Sudah hampir lima bulan tinggal di kampung Om Obama, rasanya saya tidak pernah berhenti dihadapkan pada situasi yang memeras otak dan tenaga. Pusing kadang-kadang. Tidak hanya soal akademik terkait dengan penelitian yang nggak beres-beres, tapi juga soal teknis hidup yang aneh-aneh... Pingin sekali bisa jalan-jalan santai tanpa memikirkan tugas dan kewajiban. Atau tidur panjang seharian....Kapan ya? Lho kok jadi ngeluh ya....hehehe
Saya bukannya ingin mengeluh, tapi saya kadang prihati pada diri saya sendiri. Mungkin karena Tuhan saking sayangnya, maka saya diberi berbagi "kegiatan" biar tidak nganggur. Untuk Minggu ini tantangannya adalah telepon internasional saya diblokir. Saya tidak bisa lagi berkomunikasi ria dengan keluarga. Mengapa? Panjang cerita.
Begini awalnya. Saat saya berada di Virginia, ada transaksi bank di rekening yang bukan saya pelakunya. Pertama adalah potongan Amazon sebesar $79 dan kedua adalah Rebtel (calling card online untuk telepon internasional) sebanyak $10. Saya kaget dan langsung mengontak bank via email. saya khawatir jangan-jangan ada orang usil yang telah menghacker nomor PIN saya saat saya sedang transaksi online. Panjang prosesnya untuk bisa menarik dana saya yang sudah terdebit. Dengan aneka usaha, akhirnya saya bisa mendapatkan uang itu kembali setelah saya urus administrasinya sekembali saya ke Iowa.
Nah, minggu ini, Rebtel saya diblokir. Saya tidak tidak bisa lagi mengontak nomor-nomor Indonesia. Sedih banget deh, jadi semakin sepi. Sebagai gantinya, saya minta keluarga yang menepon ke Amerika. Tapi, mau tidak-mau saya harus bisa menyelesaikan blokir telepon itu. Saya merasa agak heran, baru saja saya isi $25, tiba-tiba langsung macet. Ada apa ini?
Seperti biasa, saya harus sibuk-sibuk mencari data kontak Rebtel di website. Saya hanya mendapatkan alamat email, tanpa nomor telepon. Saya pun mengirim email dan tidak juga dapat balasan. Saya pun mengirim lagi dan memperjelas komplain saya. Hari Senin lalu, datang pemberitahuan bahwa saya punya htuang $10. Lho kok? Ternyata dengan beberapa kali korespondensi, dana yang dulu saya tarik dari bank dengan asumsi ada transaksi di laur pengetahuan saya itu kini menjadi hutang. Hemmm, saya pun protes. Tapi, jawabannya adalah bahwa pemotongan $10 itu sebenarnya untuk pembayaran pulsa yang sudah saya pakai beberapa waktu sebelumnya, Jadi pemotongannya terlambat. Wah, saya jadi malu nih...hehehe
Saya pun ke bank untuk mengklarifikasi masalah ini. Pihak bank siap akan membantu untuk pembatalan laporan saya dulu (dispute). Tapi, ternyata, berusan saya dapat email dari bank bahwa saya sudah tidak bisa lagi membatalkan dispute itu. Saya harus mengurus ke Rebtel secara langsung untuk proses pembayaran hutang saya. Wah, saya jadi pening nih, kok ribet banget ya? Zaman modern yang katanya serba cepat tapi ternyata perlu prosedur yang rumit....ya...jalani aja deh... Itung-itung tambah pengalaman...hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar