Selasa, 28 April 2009

EL-ZAWA GO INTERNASIONAL, WHY NOT?

Kecil-kecil cabe rawit, begitu barangkali ungkapan yang tepat diarahkan ke Pusat Kajian Zakat dan Wakaf “eL-Zawa” UIN Malang. Lembaga yang masih terbilang baru ini diam-diam sudah bisa menyita perhatian publik UIN akhir-akhir ini karena eL-Zawa telah berhasil menjalin kerjasama dengan Institut Kajian Zakat (IKaZ) Universiti Teknologi Mara Malaysia. Lembaga yang pendiriannya resmi ditandatangi oleh Menteri Agama RI Maftuh Basuni tanggal 22 Nopember 2006 tidak hanya ingin dikenal di kalangan civitas Akademika UIN Malang saja namun kiprahnya dapat dirasakan oleh negara-negara jiran. Lawatan yang dilakukan oleh tim eL-Zawa pada tanggal 28 Januari-2 Pebruari 2008 ke Malaysia dan Singapura akan dilaporkan oleh Sudirman Hasan, M.A. berikut ini.

Berawal dari semangat mengemban amanat internasionalisasi kampus, eL-Zawa menyambut baik undangan UiTM untuk membicarakan lebih lanjut naskah kerjasama (MoU) yang telah ditandatangani oleh rektor UIN Malang dan Naib Conselor UiTM pada tanggal 22 Nopember 2006 yang lalu. Untuk itu, ditunjuklah sebuah tim eL-Zawa yang terdiri dari Ketua eL-Zawa, Drs M. Fauzan Zenrif, M.Ag. beserta sekretaris Sudirman Hasan, M.A., dan satu orang lagi, Aunur Rofiq, L.C., M.Ag., dosen UIN Malang yang sedang studi di Malaysia. Namun, karena satu dan lain hal, ketua eL-Zawa sangat disesalkan tidak jadi berangkat.

Sesampai di Bandara Kuala Lumpur dengan menggunakan pesawat Air Asia, kami dijemput oleh utusan UiTM dan langsung diantar ke hotel UiTM yang berada di tengah-tengah kampus. Pemandangan indah perkebunan kelapa sawit sepanjang jalan setidaknya mengurangi kepenatan perjalanan dari Malang yang memakan waktu setengah hari. “Selamat datang di Malaysia, pak Dirman” sambut Prof. Hasan Bahrom ramah. Beliau merupakan wakil ketua IKaZ yang selama ini aktif berkomunikasi dengan eL-Zawa untuk mengatur agenda kegiatan. Suasana hotel UiTM yang asri dan keramahan staf IKaZ yang menemani membuat perasaan seperti di negeri sendiri, hanya persoalan bahasa yang agak beda. Maklum, kami belum pernah bergaul dengan orang-orang yang berbahasa melayu secara kental. Seperti perkataan mereka, “Ape Encik merase seronok di sini?” karena kami tidak tahu maksudnya kami diam saja. Ternyata yang mereka maksud adalah apakah kami merasa senang selama tinggal di Malaysia. Padahal, seronok dalam pikiran kami adalah identik dengan hal-hal yang negatif, tapi ternyata maksudnya justru sebaliknya.

Pertemuan informal dengan ketua IKaZ dalam acara makan malam merupakan agenda pertama. Dalam pertemuan itu kami saling menyampaikan salam dari pimpinan kampus masing-masing yang tidak dapat hadir dalam acara tersebut. Dr. Rahimi Osman, ketua IKaZ, memberikan sambutan luar biasa atas kehadiran eL-Zawa di UiTM. Mereka berharap kerjasama dengan UIN Malang dapat berlangsung erat dengan bentuk yang saling menguntungkan. Karena Dr. Rahimi masih baru menjadi ketua IKaZ dan belum pernah berkunjung ke UIN, maka latar belakang lahirnya MoU serta kegiatan seminar dan ekspo Zakat Asia Tenggara setahun yang lalu menjadi topik pembicaraan menarik malam itu.

Agenda selanjutnya adalah acara formal dalam forum kecil yang dihadiri oleh para pengurus IKaZ yang berjumlah sekitar 15 orang. Adapun tim eL-Zawa didampingi oleh para dosen yang sedang mengambil program doktor di Malaysia, tepat di Universiti Malaya. Dialog hangat berlangsung secara kekeluargaan, diawali dengan sambutan ketua IKaZ dengan menampilkan profil UiTM dan sekilas profil IKaZ. Beberapa saat kemudian, delegasi UIN diberi kesempatan yang sama untuk mempromosikan UIN dengan kemajuannya terkini. Gedung-gedung baru yang ditampilkan dalam bentuk film sempat membuat decak kagum para peserta. Dan yang lebih menarik lagi, model pesantren yang digabungkan dengan kecanggihan peralatan modern menjadi catatan tersendiri yang memang tidak mudah ditemui di Malaysia. “UIN Malang ternyata maju ya…” ucap mereka.

Diskusi mengalir dengan cair saat beberapa orang bertanya tentang perkembangan UIN ke depan. Misalnya, “Apa yang dimaksud dengan model pesantren di UIN?” atau “Bagaimana budaya akdemik yang dikembangkan UIN?” Dengan antusias dan penuh semangat, delegasi UIN bergantian menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang mereka lontarkan. Alhasil, mereka merasa sangat tepat menjalin kerjasama dengan UIN Malang yang memiliki ciri khas dan kesamaan visi dengan mereka. Break untuk shalat dhuhur dan makan siang membuat diskusi tersebut harus dihentikan sementara. Namun perbincangan akrab rupanya terjalin lebih nyata antar personal pada acara makan siang yang dilangsungkan di ruang terbuka.

Istirahat telah selesai. Kini tiba saatnya perbincangan antara IKaZ dan eL-Zawa memasuki tahap yang paling inti. Satu persatu poin usulan konkret kerjasama yang telah dikirimkan eL-Zawa via email berapa waktu lalu dicermati bersama. Poin pertama adalah tentang seminar internasional. eL-Zawa merencanakan untuk menggelar seminar internasional pada tahun 2009 dan mengharap dukungan dari IKaZ. Ternyata, IKaZ merencanakan untuk mengadakan World Zakat Conference pada tahun 2008. Mereka menyatakan siap untuk melibatkan eL-Zawa di kepanitiaan dalam kegiatan mereka tanpa harus membebankan persoalan biaya dalam pelaksanaan. Ini merupakan kesepakatan yang luar biasa karena tanpa harus menunggu hingga tahun 2009, eL-Zawa akan dapat merealisasikan obsesinya menyelenggarakan seminar bertaraf dunia.

Materi kedua dalam diskusi IKaZ-eL-Zawa adalah tentang penelitian. eL-Zawa mengusulkan kerjasama dalam penelitian tentang filsafat zakat yang berkembang di Indonesia dan Malaysia. Keinginan eL-Zawa direspon secara positif dan bahkan mereka siap memberikan jalan untuk mendapatkan dana penelitian. Mereka juga menawarkan untuk melakukan penelitian di bidang wakaf. Kebetulan di IKaZ ada seorang pakar di bidang wakaf. Mereka ingin menggali informasi wakaf yang berlaku di Indonesia. Akhirnya, model kerjasama yang disepakati adalah joint venture research, yakni penelitian dengan tim gabungan eL-Zawa dan IKaZ. Dengan model seperti ini kekuatan tenaga dan data yang ada di Indonesia dan Malaysia akan terintegrasi dalam sebuah tim yang solid.

Selanjutnya, materi pembicaraan ketiga adalah tentang jurnal internasional. Awalnya eL-Zawa akan menerbitkan jurnal intrenasional sendiri dan berharap ada beberapa orang IKaZ yang bersedia untuk menjadi reviewer atau board. Maksud eL-Zawa direspon melebihi yang diharapkan, yakni mereka menawarkan untuk menerbitkan jurnal secara bersama, dengan mencantumkan kedua institusi di halaman kover. Tentu tawaran baik dari IKaZ tidak disia-siakan oleh eL-Zawa. eL-Zawa siap untuk bekerja sama untuk menerbitkan jurnal internasional dengan tiga bahasa: Arab, Inggris, dan Melayu/Indonesia.

Pokok pembicaraan berikutnya adalah tentang pelatihan manajemen. IKaZ rutin mengadakan pelatihan manajemen zakat untuk alumni UiTM. Namun mereka membuka kesempatan bagi eL-Zawa untuk mengirimkan staf dalam rangka mengikuti pelatihan. Tentu eL-Zawa tidak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja. Rencananya eL-Zawa akan mengirimkan 3-5 orang untuk mengikuti pelatihan ini. Dengan pemagangan ini, eL-Zawa akan mampu mengadopsi kesuksesan manajemen yang telah mengantarkan UiTM menjadi salah satu perguruan tinggi yang maju di bidang pengelolaan zakat.

Terakhir, kesepakatan yang juga akan banyak menguntungkan kedua belah pihak adalah pertukaran dosen tamu. UIN Malang akan mengirimkan tenaga pengajar terbaiknya untuk mengajar di UiTM begitu pula mereka akan mengirimkan pengajarnya untuk berbagai ilmu di UIN Malang. Sementara ini, dalam waktu dekat mereka akan mengirim pakar zakatnya untuk mengajar di Indonesia, baik dalam model kuliah sehari ataupun kuliah yang dipadatkan dalam dua minggu.

Kunjungan eL-Zawa selanjutnya adalah ke Unit Zakat, Sedekah, dan Wakaf UiTM yang dikomandani Dr. Nazruddin. Menariknya, lembaga ini telah mendapat lisensi (MoU) dari Lembaga Zakat Selangor untuk menarik zakat dan mendistribusikannya ke para mahasiswa yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan. Para mahasiswa harus mengajukan lamaran untuk mendapatkan bantuan dengan kategori fakir, miskin, sabilillah, dan muallaf. Dengan demikian, separoh dari mustahiq telah ditangani oleh UiTM.

Melongok manajemen yang dilakukan oleh Unit Zakat ini, mereka nampaknya telah menerapkan teknologi canggih untuk menyeleksi para pelamar yang saat ini telah dilakukan secara online. Para peserta yang telah diseleksi oleh sistem komputer akan dipanggil untuk wawancara. Dari hasil wawancara tersebut, unit zakat akan mengetahui posisi yang sesungguhnya dari calon penerima dana bantuan: apakah tergolong fakir, miskin, mualaf, atau sabilillah.

Lawatan lanjutan setelah UiTM adalah kunjungan ke Lembaga Zakat Selangor. Lembaga ini bernaung di bawah Majlis Agama Islam Selangor (MAIS). Program kerja mereka cukup komprehensif untuk menarik muzakki sekaligus mustahiq. Mereka melakukan ceramah dan penerangan, Seminar, Kolokium, Kursus dan Bengkel, Kampanye Bulan Muharram sebagai bulan Zakat Negeri Selangor, Promosi dan kampanye melalui media massa, billboard, iklan bus, banner, SMS dan Skuad Dakwah Zakat (SDZ), dan Pertemuan dengan ahli politik, ahli profesional, ahli akademik & golongan pengusaha. Lembaga Zakat Selangor memiliki 22 cabang yang tersebar di berbagai tempat di negeri Selangor. Kemudahan lain yang menyebabkan para muzakki giat membayar zakat adalah adanya konter zakat bergerak LZS, melalui Pos, Skim Potongan Gaji (SKIM BERKAT), Maybank Phonebanking, Internet Banking, SMS Bank Islam, Kartu Kredit Bank Islam, Ambank, Kartu debit bank, dan Agen Kutipan Zakat.

Hasil perbincangan eL-Zawa dan LZS antara lain menegaskan bahwa eL-Zawa dan LZS akan melakukan kerjasama di bidang zakat. LZS siap membantu eL-Zawa dalam hal manajemen pengelolaan zakat. LZS juga berkenan untuk menerima eL-Zawa dalam rangka magang dan latihan kerja. Mereka berprinsip bahwa ilmu merupakan milik Allah yang tidak boleh disembunyikan, apalagi untuk kepentingan kemajuan umat Islam.

Kunjungan terakhir yang dilakukan eL-Zawa adalah lawatan ke Singapura. Di negeri mungil ini, eL-Zawa menemui Warees yang digawangi oleh cik Zahid Yacob dan cik Jamal Munip. Warees merupakan lembaga pengelola manejemen wakaf yang berada di bawah naungan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). Visi Warees adalah menjadi sebuah perusahaan real estate yang memiliki sensitifitas kemasyarakatan. Adapun misinya adalah menyediakan layanan real estate yang dapat menambah nilai tambah wakaf.

Warees mendefinisikan wakaf lebih fleksibel, yakni semua barang yang diberikan oleh seorang muslim, baik bergerak maupun tidak bergerak, untuk tujuan suci, religius, dan kedermawanan (pious, religious, and charitable) sebagaimana diatur oleh hukum Islam. Dengan konsep tersebut, Warees membuat konsep berani dalam menggunakan tanah wakaf untuk perhotelan, apartemen, dan perumahan. Hal ini sejalan dengan fungsi Warees, yakni untuk memaksimalkan fungsi wakaf bagi kemaslahatan ummat Islam.

Wakaf pertama di Singapura yang tercatat adalah wakaf masjid Umar pada tahun 1820. Kemudian, wakaf yang tercatat hingga tahun 1961 hanya enam lokasi. Sejak wakaf ditangani oleh Warees, hingga kini wakaf yang dikelola sudah mencapai 150 lokasi yang sebagian besar bukan untuk masjid, tapi untuk keperluan produktif baik berbentuk hotel maupun apartemen.

Prestasi yang patut dicontoh dari Warees adalah keberanian mereka untuk memberikan interpretasi baru tentang wakaf serta kemampuan mereka untuk bekerjasama dengan pemilik modal (bank/baitul mal) dan pemilik usaha/manajemen. Dengan demikian, proyek yang sesungguhnya berdiri di atas tanah wakaf mereka poles sedemikian rupa sehingga tetap megah dan gagah tanpa harus merasa risih terhadap status wakaf. Renovasi dan relokasi tanah wakaf merupakan salah satu proyek Warees yang mendapat dukungan penuh dari MUIS dan masyarakat muslim Singapura. Untuk itulah, program Warees menjadi salah satu ikon wakaf dunia (menurut klaim mereka) yang menyebabkan mereka sering keliling dunia untuk memaparkan konsep modern yang telah mereka hasilkan.

Diskusi eL-Zawa dan Warees dalam kunjungan tersebut melahirkan beberapa kesepakatan, antara lain bahwa Warees siap bekerjasama dengan eL-Zawa dalam pengembangan fungsi wakaf di Indonesia. Model-model kerjasama itu dapat berbentuk pemagangan tenaga eL-Zawa di Warees serta penelitian seputar Warees dan perkembangan wakaf mutakhir di Singapura. Sikap antusias dan kooperatif yang ditunjukkan oleh Warees perlu direspon secara positif untuk pengembangan wakaf di Indonesia.

Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya tim eL-Zawa harus dengan berat hati menyudahi perjalanan yang penuh tantangan ini. Semoga apa yang diusahakan oleh eL-Zawa ke depan berbekal informasi dan kerjasama dengan negeri jiran akan memperkukuh eL-Zawa sebagai lembaga zakat terdepan di negeri tercinta ini dan dapat mengurangi ketegangan politik Indonesia-Malaysia. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction