Sabtu, 26 Juni 2010
BERKUNJUNG KE RUMAH GURU
Dari sekian guru yang berkesan, saya mempunyai satu guru nyentrik yang penuh inspirasi. Namanya Pak Didin. Orang asli Sunda satu ini adalah guru kaligrafi terbaik papan atas Indonesia yang sering menjadi Ketua Dewan Hakim Musabaqah Kaligrafi tingkat Nasional. Orangnya sangat sederhana tetapi saya selalu kagum dibuatnya, terutama cara beliau memotivasi dan selera humor yang tinggi.
Sejak tahun 1998, saya sudah berguru kepada beliau. Bahkan, pada tahun 2000, ketika saya terpilih menjadi salah satu duta kaligrafi propinsi DKI Jakarta untuk mengikuti MTQ bidang kaligrafi tingkat Nasional, pak Didin adalah guru utamanya. Selama satu bulan penuh saya harus menginap di Traning center untuk terus membuat karya goresan huruf-huruf Arab di bawah bimbingannya. Alhasil, meskipun akhirnya tidak mendapat penghargaan nasional, kiprah saya di dunia kaligrafi tetap cemerlang dengan memenangi sejumlah kejuaraan baik tingkat kabupaten maupun propinsi. Karir kaligrafi saya akhirna harus surut ketika saya memutuskan untuk memilih dosen sebagai profesi utama saya. Meskipun begitu, semangat untuk menulis dan melukis kaligrafi masih tetap membara hingga kini, hanya menunggu waktu saja.
Hari Kamis yang lalu, sebelum melakukan riset di Dompet Dhuafa, saya sempatkan untuk bertandang ke kediaman pak Didin. Sudah lebih dari empat tahun saya tidak bersua beliau. Ada kerinduan tersendiri di hati. Saya masih ingat betapa beliau rela hadir jauh-jauh dari Ciputat pada upacara pernikahan saya enam tahun yang lalu di Bekasi. Sebagai penghormatan, saya memohon kesediaan beliau untuk memberikan pesan-pesan dalam kehidupan berumah tangga pada acara tersebut. Ketika saya datang, betapa senangnya beliau. Senyum semringah dan jabat tangan hangat saya peroleh. Saya cium tangan beliau sebagai ungkapan rasa ta'dhim.
Bincang-bincang berlangsung santai. Istri beliau, Cek Aah, sesekali menanyakan kabar keluarga saya. Kang Dede, adik pak Didin yang sedang berada di sana, juga tak ketinggalan ikut nimbrung dalam perbincangan. Sayangnya, saya tidak punya waktu banyak untuk berlama-lama di rumah beliau karena ada janji dengan pihak Dompet Dhuafa. Akhirnya, saya pun mohon diri untuk melanjutkan perjalanan. Saya pun diantar sampai pintu gerbang rumah beliau. Duh, bahagianya bertemu lagi dengan guru yang sangat inspiratif!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar