Santernya berita selingkuh Zainuddin MZ beberapa hari ini membuat saya ikut gerah. Masak sih? Apalagi dai yang kini mulai bersinar lagi melalui beberapa acara TV diisukan pernah menjalin cinta dengan Aida Saskia, hampir 10 tahun yang lalu. Mengapa harus hari ini Aida mempublikasikan kasusnya? Jangan-jangan perempuan itu hanya mencari sensasi belaka. Dalam beberapa berita online, Aida mengatakan bahwa ia sudah tidak tahan lagi atas perilaku dai sejuta ummat itu. Ia bahkan mengatakan tidak ingin ada Aida-Aida lain yang mengalami hal serupa dirinya. Dengan popularitasnya yang mulai menanjak, Aida khawatir bahwa kharisma yang dimiliki Zainuddin MZ saat ini akan dapat memperdaya wanita-wanita di sekitarnya, seperti yang ia pernah alami (detikhot/8 Oktober 2010).
Jujur saya katakan bahwa saya tidak bisa percaya 100% dengan berita itu. Isu miring untuk tokoh publik memang kerap kali kita dengar. Bagi saya, hal ini adalah bagian dari ghibah, yakni kebiasaan mengorek keburukan orang lain. Dalam fatwa Bahsul Masail NU tahun 2006 lalu, ghibah diputuskan sebagai perbuatan dosa dan oleh karena itu haram hukumnya, termasuk kebiasaan menonton acara infotainment. Tetapi, sisi lain, saya sering juga menemukan ghibah semacam ini kemudian terbukti benar sehingga masyarakat menjadi tahu perilaku seseorang yang sebenarnya. Meskipun begitu, kita perlu bertanya, apa manfaatnya buat kita? Saya kira, kita semua juga punya segudang aib. Bila ada media massa yang mengendus dan menyebarluaskan aib itu, kita pun tidak rela bukan?
Kembali ke masalah perselingkuhan antara Zainuddin MZ dan Aida. Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini? Saya punya satu catatan penting yang dapat kita renungi bersama.
Sebagai manusia biasa, kita pasti mempunyai kesalahan dan kekurangan. Kiayi sekaliber Zainuddin pun tak lepas dari kelemahan. Dia juga manusia! Apa urusan kita ketika mencari-cari kesalahan dan membongkar keburukannya? Kita tentu tidak akan mendapatkan manfaatnya kecuali menyaksikan hancurnya harga diri seseorang. Mungkin sebagian kita akan sorak-sorai sambil mengacung-acungkan jari telunjuk ke muka orang yang bernasib malang itu. Kita masih ingat Aa’ Gym, bukan? Apa salah dia sehingga popularitasnya hancur berantakan sampai bisnisnya pun ikut-ikutan meredup? Dia hanya menikah untuk yang kedua kali! Padahal, poligami bukan hal yang haram dalam Islam. Itu lebih mulia ketimbang kumpul kebo atau selingkuh. Tetapi, dengan kekuatan media massa, peristiwa itu dihembuskan dengan santernya hingga membara dan akhirnya merugikan banyak pihak, antara lain para santri dan jamaah yang biasanya hidup tenang dan teduh di bawah siraman ruhani Aa’.
Bila peristiwa ini kita analogikan kepada Zainuddin MZ, kehancuran dai itu dapat dipastikan akan datang untuk yang kedua kali. Ia dulu kehilangan popularitasnya karena masuk dunia politik. Kini, ketika ia sedang membangun hidupnya kembali di atas reruntuhan ketenarannya, lalu kita benamkan kembali dengan kasus perselingkuhan. Apakah ini manusiawi? Kalaulah itu benar adanya, ada baiknya kita serahkan saja urusan pribadi itu kepada mereka berdua, sehingga publik tidak perlu capek-capek dan berlelah-lelah memikirkan urusan orang lain. Bukankah kita juga punya segudang masalah yang harus kita selesaikan?
Dari kisah di atas, saya punya satu kesimpulan bahwa tokoh panutan umat hendaknya berusaha sekuat mungkin untuk menghindari dua poli, yakni politik dan poligami (termasuk selingkuh). Ketika seorang tokoh umat yang biasanya berdiri di atas semua golongan lalu berpihak kepada kelompok tertentu, nampaknya ia akan segera ditinggal pengagumnya. Begitu pula ketika seorang tokoh agama nasional, lalu poligami, meskipun itu halal, ia pun akan kehilangan reputasinya. Apalagi kemudian ia ketahuan selingkuh, ini tentu lebih runyam lagi sebab selingkuh merupakan permasalahan yang sensitif. Oleh karena itu, jika tidak segera diklarifikasi, dampak buruknya akan begitu cepat menyebar, seperti jilatan api menghanguskan kayu bakar.
Akhirnya, ayo, pak Yai, segera berikan penjelasan agar masyarakat tidak lagi memusuhimu! Semoga engkau tetap di jalan yang benar! Amin…
Congratulations sir, again made headlines in kompasiana, may kiai Zaenudin,MZ awarded for the best.
BalasHapusThank you, Mas Joko....you are very welcome.
BalasHapusI hope you can be Kompasioner soon...!!!
i think a Zaenudin MZ may not do things like that,he is smarter and stronger against the temptations of shaytan,they just want to lower the prestigen and image of the scholars,may god restore the image of islam and restore success
BalasHapusI think so, Brother. May Allah help him, soon! Thank you for the comment...Jazakumullah...
BalasHapus