Sabtu, 30 Juli 2011

PULUHAN JUTA "SAWERAN" DI MAKAM GUS DUR

Meskipun saya tinggal di Jawa Timur, bukan berarti saya punya kesempatan awal untuk berziarah ke makam Gus Dur. Paling banter, saya hanya lewat depan Pesantren Tebuireng saat melakukan perjalanan antara Jombang-Malang. Barulah bulan ini saya menyempatkan diri untuk bertandang ke Makam “Wali Kesepuluh” itu.

Bagi saya, makam Gus Dur tidak semegah yang saya bayangkan. Predikatnya sebagai mantan presiden, makam tokoh pluralisme itu sama sekali jauh dari kemewahan. Bayangan saya, makam Gus Dur berbentuk istana kecil dengan batu nisan yang terbuat dari marmer mahal. Pusaranya juga dibangun dengan arsitektur indah sehingga kewibawaan tokoh NU itu benar-benar terpancar. Ternyata tidak! Makamnya tidak beda dengan makam orang kebanyakan. Nisannya sederhana dan makamnya masih berupa gundukan tanah. Tak ada asesoris menonjol kecuali sebuah vas yang penuh dengan bunga sedap malam. Betapa kebersahajaan itu membuat hati saya terenyuh. Doa-doa yang dipanjatkan ratusan peziarah tanpa henti di dekat peristirahatannya terakhir mengukuhkan kebesarannya, kedekatannya dengan masyarakat, dan kecintaannya kepada negeri. Saya pun hanyut dalam kesedihan.

Di balik ritualitas di makam itu, ada permandangan tak biasa dibanding dengan kunjungan saya beberapa tahun lalu sebelum Gus Dur Wafat. Di sekitar makam, kini dapat ditemukan sejumlah kotak amal berlabel LSPT (Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng) yang jumlahnya sekitar lima buah. Karena saya kenal dengan bberapa tokoh pesantren itu, saya pun bertanya fungsi kotak tersebut. Pak Muhsin, salah satu tokoh penting di pondok itu mengatakan bahwa sejarah kotak itu diawali dengan munculnya kebiasaan saweran para pengunjung yang melemparkan sejumlah uang di makam Gus Dur. Kadangkala, uang tersebut dilemparkandi depan rumah Gus Sholah yang kini menjabat sebagai Pengasuh pesantren. Celakanya, uang berserakan yang jumlahnya sangat banyak itu diambil oleh sekelompok orang yang memanfaatkan kesempatan. Oleh sebab itu, pihak pondok berinisiatif membuat kotak amal khusus yang diperuntukkan bagi para peziarah yang ingin bersedekah. Sejak itu, masyarakat tidak lagi saweran di makam, namun mengalihkannya ke kotak LSPT.

Mau tahu jumlahnya? Pak Agus Maulana, ketua LSPT, mengatakan bahwa dana yang masuk lebih dari 20 juta perbulan. Bahkan pada bulan-bulan awal wafatnya Gus Dur, dana yang masuk bisa sampai 75 juta! Sungguh fantastik bukan? Meskipun sudah tidak ada di alam dunia ini, Gus Dur masih bisa mendatangkan manfaat bagi fakir miskin dan orang-orang susah yang diberi santunan oleh LSPT. Inilah salah satu bukti kebesaran Gus Dur hingga hari ini….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction