Senin, 05 April 2010

MENUAI TANANAM KEBAIKAN


Gus Muh begitu girang ketika sampai di depan rumah. Pengalaman berat yang baru saja ia alami telah berlalu. Tergambar di benaknya bahwa Yuk Ning akan kaget ketika tahu ia sudah bebas. Tak sabar hatinya melihat senyum indah istrinya itu.

"Dik...Assalamualaikum...!!!" suara keras Gus Muh memecah kesunyian. Tak ada jawaban dari dalam. Gus Muh mengulang salam hingga lima kali. Ia menjadi gelisah, rumah terkunci rapat dan tak ada tanda-tanda orang membukakan pintu. Sambil mondar-mandir, ia mengawasi suasana sekitar yang lengang. Pikiran macam-macam mulai memadati hatinya. Jangan-jangan istrinya sedang sakit keras, atau sedang pulang kampung, atau ia sedang bersama orang lain. "Ah, tak mungkin..." sergahnya dalam hati.

Bayangannya buyar. Impiannya sepanjang jalan saat pulang dari tahanan tidak jadi kenyataan. Yuk Ning tidak menyambutnya. Hanya suara kawanan burung Ketilang yang bermain di antara dedaunan di pohon Mangga dekat rumahnya yang sejak tadi menghiburnya. Gus Muh duduk di beranda. Ia bingung harus kemana mencari istrinya.
Karena kelelahan, ia mengantuk. Tidur.

***

"Kang...ini benar kang Muh..." suara berisik membangunkan Gus Muh. Yuk Nik ternyata sudah ada di depan matanya. "Oh..istriku..." tangis haru pun meledak. Suami istri yang sudah cukup umur itu tenggelam dalam haru.

"Kang, kok bisa pulang...kabur to Kang?" tanya Yuk Ning penuh selidik. Ia khawatir polisi akan datang menjemput Gus Muh dan menjebloskan lagi ke penjara.

"Tenang, Dik...aku nggak kabur..., aku bisa bebas karena pak Arif, saudaranya Bos Jono, telah memberikan jaminan untukku..."

"Alhamdulillah...Kang....!" Yuk Ning kembali menangis. Ia ingat betul kisah pak Arif yang pernah ditolong suaminya saat dikeroyok gerombolan perampok di rumahnya. Waktu itu, Gus Muh sedang menginap di sana. Gus Muh yang pernah menjadi pelatih pencak Silat Bangau Putih itu melancarkan serangan bertubi-tubi kepada orang-orang tak dikenal yang sempat mengikat pak Arif. Nyawa Gus Muh saat itu sempat terancam oleh hunusan pedang dan clurit. Gus Muh muda mampu menaklukkan mereka dengan tendangan keras yang mengecoh tepat di kepala masing-masing. Senjata mereka dapat dilumpuhkan dan mereka pun lari tunggang-langgang. Pak Arif pun akhirnya selamat.

Ini rupanya buah dari tanaman yang kebaikan yang pernah diberikan Gus Muh. Dalam pepatah Jawa ada ungkapan "Sopo sing Nadhur, mesti Ngunduh." Ungkapan itu sungguh tepat untuk menggambarkan pengalaman Gus Muh hari ini. Yuk Ning berdoa semoga kebaikan Pak Arif akan berbuah kebaikan pula suatu saat kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction