Selasa, 15 Juni 2010
PENGALAMAN MENGURUS VISA AMERIKA (2)
Saya ingin meneruskan cerita tentang pengurusan visa. Dulu ketika saya berkesempatan mengunjungi Kanada, pengurusan visa langsung ditangani pihak sponsor, yakni CIDA (Canadian International Development Agency). Saya dan kawan-kawan yang jumlah 25 orang hanya diminta untuk menyerahkan paspor. Berbeda halnya dengan pengalaman ke Malaysia, visa langsung distempel saat tiba di Bandara Kualalumpur. Tidak ada hal yang harus dipersiapkan dari rumah. Begitu pula saat memasuki wilayah Singapura. Visa diurus langsung di saat masuk gerbang pertama di negeri itu. Intinya, prosedur tidak ribet dan melelahkan.
Nah beda halnya dengan pengalaman mengurus visa Amerika. Wuih, butuh kesabaran dan waktu ekstra lho! Selain aplikasinya harus online--dan prosesnya tidak mudah, seperti jenis dan ukuran foto harus memenuhi syarat, pengisian formulir yang berlembar-lembar, dan barcode aplikasi harus jelas--para pelamar juga harus rela antri di tengah terik matahari dan ancaman hujan. Sebelum masuk lingkungan kedutaan, para pelamar harus rela antri di luar pagar dengan pemeriksaan ketat. Pengunjung yang namanya tidak ada dalam daftar pelamar hari itu dapat dipastikan harus pulang dengan gigit jari. Begitu pula, barang bawaan yang dianggap tidak perlu semisal kamera dan laptop harus dititipkan ke petugas. Para petugas yang berlagak keras terkadang terkesan arogan dan superior.
Setelah melalui pemeriksaan ketat di depan pintu, pelamar yang lolos dipersilakan memasuki kedutaan. Saya agak kaget ketika ternyata ratusan orang masih antri di depan loket dengan wajah lelah. Gimana tidak? Loket yang tersedia hanya dua meja, sedangkan setiap orang harus menghabiskan waktu sekitar 5 menit untuk memproses aplikasinya. Saya yang datang agak siang sudah dipastikan harus menunggu giliran lebih dari 5 jam. Wow, berdiri di bawah terik matahari di lapangan bola basket tentu dapat dibayangkan. Keringat mengucur deras sedangkan gerak antrian sangat lamban. Alhasil, saya yang sejak pukul 8.30 sudah menunggu baru mendapat giliran menyerahkan persyaratan aplikasi pada pukul 14.00. Wow!
Saat berhadapan dengan petugas, perasaan saya was-was jangan-jangan barcode saya tidak terbaca. Jika demikian, penantian panjang dari pagi akan sia-sia sebab sang pelamar harus memulai lagi proses dari nol, yakni memulai dari aplikasi online. Sehari sebelumnya, barkode saya sudah saya kirim ke pihak Aminef-Fulbright. Mereka bilang kalau barcode saya tidak terbaca. Saya pun mengulang aplikasi lagi. Oleh sebab itu, saya khawatir kalau barcode saya masih juga belum dapat dibaca oleh sinar merah.
Untungnya, kali ini barcode saya tidak bermasalah. Setidaknya saya bisa bernafas lega untuk dapat memasuki tahap selanjutnya. Tapi sayang, kawan saya yang berasal dari Papua harus pulang lebih awal karena barcodenya tidak terdeteksi. Ia diminta untuk datang lagi esok hari.
Setelah tahap penyerahan aplikasi, saya dan kawan-kawan memasuki ruang pemeriksaan metal detector dengan X-ray persis seperti ketika masuk bandara. saya yakin saja kalau saya dapat melewatinya tanpa kendala. Tetapi apa yang terjadi? Saya diminta balik lagi untuk dicek ulang karena pintu keamanan itu mengeluarkan bunyi. Saya pun digeledah padahal saya tidak membawa apa-apa. Tas sudah diletakkan di meja pemeriksaan barang. Ternyata, mereka mendeteksi bahwa di sepatu saya ada lempengan besi yang dicurigai sebagai bahan berbahaya. O ya? Saya agak kaget. Akhirnya, sepatu saya harus dilepas untuk diperiksa secara khusus. Wow! Seumur-umur baru kali ini saya harus 'nyeker' saat melewati pintu detektor tersebut. Sungguh terlampau ketat!
Setelah semua dipastikan aman, saya dan kawan-kawan disilakan memasuki ruang wawancara. Di ruang ini, para eksekutor kedutaan melancarkan aksinya. Saya yang sudah kelelahan hanya duduk diam menunggu giliran. Tak lama kemudian, saya dipanggil untuk sidik jari, persis dengan proses pengurusan paspor. Lalu saya menunggu lagi untuk mendapat giliran wawancara. Awalnya, saya agak cemas tentang materi wawancara. Namun, karena saya sudah diberitahu bahwa isi wawancara adalah seputar kegiatan saya di negera tujuan, saya pun bisa lebih rileks. Saya lihat orang-orang yang diwawancarai, ada yang lancar, tetapi ada pula yang harus pulang dengan kecewa. Ketika selesai wawancara, ada dua kemungkinan: permohonan diterima atau ditolak. Jika diterima, paspor ditahan dan diberi kartu putih atau kuning. tetapi jika ditolak, paspor akan dikembalikan. Uang pendaftaran sebesar 1.400.000 harus rela melayang dan harus membayar dengan jumlah yang sama jika akan aplikasi lagi.
Saya melihat kawan-kawan saya dilayani dengan baik. Semuanya mendapatkan kartu putih. Itu berarti permohonan visa diterima dan tinggal mengambil visa pada tanggal yang tertera dalam kartu putih itu. Saya pun optimis ketika diwancarai kalau saya akan lolos dengan mudah. tetapi apa yang terjadi? Paspor saya ditahan dan saya diberi kartu kuning. Saya agak kaget, lho kok tidak sama dengan kawan-kawan saya yang sama-sama dipayungi oleh lembaga Beasiswa Fulbright yang notabene sangat prestisius itu? Saya baru sadar ketika saya bertanya kepada kawan-kawan, ternyata visa saya dipending alias harus melalui administrative process. Waktunya juga tidak jelas, bisa dua minggu, tiga minggu, sebulan atau bahkan bisa satu tahun. Inilah yang membuat saya agak shock. Harus berapa lama saya menanti? Padahal, saya sebenarnya harus sudah mengikuti Summer Program mulai tanggal 22 Juni. Nah, jika waktu tunggu melebihi batas waktu kontrak saya yang hanya sampai 9 Februari, apakah ini berarti perjuangan saya selama berbulan-bulan akan percuma begitu saja?
Mengapa visa saya harus dipending? Sejumlah analisis pun bermunculan. Menurut pengalaman kawan-kawan, visa dipending itu disebabkan oleh ketakutan Amerika kepada hal-hal yang berbau Islam. Mereka masih trauma dengan tragedi 11 September. Mereka seperti tidak begitu senang ketika kedatangan tamu dari negara-negara yang dicurigai sebagai sarang gerakan Islam fundamentalis yang sering dianggap sebagai pemicu tindakan terorisme. Indonesia, menurut mereka, termasuk dalam daftar hitam. Oleh sebab itu, para pelamar visa dari Indonesia, apalagi beragama Islam, tentu mendapat pengawalan ekstra-ketat agar tidak melakukan hal-hal yang mengancam keamanan negeri mereka. Nah, kebetulan saya berlatarbelakang Islam yang kental meskipun nama saya tidak ada berbau Arab sama sekali. Riset saya di Amerika juga terkait dengan filantropi Islam yang dicurigai sebagai pemasok dana gerakan terorisme. Jadi, akhirnya saya paham mengapa visa saya harus dikroscekkan dengan data dari departemen keamanan Amerika yang berada di Washington, jangan-jangan saya termasuk dalam jaringan al-Qaeda atau mantan tentara Afaganistan....(hehe)
Jujur saya agak sedih ketika nasib saya terkatung-katung antara bingung dan kecewa. Saya sudah terlanjur siap-siap untuk berangkat pada akhir bulan ini. Saya sudah melayangkan surat ijin cuti mengajar dan studi. Saya tidak tahu harus bagaimana menjelaskan status saya kepada orang-orang yang bertanya tentang keberangkatan saya ke Amerika. Mungkin, saya harus tegar untuk menyampaikan bahwa saya sedang bermasalah di pengurusan visa. Tatkala ternyata saya tidak mendapatkan visa, saya harus ikhlas untuk segera membuat rencana baru demi penyelesaian studi saya. Tak harus ke Amerika kan untuk sekedar penelitian?
Beberapa hari terakhir ini, saya seperti mendapat angin segar. Meskipun saya masih juga menunggu proses keluarnya visa yang tak jelas tanggalnya, saya dimotivasi oleh banyak pihak, seperti kawan Fubrighter lama dan promotor saya bahwa saya insya Allah pasti akan mendapat visa. Saya kemungkinan besar akan berangkat meskipun studi saya di Semarang telah usai. Ini artinya, durasi waktu yang telah ditetapkan Fubright mulai 22 Juni hingga 9 Februari masih bisa dijadwal ulang. Oleh sebab itu, saya harus tetap optimis untuk terus menjalankan aktifitas saya dalam proses penyelesaian studi seperti sediakala. Semoga pengalaman ini bermanfaat. Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
assalamualaikum,
BalasHapuspak jadinya berapa lama keluar Visa?
apakah selama waktu pending passport kita boleh di ambil dulu?
saya juga kena pending dari 24 agust'10, sampai skrng ngak jelas.
setiap saya telp jawaban masih dalm pengurusan administrasi nanti kami telp
wassalam
wan
Alhamdulillah, visa saya keluar di akhir Juni, sekitar satu bulan setelah wawancara. Semoga Mas/Mbak Wan (maaf tidak tahu) bisa segera mendapatkan visanya. Kalau pending, biasanya pasti keluar kok. Kita memang harus siap menunggu. Wassalam...
BalasHapusDear Mas Hasan.
BalasHapusKebetulan saya pun mempunyai pengalaman yang serupa sama apa yang mas pernah alami, nama saya Nanak Hikmatullah salah satu grantee Fulbright Global Ugrad yang harus berangtkat duluan karena mengikuti Summer Program yang dimulai tanggal 23 Mei ini sehingga pihak Aminef mengurus jadual wawancara visa tanggal 18 Mei kemarin, Alhamdulilah lancar dan langsung diberi kartu putih dah harus kembali hari jumatnya tgl 20. Saya pun dengan gembira kembali ke kantor Aminef dan menyerahkan kartu itu unutk mereka ambil hari jumatnya. Pihak Aminef pun sudah mengarrange tiket saya dan akan berangkat tanggal 21 hari Sabtu.
Dengan gembira saya langsung melakukan packing di rumah dan pamitan ke tempat kerja, kampus dan seluruh teman2 saya. NAmun ternyata juamat pagi sekitar pukul 10 sebelum saya berangkat ke jakarta (menginap dulu satu malam di hotel, pihak Aminef menelpon saya bahwa Visa saya pending dan saya pun tidak jadi berangkat tgl 21. Alangkah shocknya saya sampai saya merasa lemas sekali karena bagaimana tidak, saya cuma tinggal berangkat ke jakarta, semua barang sudah di packed dan seluruh keluarga besar sudah siap mengantar. Yang paling saya sedihkan adalah pagi itu saya baru saja pamitan ke semuanya dan saya bingung harus bagaiman menjelaskan kepada keluarga saya, mereka sama sekali tidak menegrti akan masalah visa maklum keluarga kami hanyalah orang desa yang polos. saya sendiri bingung harus bagaimana, saya tidak bisa menjamin kapan saya berangkat mengingat pihak aminef sendiri tidak tahu akan sampai kapan. Sampai detik ini saya selalu berdoa semoga cepat keluar visa saya karena waktu itu saya langsung mendapat kartu putih itu artinya visa saya sudah dijamin keluar dan pihak Aminef pun sudah mengurus tiket saya. semoga saya tidak harus menunggu sampai satu bulan. mudah-mudahan senin atau selasa ini sudah ada kejelasan.
Terimakasih atas postingannya yang mencerahkan saya mas.
Dear Mas Nanak...
BalasHapusTerima kasih telah sudi berkunjung dan berbagi pengalaman. Saya percaya, Mas pasti akan berangkat (atau bahkan sudah berangkat?). Selama statusnya "pending", insya Allah kita pasti berangkat. Teman saya seangkatan dijadwalkan berangkat 2010, ternyata baru bisa ke Amrik awal tahun 2011 ini. Pendingnya hampir membuat pupus harapan, padahal ia sudah pernah ke Amrik setahun sebelumnya dengan kasus serupa. Mengapa ya? Itulah US...negara yang tidak mudah diajak kompromi....salam kompak...Dirman
Curhat sesama senasib nih.. :)
BalasHapusRabu tanggal 7 Sept dua hari lalu saya juga mendapat kertas kuning alias butuh proses lanjutan yang tidak jelas sampai kapan. Padahal hotel dan tiket untuk berangkat tanggal 30 Sept (3 minggu lagi) sudah di tangan. Bingung juga, kalo jelas ditolak kan bisa proses ke cancellation flight sama hotel-nya, atau malah bisa langsung coba lagi.. Kalau kuning ini jawaban dari embassy hanya bisa menunggu..
Kalau kasus saya dugaannya karena kesalahan saya ketika mengisi form DS-160 menggunakan nama asli saya (dua kata), padahal sudah ada endorsement (hal 4 passpor) nama dengan tiga kata (ditambah nama ayah) untuk keperluan umroh/haji.
Jadi ketika di loket awal pemeriksaan dokumen, lembar konfirmasi interview saya "diperbaiki" oleh si petugas dengan menambah nama ayah saya dengan tulisan tangan. Akibatnya di ujung sesi interview yang lancar dan meyakinkan itu, interviewer seperti mengamati coretan perubahan nama itu dan bertanya ke interviewer di loket sebelah.. setelah itu langsung dikasih kertas kuning..
Sekarang cuma bisa pasrah dan mengikhlaskan diri untuk hasil yang tidak diharapkan, pasti ada hikmah-nya..