I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah pepatah Arab populer mengatakan bahwa “remaja hari
ini adalah pemimpin bangsa hari esok”. Kalimat bijak ini memberikan penegasan
bahwa masa depan sebuah bangsa dapat diprediksi
dengan cara melihat kondisi para pemuda saat ini. Dalam konteks
Indonesia, dapat disimpulkan bahwa ketika para remaja bangsa ini mempunyai
kekuatan fisik, mental, dan spiritual yang kokoh, niscaya kehidupan negara
Indonesia beberapa tahun mendatang akan kuat, makmur, dan sejahtera.
Sebaliknya, bila kondisi remaja saat ini lemah fisik dan mental serta miskin spiritual, rasanya sulit Indonesia
dapat memenangkan persaingan global yang kiat ketat. Oleh sebab itu, perhatian
terhadap kehidupan remaja merupakan salah satu langkah tepat untuk mengantarkan
bangsa ini menjadi bangsa yang diperhitungkan dalam percaturan internasional.
Sebenarnya, telah banyak program pemerintah yang diluncurkan
untuk pemberdayaan masyarakat di berbagai wilayah, termasuk di daerah
tertinggal. Bantuan langsung tunai, kredit usaha kecil, hingga pendidikan
gratis untuk program wajib belajar 9 tahun (pelajar SD dan SMP) sudah sering
terdengar. Namun sayang, dalam tataran praktik, berbagai penyimpangan acapkali
terjadi yang disebabkan oleh beragam alasan. Oleh karena itu, tidak sedikit
remaja yang hidup dalam kondisi memprihatikan dan terjebak dalam lingkaran
kemiskinan. Mereka menjadi generasi yang tidak hanya miskin ketrampilan untuk
bertahan hidup, tetapi juga miskin ilmu pengetahuan dan keagamaan. Untuk
mengurai masalah tersebut, dirasa perlu untuk diadakan pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat khususnya remaja miskin oleh insan akademika, seperti
UIN Maliki Malang.
Salah satu lokasi
yang layak mendapat pembinaan dan pendampingan adalah Desa Sumberpucung,
Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Desa yang berada di perbatasan Malang
dan Blitar ini dapat digolongkan sebagai masyarakat miskin dan marginal,
khususnya di bidang keagamaan dan ekonomi. Minimnya penduduk yang berpendidikan
tinggi, banyaknya remaja putus sekolah, membludaknya pengangguran, dan
tingginya angka kriminalitas merupakan beberapa tolok ukur lemahnya pemahaman
mereka tentang agama dan langkanya semangat wirausaha. Oleh sebab itu,
pengabdian ini difokuskan kepada peningkatan pemahaman keagamaan yang dirangkai
dengan kegiatan pembinaan wirausaha di bidang ternak jangkrik.
Dipilihnya kegiatan pembinaan keagamaan berbasis wirausaha
ternak jangkrik berdasarkan beberapa alasan. Pertama, pembinaan agama
melalui wadah wirausaha dirasa lebih mudah menuai hasil ketimbang pendidikan
agama yang dilakukan secara formal dan terstruktur. Pendekatan mental spiritual
dapat dilakukan sambil lalu ketika mereka mengikuti kegiatan pembinaan
wirausaha. Dengan cara ini, tujuan pengokohan aspek keagamaan akan mudah
tercapai bersamaan dengan meningkatnya kesadaran mereka untuk hidup mandiri
tanpa adanya paksaan.
Kedua, ternak jangkrik di desa Sumberpucung kini mulai kelihatan
hasilnya. Usaha yang dirintis sejak satu tahun yang lalu oleh Sudjani,
pensiunan TNI, saat ini telah memproduksi sebanyak 2 kwintal setiap kali panen.
Hal ini memberi inspirasi bagi remaja miskin putus sekolah dan remaja
pengangguran Sumberpucung untuk bergabung mengembangbiakkan jangkrik. Mereka
yakin bisa beternak jangkrik karena binatang ini mudah dalam hal budidaya dan
pemeliharaannya dengan biaya yang tidak besar.
Ketiga,
Sumberpucung berpeluang sebagai sentra jangkrik untuk wilayah Malang Raya.
Selain untuk pakan burung dan ikan, saat ini jangkrik telah diolah menjadi
kripik yang suatu saat nanti dapat menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan.
Selain itu, selama ini, jangkrik yang beredar di Malang Raya masih berasal dari
Tulung Agung dan Kediri. Padahal, kalau dilihat dari sisi potensi alam, Malang
lebih layak menjadi pusat jangkrik karena dukungan suhu yang sejuk. Jangkrik
tidak tahan hidup di udara terlalu panas atau terlalu dingin. Oleh sebab itu,
udara segar di Sumberpucung merupakan aset berharga sebagai penunjang
kesuksesan budidaya jangkrik.
Kegiatan pengabdian di Sumberpucung dapat dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan. Setelah penguatan keagamaan dan wirausaha,
masyarakat Sumberpucung dapat menjadi tempat pembinaan keluarga sakinah dan
keluarga sadar hukum. Hal ini didasarkan kepada kenyataan bahwa tingkat perceraian
di masyarakat ini masih tergolong tinggi di samping perkawinan bawah umur yang
masih marak. Selain itu, pendampingan untuk para wanita Pekerja Seks Komersial
yang berada di lokalisasi RT 29 perlu dilakukan dengan cara pemberian
keterampilan praktis sesuai bakat dan minat mereka sebagai penopang hidup.
B.
Kondisi Masyarakat Sumberpucung
Pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan mengambil
tempat di desa Sumberpucung, kecamatan Sumberpucung, kabupaten Malang.
Sumberpucung merupakan sebuah desa mayoritas penduduknya terdiri dari kalangan
masyarakat kelas bawah dengan sumber penghasilan tidak menentu. Beberapa
karakter masyarakat Sumberpucung berdasarkan observasi dan wawancara yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut.
1.
Hampir 50 persen masyarakatnya hanya
berpendidikan SD dan SMP. Sumber daya
yang rendah ini tentunya sulit untuk berkembang kecuali jika mendapat
pendampingan yang terus-menerus dengan metode yang ringkas, padat, dan
aplikatif.
2.
Jumlah remaja putus sekolah dan pengangguran
sangat banyak. Lebih dari 70 anak putus sekolah dan 150 pengangguran di desa
ini. Fakta ini merupakan sebuah
keprihatinan tersendiri karena minimnya ketrampilan yang mereka miliki.
Akibatnya, mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menopang
kehidupannya.
3.
Tradisi mabuk, judi, sabung ayam,
pelacuran, dan berbagai kejahatan sudah menjadi bagian hidup mereka. Hal ini
tentu tidak mudah dirubah kecuali dimulai dengan penguatan pemahaman keagamaan
dan pemberian berbagai ketrampilan yang dapat menunjang untuk hidup mandiri.
Selain itu, masyarakat Sumberpucung terbiasa pinjam uang ke rentenir yang
berkedok koperasi. Mereka akhirnya kian
terpuruk dalam kemiskinan yang berlipat ganda.M
Sumberpucung merupakan salah satu kecamatan di kabupaten
Malang yang memiliki 7 desa, 17 dukuh, 53 RW, dan 261 RT. Jumlah penduduknya
sekitar 55.500 orang dengan jumlah perempuan sedikit lebih banyak dari
laki-laki. Masyarakat Sumberpucung merupakan masyarakat yang heterogen dari
segi agama, latar belakang sosial, dan ekonomi.
Dalam penelitian ini, didapat sejumlah fakta tentang kondisi
terakhir masyarakat Sumberpucung. Di antaranya adalah:
1. Ada sekitar 70 kasus putus sekolah dan lebih dari 150 anak
remaja menjadi pengangguran.
2. Kasus perceraian masih tinggi, menurut data 2009, telah
terjadi 87 perceraian di sumberpcung
3. Masih ditemukannya perkawinan di bawah umur dan nikah di
bawah tangan
4. Banyaknya TKI dan TKW dari daerah ini yang sering memicu
permasalahan perceraian, perselingkungan, penelantaran anak dan keluarga. Saat
ini jumlah TKI dan TWI dari Sumberpucung berjumlah sekitar 80 orang.
5. Lokalisasi di RT 29 berdampak buruk terhadap kehidupan
keberagamaan remaja dan masyarakat umum. Jumlah PSK di lokalisasi ini tidak
kurang dari 30 orang.
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Sumberpucung mempunyai dua masalah besar. Pertama adalah kemiskinan
spiritual keagamaan. Pendidikan agama nampaknya bukan hal penting di masyarakat
ini. Masjid dan mushalla tidak banyak ditemukan. Kehidupan masyarakat pedesaan
yang tidak tersentuh oleh siraman ruhani menjadikan mereka mengalami
kegersangan spiritual. Kedua adalah kemiskinan ekonomi. Kemiskinan ini
membuat mereka menjadi masyarakat kelas
bawah yang tidak bisa berkembang menuju masyarakat mandiri. Profesi petani dan
pedagang musiman saat ini kian tidak bisa diandalkan untuk menopang kebutuhan
keluarga. Oleh sebab itu, pembinaan wirausaha yang dapat menghasilkan pemasukan
besar layak untuk diterapkan kepada mereka dengan didukung oleh berbagi pihak.
Melihat situasi masyarakat yang demikian, program utama yang
dilaksanakan dalam pengabdian ini adalah pembinaan keagamaan bagi remaja miskin
dengan menggunakan sarana kewirausahaan ternak jangkrik. Program ini dirasa tepat
karena pembinaan keagamaan yang dibarengkan dengan pembinaan kewirausahaan
dapat memotivasi para remaja dampingan untuk mengenal agama lebih mendalam
sekaligus membekali mereka untuk bisa hidup mandiri.
Pengabdian ini mengambil 20 remaja miskin sebagai subyek
dampingan. Alasan pengambilan remaja miskin sebagai subyek dampingan adalah
bahwa remaja miskin dapat dilatih lebih mudah karena mereka berpotensi untuk
dibina. Ketika mereka mendapatkan pembinaan ini, mereka dapat memfungsikan diri
sebagai generasi yang kuat spiritualnya serta generasi yang bermental
entrepreneur sehingga dapat merubah masyarakat dari masyarakat miskin menjadi
masyarakat yang mandiri secara ekonomi dan spiritualnya. Selain itu, remaja
menjadi jurus yang ampuh untuk memperbaiki situasi keluarga yang minim agama
dan miskin sumber kehidupannya. Dengan remaja yang kokoh mental, spiritual, dan
ekonominya, masyarakat Sumberpucung akan berpeluang menjadi masyarakat yang
kuat dan makmur.
II. PELAKSANAAN
A.
Bentuk Kegiatan
Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di desa
Sumberpucung merupakan salah satu bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Setiap tenaga pendidikan di kampus harus melakukan pengabdian kepada
masyarakat guna memberikan efek positif kepada masyarakat, baik berupa
pelatihan, pendampingan, maupun konsultasi. Agar pengabdian ini terlaksana
dengan baik, perencanaan yang matang, aplikasi rencana secara sistematis, dan
monitoring serta evaluasi yang terstruktur harus dilakukan agar dapat meraih
hasil yang diinginkan.
Pengabdian ini berbasis riset. Maksudnya adalah bahwa
pengabdian ini mengandalkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelum
diadakannya kegiatan pengabdian. Dengan strategi ini, kegiatan pengabdian yang
dilakukan berorintasi kepada kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya mampu
memandirikan mereka untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan mereka.
Dalam rangka mengubah kondisi masyarakat Sumberpucung yang ’miskin’, baik
secara materi maupun moral ini,
digunakan metode PAR (Participatory Action Research). Metode ini
dilakukan untuk memahamkan masyarakat Sumberpucung terhadap: a)
kelemahan-kelemahan yang dialami dan dimilikinya, b) Keinginan-keinginan
masyarakat untuk mengatasi kekurangan dan kelemahannya, c) menyusun strategi
dan metode untuk memecahkan permasalahannya dan d) Membantu masyarakat
mengatasi, memecahkan, dan menemukan jalan keluarnya.
Metode action research ini digunakan untuk tidak membuat masyarakat
dampingan sebagai obyek, tetapi menjadikannya sebagai subyek pengabdian. Masyarakat
sendiri yang memahami, menginginkan, dan memecahkan permasalahan yang
melilitnya. Posisi tim pengabdian lebih sebagai fasilitator bagi masyarakat
untuk mencapai cita-citanya dan memberikan jalan keluar dan merumuskan strategi
yang dapat digunakan masyarakat untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan
mereka. Namun perumusan jalan keluar dan strategi ini tetap melibatkan
masyarakat dengan harapan apabila masyarakat mengalami masalah-masalah sosial,
mereka bisa memecahkan permasalahan mereka sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dengan Participatory Action
Research (PAR) ini bermanfaat untuk memfasilitasi dan memotivasi agar
masyarakat khususnya kalangan remaja
untuk mampu:
1.
Mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan remaja serta problematikanya.
2. Menemukenali faktor penyebab problem
remaja dan alternatif solusinya
3.
Menyusun
strategi dan metode yang tepat untuk memecahkan permasalahan remaja.
4. Menyusun rencana aksi berdasarkan
prioritas, dan keberlanjutan program melalui tahapan-tahapan hingga mencapai
target yang diharapkan.
Adapun strategi yang digunakan dalam melakukan action research ini
adalah menggunakan metode yang dikemukakan oleh O’Brien (2001).
Dalam proses
penelitian action research ini ada empat tahapan dalam melakukan
penelitian ini, yaitu:
1.
Perencanaan (plan).
Perencanaan ini dilakukan setelah
memperhatikan kondisi riil di masyarakat dengan menggunakan analisis SWOT.
Dalam menganalisis problematika di masyarakat dan menganalisis kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang mungkin terjadi di masyarakat ini
dilakukan dengan melibatkan masyarakat di Kelurahan Sumberpucung. Perencanaan ini
meliputi strategi dan metode dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh
masyarakat Sumberpucung.
2.
Tindakan (action).
Setelah proses perencanaan dilakukan, masyarakat Sumberpucung
mengimplementasikan rencana yang telah dibuat tersebut dengan dibantu dan
difasilitasi oleh peneliti.
3.
Pengamatan (observe).
Pengamatan dilakukan untuk memperhatikan dan menganalisis keberhasilan,
kelemahan, dan kekurangan strategi dan metode yang digunakan dalam
menyelesaikan problematika yang terjadi di masyarakat.
4.
Refleksi (reflect).
Usaha-usaha yang telah dilakukan dalam memecahkan problematika di masyarakat
Sumberpucung tersebut direfleksikan dan dievaluasi, baik kekurangan, kelemahan,
dan keberhasilan strategi dan metode dalam memecahkan problematika masyarakat
tersebut. Refleksi dan evaluasi ini berujung kepada perencanaan (plan)
seperti pada poin pertama untuk menuntaskan problematika masyarakat, baik yang
belum tuntas pada tahap pertama atau untuk memecahkan problematika yang baru
hingga tercapai masyarakat Sumberpucung yang damai, sejahtera, tentram dan
sakinah.
Pengabdian ini telah dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap
di atas. Penjabarannya sebagai berikut.
- Tahap pertama: pendataan awal lokasi dan subyek dampingan. Peneliti melakukan survei lapangan dan wawancara untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang dipilih sebagai lokasi pengabdian, yakni masyarakat Sumberpucung. Dari informasi yang terkumpul, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Sumberpucung memiliki banyak remaja miskin putus sekolah atau pengangguran yang tidak memiliki pemahaman keagamaan yang cukup dan ketrampilan yang dapat menopang hidup mereka. Oleh sebab itu, peneliti menfokuskan untuk mendesain program kegiatan yang dapat meningkatkan keagamaan remaja itu sekaligus membekali mereka dengan ketrampilan yang nyata.
- Tahap kedua: koordinasi dengan pimpinan Pesantren Rakyat al-Amin, Abdullah Sam, untuk membina remaja miskin dari sisi keagamaan. Para remaja itu diajak untuk mengikuti kegiatan pesantren, seperti pengajian rutin, membaca kitab, dan tashih bacaan al-Qur’an. Sebagian remaja bahkan ada yang berminat untuk tinggal di pesantren tersebut.
- Tahap ketiga: koordinasi dengan peternak jangkrik untuk pembinaan kewirausahaannya. Sudjani, peternak jangkrik sukses, dimohon untuk bersedia memberikan arahan dalam ternak jangkrik. Para remaja nanti diharapkan untuk belajar teori sekaligus praktik budidaya jangkrik bersama Sudjani.
- Tahap keempat: pelaksanaan kegiatan Pelatihan Kewirausahaan Ternak Jangkrik yang dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2011 di aula Pesantren Rakyat al-Amin. Peserta yang hadir berjumlah 20 anak remaja. Dalam kegiatan itu, pada sesi I, Sudjani memberikan materi tentang jangkrik dan permasalahannya hingga tips untuk menjadi peternak jangkrik yang sukses. Kemudian, pada sesi II, Abdullah Sam memberi siraman rohani sekaligus motivasi untuk menjadi peternak jangkrik yang unggul lahir batinnya. Acara ini sukses digelar dan mendapat apresiasi dari para peserta.
- Tahap V: magang di kawasan ternak jangkrik Sudjani. Para remaja yang telah selesai mengikuti pelatihan langsung dibawa ke lokasi peternakan jangkrik yang tidak jauh dari pesantren rakyat al-Amin, hanya sekitar 100 meter. Mereka dapat langsung menyaksikan tempat hunian jangkrik, telur jangkrik, dan anak jangkrik dengan berbagai ukuran. Mereka juga bisa melihat jenis makanan yang diberikan kepada binatang-binatang itu. Wajah-wajah ceria para remaja yang terjun ke lokasi menunjukkan semangat tinggi mereka untuk segera menjadi peternak jangkrik. Mereka magang di lokasi itu selama 2 minggu.
- Tahap VI: pencairan dana bantuan. Untuk menyukseskan kegiatan pengabdian ini, peneliti menggandeng Pusat Kajian Zakat dan Wakaf “eL-Zawa” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk memberikan pinjaman modal bagi calon peternak jangkrik ini. El-Zawa bersedia mengucurkan dana Rp. 10.000.000 untuk 10 anak remaja terseleksi. Pencairan ini dilaksanakan pada tanggal 30 September 2011.
- Tahap VII: pengadaan peralatan kebutuhan untuk ternak jangkrik. Para remaja yang mendapatkan bantuan pinjaman itu langsung membeli perlengkapan yang dibutuhkan, seperti triplek, kayu, internit, dan karton telur. Mereka membuat beberapa kotak untuk hunian jangkrik.
- Tahap VIII: Monitoring kegiatan. Peneliti bersama LPM dan eL-Zawa melakukan monitoring terhadap kegiatan budidaya jangkrik ini sekaligus melihat perkembangan keagamaan mereka di pesantren rakyat al-Amin. Berbagai keluhan atau saran dari para peserta ditampung untuk dibuatkan langkah rencana tindak lanjut. Dari diskusi intensif bersama mereka, diperoleh gambaran bahwa mereka senang sekali dengan kegiatan yang sudah dibuat. Mereka mengatakan bahwa kegiatan beternak jangkrik cukup ringan dan menjanjikan. Kelak, mereka ingin menjadi peternak besar yang bisa memproduksi berbagai jenis olahan dari jangkrik. Mereka juga menginginkan pelatihan manajemen keuangan yang lebih aplikatif untuk menjaga keberlanjutan usaha mereka.
- Tahap IX: Pembekalan manajemen keuangan dan pembuatan rencana tindak lanjut. Kegiatan ini merupakan respon langsung dari usulan para remaja tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2012. Pembicara yang diundang adalah Ketua LPM, Dr. Hj. Mufidah, M.Ag, yang memberikan arahan tentang pentingnya remaja berdaya dan Dra. Umrotul Khasanah, M.M. yang memberikan pelatihan praktis pembukuan keuangan. Novri, salah satu pengelola Koperasi Mahasiswa, juga dilibatkan dalam kegiatan berbagi pengalaman tersebut. Dari kegiatan ini diharapkan para peserta dapat memahami dan mempraktikkan berbagai langkah untuk menjadi pengusaha sukses.
- Sasaran
Kegiatan yang melibatkan para remaja miskin putus sekolah
yang berada di desa Sumberpucung ini bertujuan untuk meningkatkan semangat
mereka dalam beragama dan berwirausaha.
Remaja adalah calon penerus bangsa di masa depan. Oleh sebab itu,
membina remaja, khususnya remaja miskin, merupakan tantangan yang harus
dilakukan demi kebangkitan masyarakat di masa yang akan datang.
Kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut adalah:
1. Pembinaan mental spiritual di pesantren rakyat al-Amin
2. Pembinaan kewirausahaan ternak jangkrik oleh peternak sukses, Sudjani.
3. Pemberian modal pinjaman tanpa bunga dari Pusat Kajian Zakat
dan Wakaf eL-Zawa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
4. Pembinaan manajemen organisasi dan manajemen bekerja sama
dengan Lembaga pengabdian kepada Masyarakat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Seluruh kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan
diharapkan mampu menjadi program yang berkelanjutan.
C.
Output dan Outcome
Keluaran konkret (output) yang dari program ini adalah:
1.
terwujudnya remaja miskin memiliki
kesadaran untuk meningkatkan diri dalam hal keberagamaan.
2.
terwujudnya remaja miskin yang
memiliki kesadaran mandiri dan hidup sejahtera
3.
remaja miskin yang memiliki
ketrampilan kewirausahaan yang dipilih melalui bakat dan minatnya.
Pada
akhirnya, outcome dari kegiatan ini adalah terbentuknya komunitas remaja yang
berdaya dan memiliki aktifitas keagamaan berbasis medan budaya serta membentuk
rintisan usaha ternak jangkrik yang terkoordinasi dan terpantau.
D.
Deskripsi Proses Kegiatan
1.
Perubahan yang Terjadi
Kegiatan pengabdian ini telah mampu merubah kebiasaan remaja
miskin yang didampingi. Remaja miskin biasanya identik dengan semangat kerja
yang rendah dan pengetahuan keagamaan yang terbatas. Hal ini juga terjadi pada
remaja miskin Sumberpucung. Namun, setelah diadakannya kegiatan pengabdian ini,
para remaja yang mengikuti kegiatan sejak awal hingga akhir menunjukkan
perubahan sikap yang signifikan. Di antaranya adalah semangat untuk mendalami
agama secara lebih baik. Hal ini tidak lepas dari ketekunan pengasuh pesantren
rakyat al-Amin dalam membina mental spiritual para santri remaja ini. Kemudian,
perubahan penting yang lain adalah adanya semangat untuk hidup mandiri lepas
dari orang tua. Mereka memang terlahir dalam keluarga yang serba kekurangan.
Namun, berbekal ilmu ketrampilan yang dimiliki serta bantuan pinjaman modal
yang mereka terima, mereka bertekad untuk dapat menghidupi diri sendiri dan
membantu ekonomi keluarga.
2.
Pengalaman yang Menarik
Banyak pengalaman yang menarik yang diperoleh selama
pendampingan. Di antaranya dijabarkan sebagai berikut.
a.
Sumberpucung merupakan kawasan yang
dianggap marginal dan terkenal sebagai pemasok pekerja di lokalisasi. Oleh
sebab itu, ketika mengawali program di Sumberpucung, banyak orang yang mencibir
program pendampingan yang digagas. Namun, dengan ketekunan dan keseriusan
peneliti, pengabdian di Sumberpucung berjalan lancar dan sukses.
b. Mendampingi masyarakat marginal jelas berbeda pengalamannya
dengan mendampingi mahasiswa. Membangun komunikasi dengan mereka memerlukan
skil tersendiri. Pengalaman ini tentu berharga untuk bekal sebagai dosen yang
memiliki kemampuan komunikasi tak terbatas dan lintas strata sosial.
c.
Budidaya jangkrik masih tergolong
asing bagi peneliti. Pengalaman unik menyaksikan ribuan ekor jangkrik dengan
berbagai ukuran memberikan kesan tersendiri. Ternyata, binatang yang biasanya
ditemukan di lubang-lubang tanah dapat dibudidayakan secara masal.
d. Kekompakan masyarakat Sumberpucung nampak sekali ketika
pelatihan jangkrik diadakan. Dukungan mereka yang luar biasa membuat kegiatan
pengabdian ini menjadi ringan dan sukses.
e.
Leadership yang dimiliki pengasuh
pesantren rakyat al-Amin kentara sekali. Kepemimpinan dan kharisma yang
dimiliki Abdullah Sam, pengasuh Pesantren rakyat al-Amin, membuat warga dan
juga santri tunduk dan patuh dengan wejangannya. Masyarakat akan merasa segan
bila mereka tidak bisa menjalankan perintah atau saran dari sang ustad.
Pengalaman semacam ini perlu sebagai menjadi bekal untuk mengadakan pengabdian
di tempat yang lain.
3.
Faktor Pendukung
Kesuksesan pelaksanaan pendampingan ini dibantu oleh beberapa
faktor pendukung. Di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Dukungan masyarakat yang ingin berubah
Masyarakat Sumberpucung mengakui bahwa ada masalah akut yang
mereka hadapi. Kemiskinan tidak hanya membuat mereka kekurangan finansial,
tetapi juga kekurangan spiritual. Sadar akan hal itu, mereka ingin berubah ke
arah yang lebih baik. Sambutan hangat dari para tokoh masyarakat dan para
remaja yang terlibat dalam kegiatan ini menjadi kegiatan pengabdian ini
berlangsung lancar dan mencapai sasaran.
b.
Dukungan Pesantren Rakyat Al-Amin
Pesantren rakyat al-Amin yang berada di Sumberpucung
memberikan kontribusi yang besar dalam pengabdian ini. Pesantren ini membekali
ilmu agama yang cukup bagi para santri remaja miskin ini. Selain itu, pesantren
ini siap menjadi tempat bernaung dan mengadu para remaja dalam menjalankan
usahanya.
c.
Dukungan pengusaha jangkrik yang sukses
Pelatihan jangkrik hingga pembinaan ternak jangkrik tidak
lepas dari peran serta dan dukungan penuh dari peternak jangkrik, Sudjani, yang
sudah sukses menjalankan bisnisnya. Dengan ketulusannya, para remaja yang
awalnya tidak mempunyai wawasan dan skil beternak jangkrik, kini mereka sudah
bisa menjalankan usaha tersebut secara mandiri. Sesekali mereka konsultasi
kepada Sudjani untuk memecahkan masalahnya.
d.
Dukungan LPM UIN Maliki Malang
LPM sebagai motor penggerak kegiatan pengabdian kepada
masyarakat berjasa dalam membantu menentukan lokasi pengabdian. Menurut data yang
dimiliki LPM, Sumberpucung merupakan wilayah marginal yang perlu mendapat
sentuhan agama dan ekonomi. Oleh sebab itulah, pengabdian ini dilakukan di
Sumberpucung.
e.
Dukungan eL-Zawa UIN Maliki Malang
Selain LPM, eL-Zawa UIN Malang telah berperan penting dalam
kesuksesan pengabdian ini. eL-Zawa telah mengucurkan dana sebesar Rp.
10.000.000 untuk para remaja dalam mengawali karirnya sebagai peternak
jangkrik.
4.
Hambatan dan Solusi
Hambatan
yang dihadapi di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Variasi latar belakang pendidikan
Remaja yang ikut serta dalam kegiatan pengabdian ini
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Sebagian ada yang hanya
lulusan SD. Ada pula yang hanya lulusan SMP dan putus sekolah. Usia mereka pun
bervariasi. Hal ini tentu agak menyulitkan pemateri dalam menyampaikan
informasi. Namun, dengan pendekatan yang lebih santai dan langsung praktik,
para peserta nampaknya menikmati kegiatan tersebut.
b.
Jauhnya lokasi
Sumberpucung berada di perbatasan Malang dan Blitar. Untuk
mencapai lokasi ini, peneliti harus menyediakan waktu perjalanan sekitar 1-2
jam. Lokasinya yang agak ke dalam dan kondisi jalan yang belum beraspal menjadi
tantangan tersendiri. Namun, dengan semangat untuk memberikan manfaat bagi
orang lain, peneliti tetap gigih untuk hadir di lokasi dalam berbagai kegiatan
yang sudah direncanakan.
c. Harga jangkrik yang fluktuatif
Para remaja miskin
itu akhirnya kini sudah berhasil memanen jangkrik yang mereka budidayakan.
Namun, ada satu kekhawatiran yang mereka rasakan, yakni harga jual jangkrik
yang naik turun. Untuk mengatasi hal ini, mereka harus terus beternak sehingga
dapat menikmati harga tertinggi sampai harga terendah. Ke depan, mereka tidak
hanya fokus kepada produksi jangkrik, tetapi harus sudah memiliki ketrampilan
lain untuk mengolah jangkrik, misalnya membuat kripik jangkrik atau kosmetik
dari jangkrik.
d.
Kekurangan Bibit
Bibit jangkrik ternyata menjadi permasalahan tersendiri.
Tidak seluruh telur yang dibeli menetas. Selain itu, induk jangkrik memiliki
masa produksi yang terbatas. Oleb sebab itu, telur jangkrik tidak selalu
tersedia. Solusi yang dilakukan adalah melakukan giliran beternak di antara
para remaja itu. Ada yang berternak pada minggu pertama, ada pula yang beternak
pada minggu kedua. Begitu seterusnya sehingga semua remaja mendapat bagian
untuk praktik beternak di rumah masing-masing.
5.
Keberlangsungan Program
Program ini dapat dijamin keberlangsungannya karena
kebutuhan terhadap jangkrik dapat dipastikan akan terus terjadi. Selain itu,
dukungan pendanaan dan pembinaan dari eL-Zawa dan LPM dapat menjadikan program
yang sudah dilakukan dapat berlanjut di kemudian hari.
Remaja yang sudah berdaya dapat menularkan pengetahuannya
kepada remaja miskin lainnya yang dikordinasi oleh LPM dan pesantren rakyat
al-Amin. Dengan demikian, budidaya
jangkrik di Sumberpucung akan terus berkembang hingga suatu saat kelak
Sumberpucung akan menjadi sentra budidaya jangkrik di Malangraya.
6.
Rekomendasi
Kegiatan
ini menghasilkan sejumlah rekomendasi sebagai berikut.
a. Pembinaan remaja miskin memerlukan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, kerjasama yang baik dengan berbagai komponen masyarakat
yang mengerti kebutuhan dan situasi kejiwaan remaja perlu untuk selalu
dilakukan.
b. Dalam hal penyediaan
dana pendamping untuk wirausaha, kerjasama lebih lanjut dengan lembaga
pengelola dana umat yang berbasis bebas bunga perlu untuk diteruskan.
c. Ketika para remaja sudah berdaya dan mampu menopang hidup
mereka, skil mereka perlu untuk terus ditingkatkan agar mereka tetap bisa
bertahan hidup dalam situasi dunia yang terus berubah. Oleh sebab itu, bagi
pelaksana pengabdian selanjutnya, ketrampilan
lain seperti perbengkelan atau servis handphone bisa menjadi salah satu
pilihan.
III. PENUTUP
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang mengambil tema
pembinaan keagamaan remaja miskin Sumberpucung dengan fokus pembinaan keagamaan
melalui budidaya jangkrik telah selesai
dilakukan. Dukungan semua pihak patut diapresiasi. Remaja miskin yang kini
mulai berdaya dengan skil barunya diharapkan mampu meneruskan perjuangan mereka
untuk terus mendalami pengetahuan agama sekaligus pengetahuan wirausaha sehingga
mereka dapat mandiri dan mampu memberikan manfaat kepada keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
alhamdulilah ternyata masi ada orang atau lembaga yg peduli dengan sekitarnya semoga tulisan ini memberi inspirasi buat untuk lebih maju dan berguna. amin...
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut