Senin, 05 Juli 2010

SUSAHNYA MENDIRIKAN SHALAT

Selama di Indonesia, masalah shalat hanya masalah keinginan. Kalau mau, shalat bisa dilakukan di mana saja, dari kota hingga pelosok desa. Air wudhu tersedia di jutaan masjid an mushalla. Kalau dalam perjalanan, belanja atau rekreasi sekalipun, mendirikan shlat bukan perkara susah. Pendeknya, kalau adzan terdengar, shalat bisa langsung dilakukan.

Namun, berbeda dengan kondisi di Amerika. Seperti kata Mas Yas, di negara sekuler ini harus pandai mengatur diri sendiri. Tak ada adzan, tak banyak masjid, tak mudah menemukan mushalla. Jadi, kalau sedang bepergian, waktu shalat sering begitu saja lewat tanpa bisa berbuat apa-apa.

Masalah ini sebenarnya sudah saya rasakan semenjak meninggalkan Jakarta. Tatkala berada di Bandara Changi, Singapura, saya tidak mudah melaksanakan shalat. Saya harus bertanya kepada pada petugas Bandara, kalau-kalau ada semacam prayer room atau worship room. Alhamdulillah, saya pun bisa menemukan ruang tersebut di salah satu pojok bandara. Agak sulit juga menemukan ruang terpencil ini. Tetapi, senangnya bisa shalat dengan normal.

Kemudian, ketika sampai di Jepang, saya tak dapat menemukan tempat semacam itu. Juga, saat mendarat di San Fransisco. Saya sempat bertanya kepada salah satu petugas konter informasi, tetapi hasilnya nihil. Yah...terpaksa salat sebisanya dengan cara seadanya.

Kini ketika saya di New York, bayangan saya benar-benar seperti kenyataan. Saya akan sering dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit. Mau shalat tetapi tak ada tempat shalat dan tak ada tempat wudhu. Kalau bepergian, jelas tak mudah menjaga shalat. Akhirnya, saya masih sering menjalankan shalat dengan dijama saat sampai di rumah. kalau sekarang masih mungkin karena masih tergolong musafir, tetapi kalau udah lebih dari satu minggu (ada sih yang berpendapat 3 hari, satu bulan, hingga selama di luar tempat tinggal termasuk musafir), saya agak sulit kalau masih juga menjama' shalat.

Masalah lain yang saya hadapi terkait dengan shalat adalah soal waktu. Di sini, waktu shubuh adalah pukul 4 pagi, pukul 5.30 udah terang benderang. Lalu dhuhur, pukul 13.30, ashar 17.30, maghrib, 21.00 dan isya 23.00. Jadi, ashar itu waktunya sama dengan magrib di Indonesia, lalu shalat isya itu waktunya sudah larut malam di saat mata udah ngantuk. Bangun-bangun udah subuh. Untungnya saat ini saya masih mengalami jetleg sehingga saat malam sulit tidur karena biasanya pada saat tersebut saya biasanya sedang aktif melakukan kegiatan. tetapi jika nanti sudah terbiasa dengan jam malam, maka bisa jadi shalat Isya saya sering tergadaikan. Saya hanya berdoa, dengan kekuatan-Nya serta luas pengampunan-Nya, saya masih bisa mendirikan shalat sebagaimana mestinya. Amin.

2 komentar:

  1. tahajudnya malah tidak ketinggalan dong tad.

    BalasHapus
  2. ya, paling tidak bisa ngurangi dosa ya Mas...hehehe

    BalasHapus

Introduction