Jumat, 26 November 2010

HUJAN ES...WIH...SEREM...

Saya tak membayangkan bagaimana rasanya melihat hujan es. Musim dingin yang kian menggigil ini diperparah dengan suasana hari yang selalu mendung dan temperatur yang terus menurun. Hidup dalam suhu udara di bawah nol menjadi menu harian. Baju selembar sudah tidak mungkin dipakai. Setiap hari harus mengenakan minimal dua lapis pakaian dan satu jaket tebal. Celana jeans sudah mulai dipensiunkan karena ternyata kain jenis itu malah membuat kulit kian terasa dingin. Untungnya saya membawa beberapa celana kain katun sehingga jika dilapisi dengan kostum "long john" badan terasa lebih hangat. Tutup kepala juga tidak boleh ketinggalan. Selain pakai jaket yang berpenutup kepala, topi bayi jumbo juga harus dikenakan. Kalau tidak, hembusan angin bisa langsung menusuk pori-pori. Plus, sarung tangan juga tidak boleh ketinggalan jika tidak ingin telapak tangan jadi pucat pasi.

Kemarin, saya tidak berani keluar kamar. Dalam berita yang disiarkan weather channel, Iowa City akan mendapat jatah  hujan batu es hari itu. Saya yakin, udara pasti lebih dingin dari biasanya. Akhirnya saya menunggu di ruangan sambil memantau seperti apa hujan es. Sekitar pukul 1 siang, tiba-tiba terdengar suara gemuruh jadi jauh. Kian lama suara itu kian dekat. Akhirnya, suara seperti kerikil berjatuhan di atas genting kian memekakkan telinga. Saya pun buru-buru keluar dan ternyata, gumpalan-gumpalan es berhamburan dari langit. Subahanallah, benar-benar hujan es. Saya tak bisa berlama-lama memunguti pecahan es kecil itu di luar. Udara memang tak bisa diajak kompromi. Untungnya heater di apartmen sudah normal. Jika tidak, saya mungkin harus berdiri di depan kompor listrik untuk mendapatkan kehangatan, persis seperti yang saya lakukan saat heater belum berhasil dinyalakan.

Hari ini, cuaca diperkirakan agak bersahabat. Matahari terbit di antara gumpalan awan putih yang memanjang. Saya coba memberanikan diri untuk berangkat ke kampus meskipun hari ini adalah hari libur bertepatan dengan perayaan Thanksgiving. Saat menyusuri jalan, suasana senyap sekali. Hanya satu dua mobil yang lewat dan beberapa orang membawa anjing keliling kampung. Toko-toko yang biasanya dipenuhi pengunjung mendadak sepi. Bahkan, mal yang berada di depan kampus pun tutup. Aneh sekali rasanya, kota Iowa seperti kota mati di hari besar ini. Kok bisa ya? Mungkin mereka merayakan thanksgiving bersama keluarga di luar kota atau lebih senang membenamkan diri di rumah daripada keluar dengan konsekuensi terhempas oleh angin dingin.

Perayaan Thanksgiving hari ini akan diselenggarakan di rumah Margee. Mas Eri akan menjemput saya di kantor. Saya barusan beli kue pecan pie di toko John's yang hanya buka dua jam saja hari ini. Kue itu biasa dihidangkan bersama ayam kalkun di pesta hari ini. Ya, biar tidak malu, masak setiap acara makan-makan tidak pernah ikut nyumbang hidangan. hehehe

4 komentar:

  1. Wah....sekarang jd biasa dengan udara dingin ya..Tadz.

    BalasHapus
  2. Betul, Mas..serasa di dalam kulkas setiap hari...hehehe

    BalasHapus
  3. tinggal nuangin sirup tadz

    BalasHapus
  4. Ya, Mas...nanti tinggal buka warung PKL ya... :) itung-itung buat sangu pulang...

    BalasHapus

Introduction