Hampir setiap insan pernah dilanda cinta. Cinta ini memang ditanamkan Allah di dalam sanubari seseorang sebagai salah satu karunianya yang agung. Tanpa cinta, hidup terasa hampa. Tanpa cinta, kerberlangsungan makhluk di muka bumi akan terancam. Cinta adalah semangat. Cinta adalah mutiara.
Namun, cinta yang ditujukan kepada sesama makhluk memiliki sejumlah keterbatasan. Salah satunya adalah sifatnya yang temporer. Mencintai seseorang misalnya, akan bertahan sepanjang orang yang dicintai memberikan cintanya yang setimpal kepadanya. Timbal balik saling cinta akan melanggengkan hubungan mereka. Tapi, apa mungkin cinta sepanjang masa itu tidak diiringi riak gelombang yang pasti akan menyurutkan kobaran cinta itu? Sudah menjadi salah satu sunnatullah, tidak ada yang badi di dunia ini. Begitu pula hakikat cinta. Ia akan bertambah ketika kondisi menguntungkan dan akan berkurang tatkala situasi kurang menyenangkan. Dengan pemahaman ini dapat dimengerti bahwa apabila sepasang kekasih yang awalnya begitu mesra dan manja, lalu pada selang waktu berikutnya, mereka bubaran dan nampak saling benci. Itulah kenyataan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Bila kita mencintai makhluk, kita sering dikecewakan, istri tercinta sekalipun. Betapa banyak kita harus mengelus dada karena ulahnya yang tak jarang mengiris hati kita. Ia adalah pilihan jiwa untuk hidup bersama yang didasarkan pada cinta yang mendalam. Ternyata, seiring perjalanan waktu, cinta kita diuji apakah emas atau loyang. Bagi mereka yang tidak dapat menata hatinya, ketika muncul permasalahan rumah tangga, ujung-ujungnya adalah pengadilan. Itulah karakter cinta kepada makhluk. Kecewa dan marah sudah menjadi bagian integral dari cinta itu.
Namun, ada satu cinta yang tidak akan pernah padam, sebentuk cinta yang tidak pernah mengecewakan sepanjang hidup. Apa itu? Jawabannya adalah cinta kepada khalik, sang pencipta kita. Mencintai Dia akan melancarkan darah kita. Mencintai Dia akan menenangkan hati kita. Mencintai Dia akan mengobarkan semangat hidup yang tak pernah padam. Balasan cinta-Nya juga sangat dasyat. Ia akan memberikan apa pun yang kita minta. Ia akan mencurahkan perlindungan selama 24 jam sehari, sepanjang tahun, seumur hidup kita. Ia akan selalu tersenyum. Ia akan selalu menghangatkan. Ia akan selalu menjaga setiap langkah kemana saja kita pergi. Kasih sayangnya yang melekat pada diri kita tidak pernah enyah walau sedetik. Dengan demikian, mengapa kita tidak lari saja kepada zat yang telah memberi cintanya tanpa pamrih? Mengapa tidak pergunakan kesempatan untuk menjalin cinta lebih mendalam di saat pertemuan kita yang lima kali sehari?
Kita mungkin pernah menduakan-Nya. Tak jarang kita melupakan-Nya. Tapi Ia tak pernah marah. Ia tetap menunggu dengan sabar kembalinya cinta kita kepada-Nya. Ia begitu setia. Ia begitu penyayang. Ia begitu tulus. Tidak ada yang dapat mengalahkan cinta-Nya kepada kita. Karena sayang-Nya, Ia tak bosan-bosan mencurahkan perhatian-Nya walau kita sering mengecewakannya. Ia adalah cinta sesungguhnya, cinta tanpa pamrih. Jadi, sudah sepantasnya kita membalas cinta-Nya dengan lebih baik, tentunya semampu kita. Kita patut tiru cara-Nya mencintai kita. Kita harus mencoba selalu mengingat-Nya dalam setiap jengkal hidup kita, sehingga Ia makin cinta dan sayang kepada kita. Kalau sudah demikian, apapun masalah yang kita hadapi, apapun ancaman yang menghadang, apapun getirnya hidup yang kita jalani, semua akan terasa manis, semua akan terasa indah, karena ia selalu dalam hati kita. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar