Minggu, 19 Juli 2009

KUNJUNGAN MAHASISWA PROGRAM DOKTOR HUKUM ISLAM KONSENTRASI WAKAF KE LEMBAGA WAKAF DI JAKARTA

A. PENDAHULUAN

Setelah menempuh pendidikan selama hampir satu tahun, mahasiswa program doktor hukum Islam konsentrasi Wakaf pascasarjana IAIN Walisongo Semarang secara resmi mengadakan kunjungan ilmiah ke beberapa lembaga wakaf. Kunjungan ini dimaksudkan untuk memperdalam keahlian mahasiswa di bidang wakaf, khususnya tentang aplikasinya di lapangan. Kegiatan ini tentunya bermanfaat bagi mahasiswa karena mereka mendapatkan informasi secara langsung tentang pengelolaan wakaf di Indonesia dari sumber aslinya. Tentunya, pelbagai informasi itu akan melengkapi kajian teori-teori wakaf yang selama dua semester ini telah banyak didiskusikan dalam seminar-seminar kelas.

Kegiatan kunjungan ilmiah ke lembaga-lembaga wakaf dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, kunjungan ilmiah ke lembaga wakaf yang berlokasi di Jakarta. Pada bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat memetik pengetahuan tentang pengelolaan yang telah dilaksanakan oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang dipandang sebagai lembaga wakaf profesional yang mapan. Di samping itu, kunjungan silaturahim ke Badan wakaf Indonesia (BWI) dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama merupakan kegiatan yang cukup bermafaat. Kedua, kunjungan ilmiah ke lembaga wakaf yang berlokasi di Jawa Timur. Adapun tempat yang akan dikunjungi adalah Pondok Pesantren Tebuireng dan Pondok Modern Gontor. Kedua pondok ini dipilih dengan alasan bahwa mereka memiliki lembaga wakaf yang dibangun berdasarkan kepercayaan umat terhadap dunia pendidikan.

Tulisan ini merupakan laporan kegiatan kunjungan ilmiah pada bagian pertama, yakni kunjungan ke Jakarta yang telah dilaksanakan pada tanggal 15-16 Juni 2009. Tujuan utama kunjungan ini adalah mempelajari manajemen wakaf di Tabung Wakaf Indonesia. Karena TWI merupakan salah satu jejaring dompet Dhuafa, maka kunjungan ke Basecamp Dompet Dhuafa merupakan suatu keniscayaan. Selain itu, kunjungan ke lembaga-lembaga lain di bawah DD yang telah memanfaatkan hasil wakaf, antara lain Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) di Ciputat dan Wisma Muallaf di Bintaro, juga akan melengkapi pemahaman mahasiswa terhadap kualitas kinerja TWI. Pada hari kedua, kunjungan dilanjutkan ke Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Direktorat Wakaf Departemen Agama. Informasi yang diperoleh dari kedua lembaga ini dapat memperkokoh network antara mahasiswa dengan kedua lembaga itu.

Struktur laporan ini dibuat dengan alur mengikuti rangkaian kegiatan. Deskripsi kegiatan dibuat secara singkat yang akan dilengkapi dengan bahan diskusi berupa power poin (jika ada) dan foto dokumentasi.

B. LAPORAN KUNJUNGAN

1. Kunjungan ke Dompet Dhuafa Republika (DD)

Kunjungan ke lembaga ini sebenarnya bukanlah tujuan utama. Kantor yang berlokasi di Perkantoran Ciputat Indah permai C28-29 Ciputat ini dipilih karena diskusi ilmiah yang sedianya dilangsungkan di kantor TWI membutuhkan ruang yang luas. Maklum, peserta sebanyak 23 orang mahasiswa dan 3 orang pengelola tidak dapat ditampung di TWI yang belum memiliki ruang diskusi. Dengan demikian, kunjungan ke DD mendapatkan dua manfaat sekaligus, yakni mengunjungi DD sebagai induk TWI sekaligus menggelar acara diskusi ilmiah tentang wakaf di sana.

Rombongan telah sampai di Ciputat pada hari Senin, 15 Juni 2009, pukul 08.30 WIB. Para peserta berhenti sejenak di wisma Ibnu Sabil milik DD yang lokasinya tidak jauh dari DD, sekitar 500 meter, untuk mempersiapkan diri dan bersantap pagi. Setelah semuanya siap, mereka melaju ke DD dan sampai di sana sekitar pukul 09.30 WIB. Para peserta disilakan untuk menuju lantai 4. Di sana, Direktur TWI, Zaim Saidi, dan beberapa kru TWI telah menunggu. Tak lama kemudian, acara pun dimulai. Pembawa acara menyampaikan ucapan selamat datang sekaligus membacakan susunan acara. Kesempatan untuk memberikan kata sambutan diberikan kepada ketua rombongan IAIN Walisongo, Prof. Dr. Hj. Ismawati, M.A.

Acara inti dari dialog tersebut adalah presentasi Direktur TWI, Zaim Saidi, tentang pengembangan wakaf di Indonesia. Dialog tersebut dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, Zaim memaparkan tentang Wakaf dan Pola kemitraan Pengelolaan wakaf. Dalam sesi itu Zaim menjelaskan tentang sumber dana utama umat Islam, yakni Zakat, Infaq-sedekah, dan wakaf. Ia dengan panjang lebar menjelaskan tentang keunggulan wakaf dibanding dengan zakat dan infaq-sedekah. Ia menegaskan bahwa esensi wakaf terletak pada sifatnya yang produktif. Wakaf tidak dapat dinamakan wakaf jika aset yang telah diwakafkan tidak dapat diputar asetnya sehingga menghasilkan keuntungan. Zaim berkali-kali mengingatkan bahwa pemanfaatan wakaf ternyata berpotensi untuk terjebak dalam institusi riba. Menurutnya, wakaf uang yang diperoleh dari masyarakat harusnya dibelikan aset, bukan dimasukkan ke dalam bank karena menurutnya, tidak ada bank, sekalipun itu bank Islam, yang terlepas dari praktik riba. Diskusi dilengkapi dengan tanya jawab dengan peserta.

Pada sesi kedua, Zaim memaparkan pikirannya tentang urgensi restorasi wakaf. Baginya, wakaf dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, royal family, wealthy family dan ordinary family. Selain itu, ia menjelaskan betapa uang kertas merupakan alat pencurian terselubung. Ia menekankan perlunya kembali kepada penggunaan uang dinar dan dirham yang bebas dari tipuan. Ia mengilustrasikan nilai mata uang berbagai negara hanya beda pada angkanya. Semua itu hanya berdasarkan kesepakatan atau anggapan, bukan karena uang kertas itu memiliki nilai intrinsik yang sama dengan angka yang tertera.

Setelah kegiatan diskusi berakhir, para peserta melakukan shalat dhuhur-ashar secara berjamaah. Kemudian, mereka melakukan santap siang dan kunjungan ke Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

2. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)

LKC merupakan salah satu jejaring DD yang bergerak di bidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana sosial perusahaan. LKC berdiri pada tanggal 6 November 2001, LKC diresmikan oleh Wakil Presiden RI Hamzah Haz. Adapun ijin operasionalnya adalah Ijin Balai Pengobatan Nomor : 445.5/240/T/5186/Dinkes Kabupaten Tangerang. Visi LKC adalah Menjadi institusi yang mampu mengembangkan program pelayanan kesehatan secara profesional bagi dhuafa di Indonesia pada tahun 2012. Adapun misinya adalah mengembangkan sistem pelayanan kesehatan yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), mengembangkan kemitraan dengan sesama jejaring Dompet Dhuafa (DD) dan di luar jejaring DD, baik Nasional maupun Internasional, dan mengembangkan metode pemberdayaan yang berbasis komunitas kesehatan dan menganut pendekatan promotif-kuratif secara holistik.

Para peserta ditunjukkan beberapa lokasi penting, seperti tempat pendaftaran, ruang pemeriksaan, apotik, ruang rawat inap, dan ruang adminsitrasi. Gedung berlantai 4 itu ditata sedemikian rupa agar seluruh gerak langkah LKC dapat terpenuhi. Para peserta akhirnya disilakan memasuki ruang pertemuan di lantai 4. Diskusi bersama pengelola LKC yang dipimpin oleh Reita Annur berlangsung cukup akrab dari pukul 13.30-14.30 WIB. Peserta menanyakan banyak hal termasuk kemungkinan dibukanya LKC di tempat asal mereka.

Banyak program yang telah dilakukan LKC antara lain Program Direct LKC, yang terdiri dari Gerai sehat Ciputat, Balai rehabilitasi (BRKJM) dan PKPM Aceh Utara, Aksi Layan Sehat, Siaga Bencana (Sigap), Khitanan Massal, Katarak Masal, Pondok Keluarga Mandiri Sehat (Posyandu), Pembiayaan Pasien (kanker, TB Tulang) dan Pos Sehat Mitra. LKC menganjurkan setiap member untuk memiliki kartu anggota Jamkesmas agar mendapat pelayanan kesehatan lebih baik.

Selain itu LKC juga memiliki Program indirect LKC, di antaranya adalah Kelurahan Tanggap Tubercolosis dan Keluarga Sehat mandiri (integrasi jejaring DD: kesehatan, ekonomi, dan pendidikan). Pada tahap awal 200 KK. LKC berjuang untuk menumbuhkan prilaku hidup sehat. Selain itu, untuk menumbuhkan profesionalisme kerja, LKC juga mengadakan Pelatihan PKOPO (Peningkatan Kinerja Organisasi melalui Penguatan Organisasi).

3. Kunjungan Ke Wisma Muallaf

Wisma Mualaf merupakan lembaga yang didiririkan oleh Dompet Dhuafa melalui Tabung Wakaf Indonesia yang bekerja sama dengan Arimatea (Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah Terpadu Efektif dan Aktual). Arimatea bergerak di bidang dakwah yang memberikan informasi tentang islam dan mengajak menggalang dana untuk gerakan keseimbangan untuk melawan gerakan pemurtadan. Bentuk kerjasama antara TWI dan Rimatea adalah TWI pihak yang menyiapkan tanah dan mendanai pembangunan fisiknya Arimatea mengoperasikan wisma sekaligus bertanggung jawab atas kelangsungan hidup lembaga baik di bidang manajemen, SDM, maupun operasionalnya. Untuk itu Arimatea membentuk sebuah yayasan yang bernama Yayasan Sabilul Muhtadin.

Adapun fungsi dari wisma Muallaf ada 6 hal, yaitu:

a. Pusat penampungan, pembinaan, pelatihan mualaf dan pengarahan untuk disalurkan sesuai dengan talenta masing-masing. Harapannya, lulusan wisma dapat disalurkan ke bidang usaha yang sesuai.

b. Pusat rehabilitasi mantan murtaddin

c. Pusat pengembalian citra mualaf ke dalam posisi yang seharusnya, antara lain sebagai orang yang baru lahir kembali.

d. Pusat dakwah islamiyah, pembentukan aqidah dan gerakan tauhid mereka dengan mengadakan tablig setiap mingu. I kali di wisma dan 3 kali di luar, misalnya kelurahan atau RT.

e. Pusat penanggulangan atau bantuan hukum bagi mualaf dan bagi non muslim yang ingin masuk Islam

f. Tempat usaha bagi operasional wisma.

Acara di Wisma Mualaf diakhiri dengan tinjau gerai usaha mereka yang menawarkan buku-buku, CD, dan beberapa produk konsumtif seperti minyak wangi dan madu.

4. Kunjungan ke TWI

Ini adalah kegiatan terakhir pada hari pertama. Kunjungan ke TWI dapat dikatakan sebagai kunjungan yang paling mengesankan. Di lembaga ini para peserta dapat duduk lesehan dan berdialog dengan Zaim Saidi. Mereka juga mendapatkan beberapa buku gratis tentang filantropi Islam dan beberapa brosur TWI. Dialog hangat ini tidak terasa telah sampai pada pukul 18.30 WIB. Peserta siap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Wisma Haji di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat.

5. Kunjungan Ke Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Pada hari kedua, 16 Juni 2009, setelah sarapan pagi, para peserta berangkat menuju kantor Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang berlokasi di Jalan Pondok Gede Raya, Pinangranti, Jakarta Timur. Kantor ini sebenarnya masih belum sepenuhnya milik BWI karena BWI masih berstatus meminjam ruangan di lantai 1 dan 3 dari gedung Badan Pengawasan Obat-obatan dan makanan.

Rombongan sampai di BWI pada pukul 09.30. Di sana mereka disambut oleh wakil sekretaris BWI, Cholil Nafis. Beberapa saat kemudian, hadir Prof. Dr. Uswatun Hasanah dan Prof. Dr. Suparman Ibrahim.

Acara dimulai dengan perkenalan dan penyampaian maksud kunjungan mahasiswa yang diwakili oleh Prof. Dr. Hj. Isnawati. Dalam proses diskusi tersebut, tanpa disangka Prof Dr. Thalhah Hasan hadir dan memberikan sambutan singkat. Dalam uraiannya, beliau menegaskan bahwa saat ini kajian wakaf sudah luar biasa maju. Namun, untuk kasus di Indonesia, masyarakat masih banyak yang awam dalam masalah ini. Padahal, dalam setiap bulan, buku-buku baru tentang wakaf bermunculan di Timur Tengah. Sayangnya, buku-buku tersebut jarang terakses oleh kaum cendekiawan Muslim Indonesia, kecuali bagi mereka yang sering bertadang ke luar negeri.

Prof Thalhah juga memberikan angin segar bahwa ada beasiswa yang ditwarkan oleh negera Qathar bagi mereka yang berminat untuk melakukan penelitian wakaf di sana. Tentu, informasi semacam ini merupakan hal yang paling ditunggu oleh kawan-kawan mahasiswa program doktor ini. Semoga informasi ini dapat ditindak lanjuti sehingga dapat memberikan kesempatan yang lebih luas bagi calon intelektual muda di negeri ini.

6. Kunjungan ke Departemen Agama

Setelah kunjungan ke BWI, perjalanan dilanjutkan ke kantor Departemen Agama yang berada di daerah Lapangan Banteng Jakarta Pusat. Rombongan tiba di sana sekitar pukul 13.00 WIB dan langsung menuju ruang direktur wakaf. Rombongan disambut langsung oleh direkturnya, Dr. Sumuran Harahap.

Dalam dialog bersama Dr Sumuran, kawan-kawan mahasiswa menanyakan tentang kemungkinan Departemen Agama memberikan bantuan untuk penelitian, khususnya penelitian ke luar negeri. Sayangnya, departemen agama tidak dapat memberikan janji karena dana departemen agama belum ada yang dialokasikan untuk keprluan tersebut. Namun, Dr Sumuran berjanji akan mengusahakan jalan untuk hal tersebut.

Satu hal yang nampaknya agak jelas dari pertemuan etrsebut adalah bahwa hasil disertasi kawan-kawan mahasiswa doktor wakaf dapat diterbitkan oleh departemen agama dan akan disebarluaskan ke seluruh pelosok tanah air sebagaimana proyek departemen agama sebelumnya yang memang sering menerbitkan buku. Anggaran penerbitan ini akan diajukan ke negara sehingga dapat direalisasikan pada beberapa tahun ke depan.

Setelah berdiskusi dengan sang direktur sekitar 2 jam, kawan-kawan pun mohon pamit. Kenang-kenangan yang sangat bermanfaat bagi mereka adalah mereka mendapat bingkisan buku-buku terbitan Departemen Agama, masing-masing mendapat sekitar 12 eksemplar. Mudah-mudahan buku-buku tersebut dapat bermanfaat untuk menunjang penulisan disertasi.

Rombongan akhirnya meninggalkan Departemen Agama dan melanjutkan perjalanan ke Semarang. Sampailah rombongan ini di Semarang sekitar pukul 10.00 WIB pada hari Rabu, 17 Juni 2009.

C. PENUTUP

Demikian laporan singkat tentang kegiatan kunjungan mahasiswa program doktor Hukum Islam konsentrasi Wakaf di beberapa lembaga wakaf di Jakarta. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk pengembangan wakaf di masa mendatang. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction