Sabtu, 31 Juli 2010
TINGGAL SEMINGGU...
Tak lama lagi, saya harus angkat kaki dari New York. Saya harus beres-beres barang untuk segera pindah ke Iowa. Satu bulan, ya satu bulan saya menikmati suasana Buffalo yang sejuk dan alami. Tanah terhampar luas, pohon-pohon rindang diiringi dengan kicauan burung yang bersahutan, semua tentu tak mudah dilupakan. Selain itu, banyak kawan baik yang sudah kenal akrab dan nyaman: dari Indonesia atau pun dari negara lain, pastilah menjadi kenangan indah yang menyenangkan. Begitulah, program kursus hampir usai. Hari ini, Jumat,30 Juli, para peserta kursus mengikuti ujian terakhir. Hasilnya akan dibagi minggu depan saat closing ceremony yang akan diadakan pada hari Kamis. Berarti, saya hanya punya waktu tiga hari lagi untuk kuliah kelas, menyelesaikan tugas-tugas akhir yang menjadi penutup perkuliahan.
Di Buffalo, saya punya kawan yang sangat banyak membantu, yakni Ali dari Saudi, selain kawan-kawan Indonesia yang memang ringan tangan. Anak muda ini pertama kali ketemu saya ketika pihak pengelola kursus, Kathy, memintanya untuk mengajak saya ke masjid untuk shalat Jumat. Waktu itu saya sedang ngantri menunggu giliran untuk daftar menjadi peserta dalam acara yang digelar kampus. Saya senang sekali ketika Ali menyapa dan mengatakan kalau ia diberi amanat oleh Kathy untuk menjemput saya.
Beberapa kali Jumatan bersama Ali, hari Jumat kali ini tergolong spesial. Sepulang Jumatan, Ali mengajak saya untuk mampir ke rumahnya. Saya pun setuju saja. Di rumahnya, ternyata Ali sudah menyiapkan beberapa bahan makanan yang sengaja digunakan untuk menyambut kedatangan saya. Sesampai di rumah, ia menyilakan saya duduk di ruang tamu sementara ia mulai mengolah makanan khas Arab Saudi. Kali ini ia membuat semacam nasi kebuli dengan racikan bumbu khusus. Ia juga menyiapkan menu pelengkapnya berupa ayam panggang dan jus buah. Wah, senangnya punya kawan baik.
Minggu depan, saya berencana akan membuat masakan Indonesia di rumahnya. Rencananya saya mau membuat kare ayam atau rawon. Lho kok bisa? Saya bawa bumbu instant dari Jakarta. Jadi, biar nantinya tidak memalukan, saya sudah siap senjata pamungkasnya. Untuk itu, saya hanya tinggal beli dagingnya. Beres kan? Hehe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Piyantun sae nggih panggihipun piyantun sae. .Leres tho tadz. .
BalasHapusMugiyo kulo saged dados piyantun sae kados panjenengan, ngih Mas...
BalasHapus