Senin, 08 November 2010

GERSANG DAN KOTORNYA AMERIKA

Satu sisi Iowa City, dekat Kampus Uni of Iowa
Di musim gugur ini, kawasan pemukiman tempat tinggalku begitu kotor. Daun-daun riuh beterbangan ditiup angin yang cukup kencang. Pohon-pohon sudah kehilangan kekuatannya untuk sekedar menjinjing tangkai helai daunnya. Mereka begitu pasrah kepada takdir Tuhan yang menitahkan mereka untuk segera menyongsong musim puasa yang panjang. Musim dingin yang menggigil dengan putihnya saju sepanjang pelataran akan datang menjelang.

Aku tidak tahu sistem pasukan kuning di Iowa ini. Pernah memang aku temui beberapa lelaki tegap pemotong rumput menggerakkan mesinnya yang penuh deru, ramai, dan berisik. Sayangnya, sampah rumput yang berserakan itu dibiarkan begitu saja. Mereka anggap bahan kompos kali.  Tradisi menyapu nampaknya tidak pernah kutemui. Ketika musim menjelang winter ini jalan-jalan bagaikan deretan tempat pembuangan yang panjang. Tak ada pemilik rumah yang peduli dengan rontokan daun kering itu. Rasanya aku berada di hutan rimba dengan gundukan sampah yang menjulang. Padahal ini Amerika lho…


Sisi lain, pohon-pohon yang awalnya hijau ranau berubah menjadi kuning, merah atau coklat lalu gugur bersama hembusan bayu. Warna-warni itu begitu indah ibarat pohon plastik yang bebas dipoles warna apa saja oleh pemiliknya. Tak lama kemudian, pepohonan itu tinggallah batang dan rantingnya, kurus lurus menembus awan. Ya, sekarang benar-benar polos. Burung-burung dan kawanan tupai yang biasanya berlompat-lompatan berteriak sedih karena rumahnya digusur oleh musim yang tak bersahabat. Aku jadi teringat ketika pohon-pohon kekurangan air dan meranggas di kampung halamanku. Tapi, pohon-pohon di sana itu memang sekalian berbarengan dengan jemputan ajalnya. Berbeda dengan di sini, pohon-pohon itu hanya beristirahat satu musim dan akan menghijau kembali di musim semi. Luar biasa Tuhan mengatur daya tahan hidup setiap makhluk ciptaan-Nya.

Alhasil, Amerika yang gersang dan kotor nampaknya sudah biasa terjadi setiap tahun. Kepedulian warga nampaknya tidak pernah terlihat. Mungkin pikir mereka, sekali disapu pasti akan kotor lagi. Toh, daun-daun itu pada akhirnya akan tertimpa salju dan akan terurai menjadi pupuk alam yang menyehatkan tumbuhan. Tapi bagiku yang tak terbiasa dengan pemandangan jorok itu, terbersit dalam hati, negara yang katanya nomor satu sejagat raya ini kok ternyata bisa kotor juga ya….

2 komentar:

  1. tad,yg co.cc nya kok tdk bisa ya,ini saya pake blogspot.com. Alhamdulillah bisa

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, berarti masih ada alternatifnya ya, Mas. Terima kasih masih setia membuka blog saya meskipun saya saat ini tidak bisa maksimal mengisinya.

    BalasHapus

Introduction