Senin, 26 September 2011

REKTORKU IDOLAKU

Tak pernah kusangka kalau aku akan bisa dekat dengan idolaku. Ia adalah rektorku, rektor UIN Malang tempat kumengabdi saat ini. Aku bersyukur bahwa pada akhirnya aku bisa bercengkerama dengan beliau beberapa kali.

Nama rektor UIN Malang, Prof Imam Suprayogo, sudah tak asing lagi di jagad Kementerian Agama. Sebagai pemimpin kampus nomor 1 PTAIN se-Indonesia membuat harum namanya kian semerbak. Dulu, sewaktu aku masih pertama kali menginjakkan kaki di bumi Malang, aku belum begitu tertarik mengenal lebih jauh tentang jati diri beliau. Namun, seiring waktu dan setelah sejumlah kali tatap muka, aku jadi kian terpesona. Entahlah, tanpa aku sadar, Prof Imam menjelma jadi salah satu idolaku.

Di antara sederet pengalaman bercengkerama dengan beliau, hari ini aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Saking berharganya momen itu, aku tak tahan untuk mencurahkan di blog pribadiku ini. Seperti biasa, beliau memanggil kami, pengelola zakat di kampus, ke ruang kerja beliau. Dalam benak, aku  menduga bahwa aku dan kawanku tak akan banyak waktu menemui beliau. Tapi, kali ini, waktunya sangat tepat, di kala tak banyak tamu dan saat beliau sudah selesai menuntaskan tugas-tugas kampus.

Setelah cukup berbasa-basi dan mengungkapkan tujuan beliau memanggil kami, berkembanglah pembicaraan lebih luas tentang Islam, ilmu pengetahuan, watak manusia, hingga pertanyaan kapan aku lulus. Satu demi satu uraian yang menyejukkan mengalir dari bibir beliau: untaian kalimat nan teduh, motivasi yang tiada henti, dan siraman rohani yang menentramkan. Kami ibarat mendapatkan kuliah atau pengajian 3 sks bersama beliau. Betapa tidak, dalam waktu tidak kurang dari dua jam kami duduk berdampingan dengan beliau seperti seorang sahabat bertemu kawan lamanya, ya, bukan lagi hubungan atasan bawahan yang menimbulkan jarak menganga. Beberapa cuplikannya akan saya uraikan di bawah ini.

Mengawali wejangannya, beliau mengajak berpikir tentang perlunya rukyah dan hilal. Bagi beliau, rukyah hilal mungkin penting, tetapi ada yang lebih penting dari hal ini, yaitu merukyah dan menghisap dompet istri. Lho? Setengah tertawa tapi penasaran, kami terus mendengarkan uraiannya. Beliau mengatakan bahwa merukyah bulan untuk menentukan awal Syawal itu penting. Tapi bila kita tidak merukyah dompet istri yang menjadi kewajiban suami untuk mengisinya, kita akan celaka. Istri akan cemberut dan marah-marah karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Setelah merukyah, seyogyanya kita juga menghisap jumlah uangnya. Kita tak boleh lupa menghitung. Jangan sampai belum akhir bulan jatah belanja sudah habis. Ini bisa jadi akan menjadi awal perang dunia ketiga hehehe....

Cerita lain lagi adalah tentang menulis. Kata beliau, banyak orang yang mengaku dirinya dosen. Tapi sayangnya,  tak banyak yang mau menulis. Padahal, menulis merupakan refleksi dari ilmu seseorang. Lalu beliau mengibaratkan dosen itu seperti tanaman. Ada tanaman yang bila diberi pupuk langsung besar dan berbuah. Sebaliknya, ada pula tanaman yang jika diberi obat dan vitamin, ia tetap saja tak bisa besar dan malahan layu. Ini perumpamaan dari dosen yang sudah disekolahkan, diberi beasiswa, dan diberi sejumlah insentif agar bisa berkarya dan berprestasi. Tapi nyatanya, banyak yang hanya menjadi dosen ala kadarnya dan kuliahnya tak kelar-kelar...hehehe...untuk yang satu ini aku boleh tersinggung...hehehehe

Terakhir, beliau bilang kalau beliau kasihan kepada tuhan. Lho, tuhan kok dikasihani? Beliau mengatakan bahwa Allah SWT berulangkali berfirman dalam surat ar-Rahman: "Dengan alasan apa lagi kamu dustakan Tuhanmu?" atau "Fa biayya alai robbikuma tukadzdziban..." Kasihan ya Tuhan, sepertinya sudah putus asa mengajari manusia, sudah diberi wahyu, diberi rasul, diajari dengan al-Qur'an, tapi masih ada saja yang tak percaya dan tak mau mengikuti jalannya. Ayat-ayat Tuhan dalam al-Qur'an yang begitu indah dan dalam maknanya serta ayat-ayat kauniyah di alam semesta yang tak berujung pangkal ternyata masih belum bisa membuat orang ingat dengan sang Penciptanya. Banyak sekali orang yang kafir di muka bumi ini dengan segala tingkah polahnya. Tuhan sudah memberi garis-garis besar kehidupan, dari awal penciptaan hingga kehidupan setelah dunia ini, tapi sedikit sekali yang peduli. Duh, kasihan betul Tuhan ya?....hehehehe...Prof Imam ini membuat saya semakin kagum saja.....Kapan ya kami bisa mewarisi keluasan ilmu dan kedalaman spiritual Prof Imam....? Hanya waktu yang akan membuktikan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction