Minggu, 31 Januari 2010

MANAGEMENT BY PRODUCT VIS A VIS MANAGEMENT BY PROCESS

Dalam menjalankan sebuah organisasi, lazimnya ada dua model manajemen yang biasa diterapkan dalam mencapai tujuan, yakni management by product dan management by process. Kedua jenis ini memiliki logika yang berbeda. Manajemen tipe pertama lebih menekan kepada produk yang dicapai tanpa banyak memperhatikan proses yang dilakukan. Pendeknya, tujuan utama adalah hasil pencapaian. Proses memang diperlukan tetapi kalau hasilnya tidak maksimal maka proses apapun tidak akan diperhitungkan. Sebaliknya, manajemen tipe kedua meniscayakan organisasi itu memperhatikan lebih banyak kepada upaya pencapaian tujuan. Hasil tidaklah menjadi prioritas utama. Logika yang dibangun adalah bahwa proses lebih penting ketimbang hasil. Cara pandang seperti ini bukan berarti tidak mengindahkan arti sebuah prestasi, tetapi dengan proses yang baik, harapannya hasil maksimal pun dapat diraih dengan gemilang.

Menyikapi kedua jenis manajemen di atas, perlu kiranya kita menimbang jenis manajemen yang tepat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kehidupan personal. Kita tentu memiliki visi dan misi sebagaimana sebuah organisasi, meskipun hal itu tidak tertulis dan dirancang dalam sebuh rapat kerja. Namun, hal yang pasti, kita perlu menggunakan sebuah manajemen sesuai dengan karakter kita. Pada saat kita memilih management by product, berarti kita termasuk orang yang lebih mengutamakan hasil dari pada proses. Kita termasuk orang ambisius yang bisa jadi akan terjebak dalam kebiasaan menghalalkan sebagai cara, jika hal itu mampu mengantarkan kita kepada tujuan. Misalnya, kita ingin menjadi anggota legislatif tingkat kabupaten. Dalam bayangan kita, status sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah jabatan yang cukup prestisius sehingga dapat mengangkat martabat kita dari warga biasa menjadi tokoh yang diagungkan. Tatkala kita belum mendapatkan simpati publik, maka kita akan melakukan apa saja, mulai dari pencitraan positif, bagi-bagi sembako, hingga politik uang demi tercapainya tujuan tersebut. Uniknya, apabila kita terpilih tanpa dukungan yang tulus, keberadaan kita sebagai tokoh masyarakat hanya akan menjadi buah mulut yang cukup menyiksa.

Berbeda dengan situasi ketika kita lebih mengutamakan proses. Kita tidak mematok target bahwa kita harus menduduki jabatan tertentu. Tetapi, kita telah melakukan proses panjang untuk mendulang dukungan khalayak ramai. Misalnya, kita telah melakukan banyak peran di masyarakat, kita tidak selalu mengkalkulasi setiap usaha kita dengan materi. Bahkan, saat ada kesempatan menjadi anggota dewan, kita justru tidak memaksakan diri untuk menduduki jabatan tersebut. Sebaliknya, aspirasi masyarakatlah yang mendorong kita untuk mencalonkan diri. Pandangan masyarakat yang obyektif terhadap segenap karya kita akan menjadi mesin kampanye yang jauh lebih efektif ketimbang panggung terbuka dengan orasi penuh janji dalam waktu terbatas. Dukungan masyarakat pun akan mengalir saat kita benar-benar terpilih menjadi pemimpin mereka. Istilah politiknya kita benar-benar legitimate (didukung penuh).

Dalam kasus lain, ketika kita memiliki seorang anak yang duduk di bangku sekolah, kalau kita menerapkan management by product, maka kita akan memaksa sang anak untuk meraih prestasi setinggi-tingginya tanpa peduli usaha apa yang ia lakukan. Sang anak akan terbebani untuk selalu meraih ranking di kelas, dengan cara apapun. Kalau memang ternyata tidak mampu, ia akan terbiasa mencontek atau bahkan melakukan hal-hal naif untuk mengalahkan para pesaingnya. Berbeda halnya kalau kita menerapkan sikap management by process. Kita memang menginginkan anak kita berprestasi, tetapi kita tidak membiarkannya begitu saja. Kita beri dia buku-buku yang dibutuhkan, kalau perlu malah kita kursuskan dalam berbagai lembaga bimbingan belajar (semacam lembaga Privasia dan Askia di Semarang, Primagama dan Nurul Fikri di Jakarta atau Neutron di Yogyakarta) sehingga ia akan bersemangat belajar. Masalah studi yang dia hadapi dapat dipecahkan dengan tuntas sehingga kecerdasannya pun semakin terasah. Ia tidak akan stres dengan hasil belajarnya tetapi ia akan puas bahwa ia telah mengerahkan segala upayanya untuk meraih prestasi. Semangat yang tinggi yang dikuti dengan usaha keras biasanya akan diiringi dengan prestasi yang cemerlang.

Pada akhirnya, kita bebas menentukan tipe manajemen yang kita terapkan. Kedua model manajemen di atas memiliki karakter yang berbeda. Hanya saja, management by product cenderung akan memberikan beban lebih berat karena pencapaian target sangat kaku sementara management by process lebih menekankan kepada pemahaman situasi dan proses yang nampak natural. Semoga pilihan kita dapat mengantarkan kita untuk meraih impian di masa depan. Amin. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction