Rabu, 27 Januari 2010

PERLUNYA BELAJAR "BOHONG"

Kita tentu sepakat bahwa secara umum, kebohongan adalah perbuatan tercela. kebohongan merupakan awal dari kehancuran, baik bagi si pelaku atau bagi korbannya. Sekali seseorang berbohong, ia akan terus-menerus dituntut membuat kebohongan lain demi menutupi kebohongannya. Misalnya, seorang laki-laki belum menikah, tetapi mengaku sudah beristri, maka ia akan sibuk mengarang cerita tentang asal-usul istrinya, watak mertuanya, atau pertumbuhan anak-anaknya. Oleh sebab itu, sebuah hadis nabi menegaskan bahwa kebiasaan berbohong akan mengantarkan seseorang keburukan, sedangkan keburukan akan mengantarkannya ke neraka. Dalam redaksi lain, Rasulullah juga mengingatkan kepada kita bahwa salah satu dari tanda-tanda orang munafik adalah berkata bohong. Oleh sebab itu, kebohongan nampak jelas sebagai perbuatan yang sangat merugikan.

Namun, adakalanya tidak dipungkiri bahwa kita terkadang dipaksa oleh keadaan untuk berbohong. Berkata jujur ternyata justru akan mengakibatkan keburukan atau bahkan malapetaka bagi orang lain. Kondisi semacam ini sering disebut kebohongan putih (white lie). kenapa harus berbohong? Coba kita renungkan kasus berikut ini. Ada seorang ibu memiliki anak balita yang sakit keras. Anak itu dibawa ke rumah sakit dan setelah dilakukan sejumlah perawatan, tim dokter menyatakan bahwa sang anak akan menemui ajalnya dalam waktu tidak terlalu lama. Pendeknya, jiwa anak itu dalam kalkulasi medis tidak dapat diselamatkan. Perwakilan dokter memanggil salah satu anggota keluarga itu, paman si balita, untuk menyampaikan hasil akhir pemeriksaan. Sang paman pun kaget namun tidak serta merta menyampaikan hal itu kepada ibu si balita. Ia mencoba mengatakan kepada kakaknya itu bahwa sang anak akan sembuh jika dirawat dengan baik dan diberikan kasih sayang setulus hati. Sang ibu, meskipun agak kurang yakin, namun atas penyataan adiknya itu, bertambah gigih untuk memompa semangat hidup anaknya. Hingga pada akhir perawatan, keajaiban pun datang. Kondisi si anak membaik dan akhirnya bisa pulang dengan kondisi sehat seperti sediakala.
Dari kasus ini, andaisaja si paman tadi berkata jujur apa adanya seperti pernyataan dokter, tentu sang ibu akan shock dan bisa-bisa ikut-ikutan sakit sementara sang anak akan semakin kritis. Inilah bukti bahwa mempelajari kebohongan putih menjadi niscaya.

Contoh lain, ketika seorang suami menikmati hidangan buatan istrinya, ia merasa ada yang kurang. tetapi menghadapi hal itu, sang suami dengan bijak berkata lembut kepada istrinya seraya memuji menu masakan yang dihidangkan. sang istri pun tersipu malu sambil berjanji akan terus berlatih memasak agar suaminya semakin senang. Pada kondisi ini, seandainya sang suami berkata jujur, bahwa rasa masakan istrinya sungguh sangat mengerikan (he...he...), tentu bukan hanya istrinya mogok memasak, tetapi perang dunia ke-3 akan segera terjadi. Piring-gelas bisa beterbangan dengan suara dentuman bak meriam yang meledak di Herosima dan Nagasaki diiringi tangisan yang menyayat hati. (weleh...weleh!!!).

Dari dua contoh di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa berbohong untuk kebaikan ternyata sangat diperlukan dan oleh sebab itu harus dipelajari. Latihan untuk membuat pernyataan-pernyataan yang menyejukkan perlu dilakukan agar ketika kondisi genting menghampiri kita, kita tidak serta merta dengan lugu berkata apa adanya. Di sana ada kebijakan demi suatu kebajikan. Di sana ada kedewasaan untuk mewujudkan kedamaian. Semoga kita bisa melakukannya secara tepat demi kemaslahatan yang lebih besar. Amin.

2 komentar:

  1. Rasanya kita semua sepakat bahwa white lie itu kita lakukan pada kondisi tertentu. White lie selalu saya ajarkan pada tutor tutor baru di bimbingan belajar kami. Semua orangtua siswa menginginkan tutor yang berpengalaman. Walau tutor sepandai apapun bila orangtua siswa tahu dia tutor baru pasti tidak mau. Pak Dirman nulis terus kami akan selalu setia membacanya biar pinter kados panjengan

    BalasHapus
  2. Pak Dirman nyuwun tulisan tentang bagaimana bisa mempunyai senyum kados panjengan. Senyum yang begitu tulus, ikhas tanpa dibuat buat. Bukan senyum seorang publik pigure. Kebersamaan dengan bapak membuat kami selau ikut tersenyum. Bahkah ketika saya membaca blog bapak, saya juga sambil senyum senyum. Tapi jangan dikira orgil ya ditunggu.

    BalasHapus

Introduction