Kemarin, saya mengikuti sebuah talk show yang menghadirkan pembicara
utama, Sandiaga S Uno. Sandi–demikian sapaan akrabnya– adalah salah satu
pengusaha muslim muda yang sukses menjadi salah satu dari 40 orang
terkaya Indonesia. Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian
Pelantikan Pengurus ICMI Orda Malang Raya di gedung Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya. Kebetulan saya menjadi salah satu orang yang
dilantik pada kesempatan tersebut. Sandi ternyata menjadi Bendahara
ICMI Pusat.
Mengawali ceramahnya, Sandi memberikan gambaran betapa bangsa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bangsa yang maju dan kaya. Ragam bahasa, budaya, aneka hayati, kekayaan hasil bumi, tambang, keindahan alam, dan jumlah penduduk yang besar merupakan bekal untuk menjadi salah satu negara terdepan di jagad raya ini. Tapi yang mengenaskan, kemiskinan masih jadi masalah laten, impor bermacam-macam bahan makanan, sampai garam pun yang seharusnya diproduksi dalam negeri masih harus didatangkan dari negara lain.
Pada bagian selanjutnya, ia mengajak pemuda muslim untuk berani menatap hidup dengan tegar dan gigih berjuang. “Tak ada sukses yang instan” begitu semboyannya. Hidup harus rela jatuh bangun, berputar dan berpendar, hingga kegagalan menjadi menu abadi. Dengan kesiapan mental yang sudah terlatih, ide-ide cemerlang akan tumbuh. Tak ada kata mundur atau putus asa dalam kamus hidup. Hanya orang-orang yang tak pernah berhenti mencoba dan berusahalah yang akan menguasai dunia. Ia mencontohkan pendiri KFC yang baru mendapat resep ayam goreng setelah melakukan percobaan 1000 kali. Apa jadinya jika ia berhenti di kali ke 900, pasti KFC tidak pernah wujud atau tak sepopuler sekarang.
Lalu, Sandi menceritakan sosok Muhammad, nabi mulia yang menjadi panutan Umat Islam. Ia adalah sosok pejuang yang tak kenal lelah. Ia adalah saudagar sejati. Ia telah berhasil menunjukkan jalan kebenaran melalui alur kehidupannya. Karena itulah, tak heran kalau kemudian riwayat hidupnya menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan hidup yang salah satunya adalah hidup sebagai pedagang.
Berkaitan dengan profesi atau pekerjaan, Sandi tak sepakat bahwa jadi pegawai adalah pilihan utama. Kalaulah setiap orang ingin menjadi pegawai, hal itu dapat dimaklumi karena dengan menjadi pegawai, ia tidak terlalu banyak berpikir tentang kelangsungan lembaga atau perusahaan. Hidupnya terjamin meskipun dalam tarap sederhana. Tetapi, berapa banyak orang yang bisa menjadi pegawai? Inilah hidup! Jalan hidup tidak hanya menjadi pegawai, tapi justru sebagai saudagar sebagaimana yang dicontohkan Nabi adalah jalan terbaik. Semangat-semangat Islam yang telah diajarkan seperti jujur, gigih, humanis, dan profesional dapat mengantar seseorang untuk menjadi pengusaha yang handal yang jauh dari sikap korup dan memperkaya diri sendiri.
Akhirnya, Sandi menyimpulkan bahwa gerakan enterpreneurship harus digalakkan untuk mendorong sikap kemandirian setiap anak bangsa. Berani bergerak dan berkarya akan mendorong kemajuan umat sehingga dapat sejajar dengan bangsa lain. Hidup saudagar muda! Ayo bangkitlah pengusaha muda!
Mengawali ceramahnya, Sandi memberikan gambaran betapa bangsa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bangsa yang maju dan kaya. Ragam bahasa, budaya, aneka hayati, kekayaan hasil bumi, tambang, keindahan alam, dan jumlah penduduk yang besar merupakan bekal untuk menjadi salah satu negara terdepan di jagad raya ini. Tapi yang mengenaskan, kemiskinan masih jadi masalah laten, impor bermacam-macam bahan makanan, sampai garam pun yang seharusnya diproduksi dalam negeri masih harus didatangkan dari negara lain.
Pada bagian selanjutnya, ia mengajak pemuda muslim untuk berani menatap hidup dengan tegar dan gigih berjuang. “Tak ada sukses yang instan” begitu semboyannya. Hidup harus rela jatuh bangun, berputar dan berpendar, hingga kegagalan menjadi menu abadi. Dengan kesiapan mental yang sudah terlatih, ide-ide cemerlang akan tumbuh. Tak ada kata mundur atau putus asa dalam kamus hidup. Hanya orang-orang yang tak pernah berhenti mencoba dan berusahalah yang akan menguasai dunia. Ia mencontohkan pendiri KFC yang baru mendapat resep ayam goreng setelah melakukan percobaan 1000 kali. Apa jadinya jika ia berhenti di kali ke 900, pasti KFC tidak pernah wujud atau tak sepopuler sekarang.
Lalu, Sandi menceritakan sosok Muhammad, nabi mulia yang menjadi panutan Umat Islam. Ia adalah sosok pejuang yang tak kenal lelah. Ia adalah saudagar sejati. Ia telah berhasil menunjukkan jalan kebenaran melalui alur kehidupannya. Karena itulah, tak heran kalau kemudian riwayat hidupnya menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan hidup yang salah satunya adalah hidup sebagai pedagang.
Berkaitan dengan profesi atau pekerjaan, Sandi tak sepakat bahwa jadi pegawai adalah pilihan utama. Kalaulah setiap orang ingin menjadi pegawai, hal itu dapat dimaklumi karena dengan menjadi pegawai, ia tidak terlalu banyak berpikir tentang kelangsungan lembaga atau perusahaan. Hidupnya terjamin meskipun dalam tarap sederhana. Tetapi, berapa banyak orang yang bisa menjadi pegawai? Inilah hidup! Jalan hidup tidak hanya menjadi pegawai, tapi justru sebagai saudagar sebagaimana yang dicontohkan Nabi adalah jalan terbaik. Semangat-semangat Islam yang telah diajarkan seperti jujur, gigih, humanis, dan profesional dapat mengantar seseorang untuk menjadi pengusaha yang handal yang jauh dari sikap korup dan memperkaya diri sendiri.
Akhirnya, Sandi menyimpulkan bahwa gerakan enterpreneurship harus digalakkan untuk mendorong sikap kemandirian setiap anak bangsa. Berani bergerak dan berkarya akan mendorong kemajuan umat sehingga dapat sejajar dengan bangsa lain. Hidup saudagar muda! Ayo bangkitlah pengusaha muda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar