Senin, 20 Desember 2010

MASIH ADAKAH TUHAN DI BARAT?

Mencari tuhan di barat? Ah, yang benar aja. Memangnya tuhan mengambil tempat di suatu lokasi tertentu? Atau tuhan sedang jalan-jalan ke negara-negara barat? Hemmm, memang sulit rasanya mendiskusikan tuhan di era yang serba canggih sekarang ini. Alih-alih menemukan tuhan, justru kebanyakan orang barat memilih agnostik terhadap tuhan dan ajaran-ajaran-Nya. Mengapa demikian? Cerita di bawah ini merupakan sepenggal pengalaman saya saat berbicang dengan salah satu mahasiswa Amerika dalam sebuah acara lintas budaya.

Namanya Christine. Perempuan keturunan Korea ini lahir di Amerika dua puluh satu tahun silam. Saat ini ia mengambil jurusan pendidikan guru di Universitas Iowa. Saat berbicang soal agama, nampaknya ia agak ragu dan malas berkomentar. Ia bahkan keberatan untuk mengakui agamanya. Rupanya, meskipun ia dibesarkan di lingkungan katolik taat, ia lebih memilih untuk bersikap seperti umumnya warga Amerika yang mengutamakan rasio dan kesenangan duniawi. Ia berkata, "Saya kalau ditanya tentang agama, mungkin saya akan bilang saya katolik. Tapi, itu bukan berarti saya akan sibuk dengan ibadah di gereja dan menjalankan apa yang disebutkan dalam Bibel. Bagi saya, agama hanya akan memasung saya untuk tidak melakukan ini dan itu, ribet banget rasanya. Lalu saya juga akan menjadi orang yang kerdil dengan menganggap orang yang beragama lain adalah salah dan harus masuk dalam agama saya. Ini jelas tidak masuk akal. Saya lebih senang hidup dengan jalan dan cara saya sendiri. Hal yang terpenting adalah saya menikmati hidup saya dan tidak mengganggu orang lain. kalau soal tuhan, ya, saya percaya saja deh. Tapi soal bagaimana saya memperlakukan tuhan, biarkan saya memilih cara saya sendiri." Panjang juga uraiannya. Dari pernyataannya, tertangkap kesan bahwa ia bisa digolongkan sebagai seorang agnostik. Ia ragu dengan ajaran-ajaran yang dibawa agama yang baginya sangat subyektif, mengekang, dan memusingkan. Ia lebih baik mengikuti arus dunia remaja yang bebas bergaul dan menikmati apa yang ia miliki saat ini, yakni sebuah masa muda yang menyenangkan.

Pada bagian lain saya bertanya tentang konsep keluarga yang hendak ia bangun. Ia mengatakan bahwa ia saat ini memiliki boyfriend. Ia senang bergaul dengannya tapi ia tak ingin punya anak dengannya. Ia bahkan lebih cenderung untuk menjalin hubungan tanpa menikah dengan boyfriendnya itu. Ia ingin bebas tak terikat oleh sebuah pernikahan yang mengharuskannya untuk mengurus suami dan anak. Ia bisa pindah-pindah pasangan bila boyfriendnya saat ini memutuskan untuk pisah. "Saya ingin mengumpulkan uang, traveling, dan menikmati hidup. Punya anak hanya menambah beban hidup. Mereka akan menyusahkan kita di waktu kecil dan akan membenci kita saat dewasa. Mereka tak akan mempedulikan orang tuanya seperti saat ini saya juga tak begitu peduli dengan orang tua saya. Mereka membiarkan saya untuk hidup suka-suka. Ah, saya terlalu cepat dewasa dan tak bisa lagi bermanja dengan mereka,"  begitu paparnya.

Dari uraian di atas, nampaknya tuhan sudah benar-benar raib dari peredaran bagi orang-orang barat. Mereka sudah tidak peduli dengan aturan hidup yang diwahyukan, baik lewat agama Yahudi, Kristen, maupun Islam. Ada seorang kawan yang menegaskan bahwa orang-orang Amerika hanya akan ingat gereja saat mereka dibaptis, menikah (bila mau resmi), dan saat mati untuk dikremasi. Selebihnya, mereka hidup bebas sesuka hati atas dasar hak asas manusia dan emansipasi. Kesimpulannya, mencari tuhan di barat benar-benar menantang! Siapa bisa bantu menemukannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction