Media informasi dan komunikasi saat ini begitu banyak jenisnya. Orang tua hingga anak-anak sudah terbiasa dengan aneka media. untuk sekedar mencari informasi, rasanya tidak perlu harus keluar rumah, bahkan tidak perlu bergeser sekalipun. Televisi misalnya, dengan remote kontrol kita bisa langsung menonton siaran berita, hiburan, hingga iklan. Dengan komputer apalagi, internet dapat diselami sesuka hati sepanjang waktu. Saat bepergian, musik dapat senantiasa didengar dengan ratusan album pilihan dalam satu perjalanan. Untuk sekedar tahu kabar saudara atau kawan, juga tidak harus mencari wartel dan mengangkat gagang telepon. Penjet nomor-nomor tujuan sudah bukan jamannya. Kini tinggal klik dan klik semua sudah dapat dilakukan. Pendeknya, media begitu lekat dengan kehidupan dengan sedikit usaha dan biaya terjangkau.
Masalahnya kemudian, dapatkah kita menggunakan begitu banyak ragam media untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan iman kita? Bagaimana strategi menata hati dan pikiran sehingga selalu mampu memanfaatkan media dengan baik? Bagaimana kita mampu membentengi diri dan keluarga agar terhindar dari massifnya efek negatif dari media? Pertanyaan-pertanyaan itu jelas membutuhkan perenungan sekaligus aksi konkret dalam kehidupan kita.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perlu disadari bahwa media sebenarnya bersifat netral. Teknologi yang dikembangkan dengan sedekian pesat harus disikapi dengan wajar dan dewasa. Ini berarti kita harus belajar banyak untuk bisa menguasai penggunaan media secara proporsional dan profesional. Misalnya, komputer. Seberapa ahlikah kita menggunakan media komputer untuk menambah dan mengasah ilmu kita? Dalam hal mengetik, kita tentu tidak perlu lagi mencari pita atu karbon seperti yang dilakukan orang pada 10-20 tahun yang lalu. Hasil ketikan (tulisan) kita pun bisa diperbaiki setiap saat tanpa memulai dari awal. Dengan komputer (dengan segala variannya, seperti laptop atau netbook), kita bisa mengakses berbagai sumber informasi terkini, baik yang tersedia di database tertentu atau internet. Khusus untuk yang terakhir, internet yang dapat menghubungkan orang dengan dunia maya yang laur biasa besar bisa memberikan kesempatan orang untuk beribadah di satu sisi dan berbuat maksiat di sisi lain. Agar bernilai manfaat yang kemudian bernuansa ibadah, internet dapat digunakan untuk mengakses informasi yang kita butuhkan, seperti informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan yang kita gandrungi. Tulisan-tulisan religius juga tak kalah banyaknya. Kita bahkan bisa menanyakan apa saja kegalauan kita kepada ahlinya melalui internet. Internet benar-benar menjadi sarana pertama dan bisa jadi utama bagi seseorang yang ingin memulai dan kemudian mendalami ilmunya, tentu saja masih perlu disempurnakan dengan sumber yang lain.
Sayangnya, sarana komunikasi mutakhir saat ini sering disalahgunakan orang untuk hal-hal yang berbau dosa. Media yang tadinya sifatnya netral ditarik menjadi sarana untuk menyebar berita, gambar, atau film tak layak konsumsi. Belum lagi, sensor untuk penyalahgunaan tersebut sungguh tak mudah atau bahkan tak mungkin dilakukan. Di sinilah peran agama menjadi penting. Agama menanamkan pada diri seseorang bahwa suatu perbuatan salah bukan selalu berarti karena dilihat orang atau terdapat dalam aturan hukum negara. Perbuatan dosa itu menyangkut keyakinan dan ketulusan hati (iman dan ikhsan). Kalau kita yakin kalau agama melarang, maka dengan sekuat tenaga, apapun rayuan maksiat yang dilancarkan orang lain melalui media, tentu tidak akan berpengaruh apa-apa baginya. Ia juga tidak gentar untuk melakukan ibadah di saat tak seorang pun peduli dengan ajaran agama. Selain itu, di saat media begitu gencar digunakan untuk keperluan negatif, justru ia bangkit untuk memanfaatkan media secara positif. Dengan demikian, hatinya akan kukuh menjalankan perbuatan baik meskipun tak ada seorang pun yang mendukungnya. Juga ia tidak akan berbuat kesalahan walau tak ada seorang pun yang melihatnya. Inilah manfaat konkret ada kuatnya pemahaman agama dalam menghadapi era informasi yang begitu canggih dengan aneka media.
Alhasil, kita perlu memiliki skil dalam memanfaatkan media. Di samping itu,kita perlu bentengi diri dengan kekuatan agama. Hanya kepada Allah SWT kita bermohon dan hanya kepada-Nya pula kita bergantung. Semoga, di era teknologi informasi yang serba canggih ini, kita tidak terperosok ke jurang maksiat, tetapi sebaliknya, kita mampu memanfaatkan kekuatan tersebut untuk dakwah Islam secara kaffah. Wa Allah a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar