Senin, 05 November 2012

PENGALAMAN MENYERAHKAN PENGANTIN

Minggu lalu aku punya pengalaman yang unik. Aku diberi amanah untuk menjadi wakil dari salah satu warga yang menikahkan anak laki-lakinya dengan seorang perempuan asal Banyuwangi. Jauh-jauh hari, aku sudah dipesan untuk mengosongkan kegiatan tanggal 30 Oktober. Untungnya, setelah aku cek, ternyata tanggal 30 Oktober adalah hari Selasa dan merupakan hari ujian UTS bagi seluruh mahasiswa. Alhasil, aku tidak harus masuk kelas karena biasanya ada petugas khusus fakultas yang ditunjuk mendampingi mahasiswa. Aku yang sebenarnya merasa belum pantas menerima amanah ini akhirnya menyatakan kesanggupan untuk bisa ikut serta rombongan ke Banyuwangi.

Tepat pukul 4.30 pagi, aku bersama rombongan keluarga besar pak Madi berangkat ke Banyuwangi menggunakan bis besar. Perjalanan cukup melelahkan, setidaknya butuh waktu 7-8 jam untuk mencapai Banyuwangi. Kami akirnya sampai di rumah calon pengantin wanita pukul 12.00 dan langsung mengikuti proses akad nikah dan resepsi walimahan. Dalam upacara walimahan itulah, aku harus melaksanakan tugas pertama seumur hidup mewakili keluarga untuk menyerahkan pengantin pria kepada keluarga pengantin pria. Alhamdulillah, meskipun agak deg-degan, amanah itu berhasil kulaksanakan dengan baik. Ya, pengalaman pertama yang cukup menegangkan syaraf. Aku bersyukur bisa menyampaikan beberapa informansi yang dipesan oleh pemberi amanah, seperti mengundang keluarga pengantin wanita untuk datang ke acara syukuran pengantin pria pada tanggal 3 November. Bagiku, aku sangat gembira karena usai sudah tugasku.

Pukul 15.00, kami mohon pamit. Bis meluncur ke Malang dan baru sampai rumah pukul 24.00 malam. Aku sangat lelah meskipun hatiku gembira. Paginya, Rabu 31 Oktober, aku langsung beraktifitas seperti sediakala.
 Hari Kamis, 1 November, pak Madi mendatangiku untuk meminta kesedianku kembali untuk menerima pengantin wanita pada upacara tasyakuran tanggal 3 November di Malang. Wah, berhubung tanggal 3 aku dapat jadwal ceramah di masjid UIN, aku menolak permintaan itu denga halus. Menurutku, pak Madi akan dengan mudah meminta bantuan tokoh-tokoh masyarakat untuk mewakilinya. Tapi, pada tanggal 3 Nov itu, tokoh yang katanya siap menggantikanku tidak bisa hadir. Terpaksa, aku harus tampil ke depan lagi. Acara kampus sedikit kuabaikan demi menjaga perasaan tetanggaku.Alhamdulillah, untuk yang kedua kali, aku bisa menjalankan tugasku dengan baik. Meskipun aku masih anak bau kencur. ternyata masyarakat sekitarku menanggapku sudah layak tampil memerankan tokoh yang dituakan alias sesepuh. Hahaha, ternyata aku sudah tua ya...hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction