Hari Senin lalu, aku punya pengalaman spesial. Aku dapat anugerah lagi dari Allah SWT untuk dapat berkunjung ke Mother Mosque of America dan Islamic Center of Cedar Rapids. Aku akan diantar Lois. Dari pagi aku sudah siap-siap untuk berangkat. Namun meski begitu, aku punya satu pekerjaan lagi, yakni menunggu sang teknisi yang sedianya akan memperbaiki heaterku yang sempet rewel lagi.
Pukul 11 tepat, Lois telah tiba di depan apartemenku. Wanita setengah baya yang kukenal saat terbang dari Minnesota ke Cedar Rapids itu tersenyum lebar bersama mobil Toyota putihnya. Aku yang sudah menunggu sejak lima menit sebelumnya langsung masuk mobil dan segera meluncur ke Mother Mosque. Dalam perjalanan yang dibimbing oleh Garmin si GPS (penunjuk jalan elektronik), kami ngobrol ke sana kemarin termasuk tentang keluarga.
Dari ceritanya, aku tahu ternyata Lois adalah seorang wanita perkasa. Ia sewaktu muda sudah harus mengurus ketiga anak lelakinya di saat suaminya mendapat tugas militer ke Vietnam. Ia tergolong beruntung karena suaminya masih bisa kembali ke Amerika sementara ribuan tentara Amerika berguguran di medan perang. Kini ia tinggal bersama saudaranya di Cedar Rapids sepeninggal suaminya. Anak-anaknya sudah berkeluarga semua dan telah menjadi orang-orang penting di Amerika, seperti Lois yang meskipun usianya tidak muda lagi masih dipercaya di beberapa tempat untuk menjadi direktur. Nah, saat ini Lois menjadi Trustee yang berada di jajaran direktur kampus di Kirkwood College. Ia bekerja di sana sebagai konsultan keuangan namun tanpa mendapat gaji. Ia hanya mendapat kesenangan tersendiri ketika bisa bekerja di Kirkwood meskipun tanpa mendapat imbalan. Itulah akhirnya aku paham mengapa ia begitu getol menjanjikan padaku untuk mengantar keliling kota Iowa dengan mobilnya. Ternyata ada juga orang begitu dermawan kepadaku, orang yang baru dikenalnya.
Setelah berjalan sekitar 30 menit, sampailah kami di masjid yang disebut sebagai cikal bakal Islam di Amerika. Sebutan Mother Mosque berarti induk dari segala masjid di Amerika. Bentuk masjid ini mirip sebuah bangunan rumah dua lantai. Jamaah bisa melakukan kegiatan shalat di lantai dua sedangkan lantai satu yang berada di bawah tanah digunakan untuk tempat berdiskusi. Saat kami di sana, situasi masjid sangat sepi dan pintunya pun dikunci. Kami hanya bisa melihat dari kaca yang agak transparan untuk melongok isi masjid. Bangunan di sekeliling masjid adalah perumahan yang cukup padat dengan halaman yang lumayan luas. Setelah puas potret dan observasi masjid ini, kami melanjutkan perjalanan ke Islamic Center Cedar Rapids (ICCR).
Hujan mulai mengguyur. Aku agak menyesal karena tidak membawa payung. Tapi untungnya Lois punya payung di mobil yang dipinjamkan padaku sementara ia sudah pakai jaket yang sekalian berfungsi sebagai jas hujan. Tak berapa lama, kami sampai di ICCR. Bentuk gedungnya persis dengan yang aku lihat di websitenya, cukup luas dan besar. Karena Timothy, sang pengurus masjid, belum datang, aku gunakan waktu untuk jalan keliling melihat-lihat kondisi bangunan. Islamic Center itu ternyata digunakan juga untuk tempat sekolah TK. Ada dua orang guru yang sedang mengajar dan sejumlah anak-anak kecil yang sedang asyik beraktifitas di kelas. Beberapa mainan seperti ayunan, jongkat-jangkit, dan papan seluncur nampak tertata rapi di halaman masjid sebelah kiri. Aku pun ambil gambar beberapa sisi masjid sebagai kenang-kenangan.
Tak lama kemudian, Timothy datang. Ia dengan hangat menyambut kami. Ia memelukku dengan erat. Persaudaraan Muslim memang hebat, menghilangkan sekat budaya dan Negara. Ia pun mengajak kami masuk ruangan Islamic Center yang sedari tadi terkunci. Ia mengarahkan kami melalui pintu samping karena pintu utama dikunci sebagai langkah antisipasi keamanan. Kami ditunjukkan ruang-ruang besar yang berada di gedung tersebut. Di sebelah pintu masuk terdapat ruang besar yang berfungsi sebagai ruang olah raga. Lalu beberapa ruang digunakan untuk sekolahan. Sejurus kemudian kami dihadapkan pada ruang besar yang berfungsi sebagai ruang serba guna. Biasanya ruang itu digunakan untuk acara buka bersama, seminar, atau jika dibersihkan peralatannya bisa dipakai untuk shalat id tatkala jamaah membludak. Di sebelah ruang serba guna itu terdapat dapur besar yang bisa dipakai untuk persiapan makanan yang akan dihidangkan untuk para tamu. Kompor, oven, dan microwave pun tersedia dengan lengkap.
Akhirnya, perjalanan kami berakhir di ruang utama masjid yang cukup luas. Ruang wanita dipisahkan dari ruang pria. Para jamaah wanita dapat mengikuti gerak shalat melalui layar monitor yang terpasang di ruang tersebut. Ada satu ruang unik di sebelah masjid itu, yakni ruang observasi. Ini diperuntukkan bagi para tamu non muslim yang ingin melihat secara langsung proses ibadah di masjid, misalnya khutbah jumat, melalui kaca bening di sisi tembok. Fasilitas ini jelas diperuntukkan bagi mereka yang masih ragu dan khawatir tentang konten ceramah Islam yang dicurigai berisikan ajakan berjihad atau terorisme.
Akhirnya, aku dan Timothy shalat dhuhur di masjid itu. Tim terlebih dahulu adzan sementara aku mengambil air wudhu. Kami hanya berdua saja shalat di masjid itu sedangkan Lois menyaksikan kami dari ruang observasi. Setelah shalat, kami pun pergi ke hotel Kirkwood di sekitar kampus tempat Lois bekerja.
Hujan kian deras. Lois menurunkanku tepat di depan hotel. Ia lalu memarkirkan mobilnya dan harus berlari dengan jas hujannya. Tak lama kemudian Timothy menyusul masuk. Kami duduk berhadapan di sebuah meja persegi. Sambil bercanda dan berbicara kesana kemari, akhirnya hidangan yang kami pesan pun datang. Aku pesan fish and chips, Timothy pesan Ahi Meat dan Lois pesan Vegetarian food. Kami pun menikmati hidangan itu sambil aku melontarkan pertanyaan seputar wakaf ke Timothy.
Setelah makan siang, aku dipertemukan dengan tiga mahasiswa Indonesia yang kuliah di Kirkwood. Harriadi, Guntur, dan Wisnu, mereka dari Jakarta, Bandung dan Medan.
Setelah bercakap-cakap, aku pun diantar pulang oleh Lois. Senang rasanya hari itu, bisa berkunjung ke masjid Mother Mosque, ICCR, dan hotel serta bertemu dengan anak-anak Indonesia. Terima kasih Lois….alhamdulillah. Padahal Lois dua minggu lagi akan menjalani operasi jantung. Dia masih sempat memenuhi janjinya untuk mengantarkanku ke tempat suci umat Islam ternama di Cedar Rapids. Semoga Tuhan menjagamu…amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar