Sabtu, 25 April 2009

MALAPETAKA KEMISKINAN

Siapa yang mau jadi orang miskin? Tentu mayoritas manusia tidak menghendaki hal itu. Hanya saja, dalam kehidupan nyata, kita tidak dapat menutup mata bahwa kemiskinan merupakan problem yang selalu ada seiring dengan pertumbuhan masyarakat. Sunnatullah juga menggariskan hal demikian. Oleh sebab itu, syariat zakat, infaq, dan sedekah mengajarkan kita untuk tidak menggenggam bagian orang lain dalam harta kita. “Ambil dari harta mereka sebagai sadaqah yang dapat membersihkan jiwa mereka…” demikian Allah menegaskan. Pada ayat lain Allah juga menghendaki tidak tertumpukkan harta pada satu golongan tertentu yang dapat mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Oleh sebab itu, semangat filantropi dalam Islam sudah dimulai sejak masa awal Islam.

Banyak masalah yang dipicu oleh kemiskinan. Pendidikan anak menjadi terbengkalai, tingkat kesehatan menurun, kriminalitas meningkat, dan prahara rumah tangga yang semakin sering terjadi. Semua karena kebutuhan dasar tidak sepenuhnya tercukupi. Salah satu contoh, ketika satu keluarga di saat ekonominya mapan, hampir permasalahan yang terkait dengan harta dapat diminimalisasi. Kalaulah ada, problem yang muncul justru akan berkaitan dengan persaingan bisnis, perseteruan mencari pasangan, hingga perselingkuhan. Miskin susah, kaya juga bermasalah. Memang, harta pada dasarnya fitnah. Namun, jika sedang krisis, keadaan makin runyam. Tak ada pembangunan baik dalam skala mikro ataupun makro yang dapat diwujudkan. Alhasil, kondisi bangsa akan semakin terpuruk.

Contoh yang lain, ketika sebuah keluarga ekonominya terbatas, permasalahan yang muncul adalah adanya iri hati kepada orang lain akibat keinginan yang tak kesampaian. Ia hanya bisa melihat orang lain bersenang-senang dengan fasilitas mewah, seperti mobil, rumah, atau hp, sementara dirinya tidak memiliki secuil pun. Efek negatif yang muncul kemudian adalah tindakan menyalahkan diri sendiri, pasangan, atau bahkan tuhan yang telah membuatnya tersiksa dalam jurang kemiskinan. Setiap hari pekerjaannya hanya mengeluh, mengumpat atau mendamprat orang yang tidak bersalah. Hidup yang sudah susah akan semakin parah karena kondisi jiwanya tidak stabil. Impiannya yang muluk akan gemerlap dunia sementara dirinya dalam kondisi yang memprihatinkan akan menghancurkan sisa hidupnya yang menurutnya sudah tak bernilai. Putus asa sudah menghiasi hari-harinya yang kian rapuh. Inilah salah satu bentuk malapetaka kemiskinan yang sering kita jumpai dalam realitas kehidupan.

Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk mereka? Dalam konsep Islam, ketika kita kaya kita harus bersyukur dan di saat kita miskin kita harus bersabar. Dua kondisi yang selalu hadir bergantian dalam kehidupan kita sebagai salah satu bentuk ujian sang pencipta untuk mengukur kualitas iman kita. Syukur bukan hanya mengucap hamdalah, tapi lebih dari itu, yakni memberikan sebagian harta kita untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Setidaknya, 2,5% harta kita hendaknya secara rutin dikeluarkan untuk mereka yang membutuhkan. Tindakan ini tidak hanya akan meringankan beban hidup mereka, namun juga akan menyehatkan jiwa kita.

Pada saat kita mengalami penurunan kondisi ekonomi, hendaknya kita bersabar. Sabar berarti kita mampu bertahan dengan kondisi yang kurang menyenangkan. Sabar meniscayakan kita untuk tidak menerapkan standar tinggi orang lain pada diri kita. Sabar akan mengajarkan kepada kita untuk menerima apa adanya atas pembagian rizki yang telah ditetapkan oleh Allah. Jadi, kemiskinan adalah ujian yang nyata. Berbeda dengan kekayaan, meskipun ia juga salah bentuk ujian, banyak orang sering terlena seakan-akan mereka sedang mendapatkan karunia yang luar biasa. Kemiskinan mendorong orang untuk berperilaku hemat dan prihatin. Mereka yang biasa hidup miskin akan terkejut ketika mereka kaya. Dalam kondisi ini, sebagian orang akan berfoya-foya sebagai bentuk euforia namun sebagian yang lain akan tetap menjaga diri untuk berperilaku hemat. Kelompok yang kedua ini justru akan mudah tersentuh hatinya untuk menolong sesama karena mereka pernah mengalami nasib serupa. Kesabaran di saat mereka miskin akan mengajarkan secara nyata cara bersyukur yang tepat.

Kemiskinan di segala bidang harus diberantas sesuai dengan kemampuan kita. Miskin harta, miskin ilmu, dan miskin moral adalah beberapa jenis kemiskinan yang sekarang sedang marak. Mari kita mulai dari lingkungan terdekat kita dengan berusaha membuat lompatan-lompatan kecil sejak sekarang demi tegaknya bangsa ini di masa mendatang. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction