Minggu, 21 Juni 2009

MAU SUKSES? BERJUANG DAN BERKORBANLAH!

BDua kata ini sering disebut sebagai kata kunci keberhasilan seseorang dalam bidang apapun. Mereka yang yakin ampuhnya kedua kata ini berdasarkan, antara lain, pengalaman bangsa Indonesia meraih kemerdekaan yang tidak begitu saja diberikan penjajah. Kualitas persenjataan para pejuang kemerdekaan hanyalah sekelas bambu runcing demi melumpuhkan senjata mutakhir yag dimiliki Belanda ataupun Jepang. Namun, kemerdekaan yang menjadi pintu gerbang kemajuan dapat direngkuh karena di dalam sanubari mereka telah tertanam kecintaan yang tulus kepada bangsa ini agar dapat berdiri sama tinggi dengan bangsa manapun. Perjuangan dan pengorbanan merupakan pemicu semangat untuk meraih cita-cita tertinggi. Angan-angan tinggallah dalam hayalan jika tidak ditopang dengan kegigihan menggunakan setiap kesempatan untuk berkarya dan berkreasi di bidang keahliannya. Oleh sebab itu, sulit kiranya di zaman yang serba cepat dan kompetitif ini, seseorang yang santai mengikuti arah air mengalir atau angin berhembus mencetak prestasi mencengangkan. Mereka akan ketinggalan kereta dan tergilas oleh roda waktu.

Dengan demikian, tidak ada kata lain yang patut kita patrikan dalam diri kita sejak dini, ayo berjuang dan berkorban! Berjuang berarti menggunakan segala daya upaya untuk meraih kesuksesan hingga detik terakhir. Berkorban bermakna memberikan pengabdian terbaik tanpa memikirkan imbalan jasa dari orang lain. Apabila dalam diri seseorang telah tertanam semangat berjuang dan berkorban, ia akan dengan senyum melewati hidup tanpa rasa beban. Ia selalu melakukan yang terbaik untuk orang-orang sekitar sebagaimana pesan Rasulullah bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak memberikan kemanfaatan bagi orang lain.

Di sisi lain, ada sekelompok manusia yang berkeyakinan bahwa usaha keras akan menimbulkan berbagai penyakit sehingga mereka akan mati cepat. Dengan dasar ini, mereka lebih banyak takut jika diminta harus berjuang apalagi berkorban. Berkorban dalam benak mereka adalah tindakan yang abnormal karena hanya akan menghancurkan diri sendiri seperti lilin yang hanya bisa menerangi orang lain padahal ia meleleh dalam kebinasaan. Konsekuensinya, mereka lebih suka bersantai-santai dan mengerjakan rutinitas apa adanya tanpa perlu berlelah-lelah memikirkan masa depan yang terlalu rumit. Mereka ingin menikmati hidup, bukan menjadikan hidup sebagai beban.

Untuk kelompok terakhir ini, memang tidak sepenuhnya salah. Banyak tokoh yang meninggal tiba-tiba di kantornya karena kelelahan. Juga, tidak sedikit penyakit yang diidap oleh orang-orang yang notabene sukses. Permasalahannya, keyakinan ini justru pada gilirannya akan membuat mereka kesulitan tatkala semua manusia telah menginvestasikan segala daya upaya dan telah meraih apa yang mereka impikan. Kelompok ini hanya akan meratapi nasibnya karena tidak mampu mendapatkan apa yang telah didapat oleh para pejuang tangguh itu. Lebih lanjut, usia bukanlah urusan manusia. Ajal dapat kapan saja datang. Oleh sebab itu, untuk mengumpulkan bekal, baik untuk diri sendiri atau keluarga, baik untuk dunia maupun akhirat, semangat tinggi untuk selalu berjuang dan berkorban adalah suatu keniscayaan. Jangan bermimpi meraih bintang jika takut ketinggian. Jangan pernah berharap menyeberang lautan bila takut kedalaman. Mimpi para pejuang adalah kunci keberhasilan mereka. Mereka rela berusia pendek asalkan hasil jerih payah mereka dapat dinikmati oleh orang lain dalam waktu yang lebih lama. Mereka bahkan tak segan-segan menyerahkan satu-satunya nyawa mereka demi harga diri bangsa dan negara. Alangkah bahagianya mereka saat ini bahwa apa yang mereka perjuangkan dapat memberikan seberkas sinar dan sesercah harapan bagi orang-orang yang mereka cintai, yakni keluarga dan bangsa ini. Sekarang pertanyaannya, kapan giliran kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction