Selasa, 27 April 2010

RAGAM PENIPUAN YANG MENGGODA


Kemarin pagi, ketika saya berkunjung ke Fakultas Syariah IAIN Walisongo untuk menemui Prof. Muslich Sobir, saya mendapati sebuah pengumuman di papan informasi bahwa saat ini sedang marak beredar modus penipuan baru. Caranya, ada seseorang, mengaku karyawan dari Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Jawa Tengah, yang menelepon kepada calon korban dengan mengatakan bahwa penerima telepon itu adalah orang yang ditunjuk oleh Kepala Kanwil untuk mengikuti seminar di Jakarta. Penerima telepon diminta untuk menghubungi nomor tertentu untuk mengurus keberangkatannya via pesawat. Catatan dalam pengumuman itu mengingatkan, selama belum ada penunjukan resmi dari pimpinan institut atau fakultas, para penerima telepon disarankan untuk tidak mengindahkannya. Setelah membaca pengumuman itu, saya masuk ke ruang dosen untuk menunggu Prof. Muslich.

Tak lama kemudian, Prof. Muslich datang. Saya pun menyerahkan berkas revisi makalah komprehensif untuk ditanda tangani. Namun, tiba-tiba telepon seluler beliau berbunyi. Prof. Muslich pun menghentikan sejenak diskusinya dengan saya lalu mengangkat telepon. Ternyata, sang penelepon menginformasikan bahwa beliau ditunjuk oleh Kepala Kanwil untuk mengikuti seminar di Jakarta, persis dengan pengumuman yang ditempel di luar gedung. Karena beliau sudah paham, beliau hanya menimpali dengan senyum dan kemudian menutup pembicaraan. Beliau pun bercerita kepada dosen lain yang sedang berada di satu ruangan bahwa ia baru saja menerima telepon penipuan itu. Menurut salah satu kawannya, beberapa hari yang lalu, pihak administrasi fakultas dimintai nomor telepon para guru besar fakultas oleh orang yang mengaku sebagai pegawai Kanwil. Wajar saja kalau kemudian prof Muslich mendapat panggilan telepon itu. Untungnya, beliau sudah tahu modus penipuan baru tersebut sehingga tidak terbawa arus untuk mengikuti tahap-tahap penipuan berikutnya.

Kisah lain, sore kemarin, ketika saya pulang dari kampus, saya sempat mampir ke ATM BTN di dekat kampus. Di atas mesin ATM saya mendapati sebendel informasi yang berjudul “The Miracle of Giving” yang diberi terjemahan di bawahnya “Keajaiban Sedekah” dengan latar belakang foto Ustad Yusuf Mansur. Karena tertarik, saya pun membawa bendel itu yang memang bertuliskan “Gratis.” Dalam hati, saya akan mendapatkan informasi mendalam tentang efek positif dari sedekah seperti misi ustad Yusuf Mansur.

Sesampai di rumah, saya coba baca isi bendel itu. Ternyata, bendel itu adalah program investasi sedekah melalui ATM BCA. Para pembaca yang berminat diharapkan mentransfer uang sebesar Rp 20.000,- ke empat nomor rekening tertentu (nomor urut 1 sampai 4). Sebagai konsekuensinya, ia akan mendapat kiriman dari orang lain ketika ia mau menggandakan dan menyebarkan bendel itu. Tentunya nomor rekeningnya akan tercantum sebagai nomor rekening yang ke-4. Intinya, ini adalah model MLM yang menjanjikan uang milyaran rupiah.

Cara bekerjanya secara detail adalah sebagai berikut. Pada minggu pertama ada 25 peserta baru yang tertarik mengikuti program. Maka, penyebar bendel yang berposisi di nomor 4 itu akan mendapatkan transfer uang segar sebanyak 25 orang x Rp 20.000,- = 500.000,-. Lalu pada minggu kedua, 25 peserta di atas mendapatkan pengikut baru sebanyak 25 orang yang akan mentransfer uang sebanyak 20.000 ke rekeningnya. Jadi akan terkumpul uang sebanyak 25 x 25 x 20.000 = 12.250.000,-. Kemudian, pada minggu ketiga, setiap 25 peserta baru mendapat masing-masing 25 peserta berikutnya sehingga ia akan mendapatkan transferan dana sebanyak 25 x 25 x 25 x 20.000 = 312.500.000,-. Terakhir pada minggu keempat, posisi orang tersebut akan menjadi posisi puncak dengan perolehan uang 25 x 25 x 25 x 25 x 20.000 = 7.812.500.000,- Dengan demikian, dalam satu bulan saja, akan terkumpul uang sekitar Rp 7,8 milyar dengan modal awal cuma 4 x 20.000 = Rp 80.000,-. Wow, keren bukan?

Dari gambaran di atas, nampaknya, model penipuan saat ini kian memikat dengan iming-iming uang berlimpah. Akhirnya, kita perlu lebih waspada agar kita tidak terjebak dalam rangkaian kebohongan yang dapat menutupi akal sehat kita. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction