya saya memohon dan kepada-Nya pula saya akan kembali. Saya yang lemah, berawal dari tiada akan kembali ke tiada. Nah, nampaknya, dengan begitu, saya akan kembali bersemangat untuk menyongsong hari esok yang penuh dinamika. Semoga kita semua sukses dalam menggapai cita…walau jutaan rintangan datang menyapa…Ok…hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar