Bingung, sedih, was-was, ragu, khawatir, cemas, dan kecewa, campur aduk jadi satu. Itu adalah perasaanku belakangan ini. Belum lagi ditambah sakit kepala yang mulai menyerang beberapa kali. Tapi, paling tidak, aku mendapat hiburan dapat bertemu dengan orang-orang penting di tempat penelitianku, Islamic Relief (IR).
Beberapa hari sebelum berangkat, aku sempat merasakan nyeri di dada sebelah kiri. Aku tidak tahu kenapa itu terjadi. Mungkin, aku masuk angin atau salah menempatkan postur saat tidur. Kalau aku menguap, bersin atau nafas panjang, dadaku terasa sakit sekali, seperti ada duri yang menusuk tulangku. Hal ini bisa jadi merupakan pertanda bahwa perjalananku ke tempat penelitian tidaklah mulus. Aku harus siap menghadapi tantangan baru di lokasi yang sama sekali tak aku tahu. Padahal, awalnya aku berpikir bahwa aku akan mudah melakukan penelitian di Amerika. Pertama kali di New York , aku sempat tidak makan nasi hingga lima hari. Begitu pula di Iowa , aku kesulitan mencari tempat tinggal. Nah, di Virginia, aku justru terdapar di sebuah rumah lusuh nan kotor di tengah malam milik orang sama sekali tidak kukenal sebelumnya.
Dini hari pukul 1 Senin kemarin, aku sudah terbangun dan tidak bisa memejamkan mata. Meskipun aku masih ngantuk, aku paksa untuk bangun dan siap-siap. Barang-barang yang belum sempat kukemas mulai kupersiapkan. Aku juga membuat sarapan dan bekal makan siang. Pukul 4 pagi, aku coba telepon ke Marco’s taxi. Tak lama kemudian, taxi pun datang mengantarkanku ke bandara Cedar Rapids Iowa .
Dalam, perjalanan, aku ngantuk sekali. Tapi, entah, aku juga tidak bisa tidur meskipun mata telah kupejamkan. Dari Cedar Rapids, pesawat transit dahulu di Minesota. Setelah dua jam menunggu, aku pun melanjutkan perjalanan ke bandara Washington DC-Ronald Reagan. Setelah itu, aku meneruskan perjalanan ke Alexandria , Virginia .
Perjalanan ke Saat turun pesawat, aku sebenarnya sedikit was-was. Bukan karena aku tidak tahu bagaimana melakukan berbagai proses di bandara, tetapi yang membuat perasaanku tak menentu adalah ketika aku tidak bisa memutuskan apakah aku langsung meluncur ke IR sendiri atau harus menunggu jemputan. Aku telepon Basma, kawan dari IR, dan aku dapat jawaban bahwa aku diminta untuk menunggu konfirmasi. Lama sekali aku menanti telepon balik. Aku hampir saja putus asa hingga ada bunyi telepon sekitar setengah jam kemudian. Dari Basma, aku mendapat kepastian bahwa aku akan dijemput. Aku harus menunggu lagi, hampir satu jam. Sedih campur bingung. Tapi, aku jalani saja cerita hidupku yang selalu menantang akhir-akhir ini.
Saat dijemput aku senang sekali. Rasanya aku akan segera sampai di IR yang sudah lama kuimpikan. Aku serasa sulit untuk mendapatkan data kecuali aku datang di tempat ini. Alhamdulillah, akhirnya aku sampai juga. Aku bisa bertemu dengan Basma dan Nazia yang telah lebih dulu aku kenal lewat email. Dengan merekalah aku bergantung untuk segala aktifitasku di sini. Sebenarnya aku masih kurang puas dengan pelayanan IR, tetapi aku harus sabar, toh hari ini merupakan hari pertama aku di sini. Aku tak boleh buru-buru karena mereka juga harus menyelesaikan banyak pekerjaan.
Saat malam, aku masih punya tantangan yang tak akan pernah kulupakan. Aku harus mencari tempat tinggal untuk penelitianku selama dua minggu di Alexandria. Ceritanya akan diulas pada tulisan berikutnya.
Sekali layar terkembang, surut berpantang Tadz, semangat terus!!..........
BalasHapusinilah kisah perjalanan calon Rektor UIN Malang
BalasHapusMakasih Mas Joko...
BalasHapusYa, sudah kadung basah, berendam sekalian saja...Pantang mundur....hehehe
Mas Har (bener kan?), mau jadi Rektor UIN Malang? Mimpi kali, Mas!!!
Tapi mimpi bisa juga jadi kenyataan ya...hehehe..tapi kayaknya nggak mungkin deh...
Makasih dukungannya...Jazakumullah....
Doa kawan-kawan sangat berarti bagi saya yang kini terpencil seorang diri...