Rabu, 25 Agustus 2010
RAMAINYA IOWA
Kemarin, 23 Agustus, kuliah di Universitas Iowa (UI) dimulai. Ribuan mahasiswa memenuhi segala sudut kampus. Mereka berjalan, berlari, atau berebut masuk bis. Maklum, beraneka warna manusia datang dari segenap penjuru Amerika dan bahkan dunia. Menurut informasi yang dirilis kampus, mahasiswa baru yang diterima tahun ini tidak kurang dari 5 ribu orang. Ini merupakan jumlah terbesar sepanjang sejarah UI. Dengan demikian, universitas ini dalam satu waktu mampu menampung tidak kurang dari 30 ribu mahasiswa. Makanya, tidak aneh kalau kemudian awal minggu ini benar-benar semarak. Jalan-jalan mulai macet dan transportasi umum kian penuh sesak.
Di pagi hari, saya berjalan dari kosan ke tempat pemberhentian bis kampus. Kendaraan umum gratis milik UI ini biasanya beroperasi 15 menit sekali. Tak berapa lama menunggu, datanglah bis kampus yang rutenya berasal dari asrama mahasiswa. Saya pada awalnya merasa senang tapi mendadak kecewa ketika sang sopir bus mengumumkan melalui speaker bahwa ia tidak bisa menampung seorang pun dari kumpulan orang yang menunggu saat itu. Terpaksalah saya berjalan kaki ke kantor daripada menunggu bis berikutnya yang kemungkinan besar akan penuh juga.
Saat sampai di kantor, saya begitu terkesima dengan ribuan mahasiswa yang berlalu lalang di setiap ruas jalan. Mereka seperti tidak ada habisnya sepanjang waktu. Di depan toko buku lebih gila lagi. Para mahasiswa antri mengular di loket pembayaran. Saya hanya geleng-geleng kepala menyaksikan kenyataan ini. Ketika saya mengunjungi perpustakaan, ratusan komputer yang biasanya kosong mendadak penuh dan bahkan ada yang antri untuk memakainya. Unik juga rasanya. Minggu lalu ketika saya datang kampus begitu lengang, hanya beberapa orang saja yang hilir mudik. Tapi ketika kuliah sudah dimulai, kehidupan kampus benar-benar kentara.
Sebagai peneliti di UI, saya patut bersyukur bahwa saya akhirnya mendapat pelayanan yang lebih dari cukup. Memang, awalnya saya sering menahan kecewa karena saya harus mengurus semua kebutuhan saya sendiri, dari mencari apartemen, administrasi kampus, administasi bank, dan kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan waktu, saya pun sudah mulai terbiasa dengan situasi tersebut dan bisa mengawali penelitian. Saya diberi ruang khusus di lantai 4 gedung Gilmore Hall, pascasarjana. saya dianggap seperti ilmuwan peneliti. Bahkan ada sebagian yang menganggap saya sudah profesor (hahaha yang ini tentu berlebihan...). Kenapa demikian? Kontrak Fulbright di Iowa memposisikan saya sebagai ilmuwan tamu (visiting scholar) yang memang mendapat penghormatan lebih, tidak seperti umumnya mahasiswa. Saya diberi akses gedung 24 jam dengan sebuah kunci multifungsi. Saya juga diberi hak akses mesin fotokopi dan printer secara gratis. Internet jelas langsung tersambung di meja komputer yang sudah disediakan di ruang saya. Plus, pesawat telepon yang bisa digunakan untuk telepon di sekitar Iowa juga sudah terpasang. Wah, rasanya, saya patut berbangga atas pelayanan Fulbright di Iowa ini.
Ada satu hal lagi yang saya rasakan luar biasa kemarin. Ketika saya memulai untuk meminjam buku, saya datang ke meja sirkulasi dan menanyakan berapa banyak buku yang bisa saya pinjam. Melihat data saya di komputer yang menginformasikan bahwa saya adalah staf fakultas Studi Islam UI, mereka langsung mengatakan bahwa saya bisa pinjam buku sebanyak yang saya mau. Wow, luar biasa! Lalu saya pun menanyakan durasi waktu pinjaman yang diijinkan. Kali ini jawabannya lebih mengagetkan lagi. Saya bisa pinjam buku dalam waktu hampir satu tahun....!!! Wah, ini berarti saya bisa membawa buku sebanyak-banyaknya ke ruang kerja saya. Ini tentu berkat status saya sebagai ilmuwan tamu (wah...gaya) yang mendapatkan penghormatan di UI.
Akhirnya, saya hanya bisa mengucapkan syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT yang tak habis-habis. Saya yakin, di setiap kesulitan yang saya alami pasti akan ada kemudahan asalkan saya tetap mau berdoa dan terus berusaha semaksimal mungkin. Ikhtiyar dan doa memang satu paket untuk sukses. Dari sini dapat saya petik kesimpulan bahwa Allah SWT benar-benar sebaik-baik penolong dan tempat berlindung bagi setiap hamba-Nya yang mau mengakui kemahaan-Nya. Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar