Ketika melihat tayangan infotainment, seringkali hati kita tersentuh dengan pemberitaan seputar para orang ternama yang mengalami permasalahan keluarga. Tak jarang prahara rumah tangga itu berujung pada perpisahan. Duh, sayang sekali. berita terbaru yang saat ini sedang hangat diberitakan adalah perceraian Anang dan Krisdayanti. Apa yang salah?
Kehidupan rumah tangga Anang dan KD yang sudah berlangsung sekitar 13 tahun ternyata harus berakhir dengan kata cerai. Masa waktu yang cukup panjang dari sebuah pernikahan ternyata tidak selalu beriringan dengan kebahagiaan. Umumnya, para konsultas keluarga memberikan toleransi batas aman berumah tangga setelah 5 tahun pernikahan. Artinya, setelah 5 tahun terikat dalam tali suci rumah tangga, suami dan istri telah berinteraksi, saling memahami, dan saling melengkapi, sehingga permasalahan yang terkait dengan penyesuaian watak dan perilaku dapat dianggap selesai setelah 5 tahun. Menginjak tahun ke-6, kondisi rumah tangga biasanya sudah stabil dan tinggal menyempurnakannya.
Sayangnya, tidak semua manusia berpikiran sama tentang rumah tangganya. Kesuksesan materi yang mulai nampak dengan kecermelangan karir, telah membutakan mata hatinya sehingga mudah saja mengabaikan ikatan pernikahan yang telah dibangun dengan sengaja bermain api dengan orang lain. Ketika posisi diri yang sudah tinggi, popularitas yang menggunung dengan harta yang berlimpah, nampaknya mudah sekali seseorang untuk pindah ke lain hati, atau paling tidak membuka cabang cinta di pelabuhan lain. Terang saja, pasangan sahnya yang telah banting tulang, peras keringat, dan bersakit-sakit saat awal mengarungi pernikahan tidak akan rela begitu saja membiarkan kekasih hatinya direbut orang. Kalau masih bisa ditawar, akan ada perdamaian. Namun, bila nasi sudah menjadi bubur dan hati telah membeku, kata yang lazim diungkap sebagai kata akhir adalah cerai. Sakit memang, tapi ini adalah sebuah pertaruhan harga diri.
Selingkuh sering diplesetkan sebagai selingan indah rumah tangga utuh. Siapa bilang? Selingkuh selain melanggar norma agama, juga menghancurkan masa depan yang telah dirajut bersama. Hal ini tentu dapat dicegah dengan komunikasi terbuka dan pendidikan agama yang kokoh. Semoga, hidup kita yang sekejap ini tidak perlu dinodai dengan perpisahan yang sangat menyakitkan akibat ketidakmampuan kita mengendalikan hawa nafsu. Di bulan suci ini, tentu kita telah belajar dan berlatih untuk mampu mengendalikan diri dan berbuat yang terbaik untuk kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita kasihi. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar