Selasa, 09 Februari 2010

MENYIKAPI KRITIK

Ketika kita berkumpul dengan orang banyak, apalagi dengan latar belakang bervariasi, perbedaan pendapat dan cara berfikir adalah pemandangan yang lumrah. Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap kepala memiliki cara pandang yang khas dan unik. Masalahnya, jika semua orang ditampung suaranya serta dijalankan keinginannya, tentu waktu yang tersedia tidaklah cukup. Misalnya, di saat kita dipercaya memegang jabatan ketua RT, kita tentu dituntut untuk mendengarkan seluruh aspirasi masyarakat yang kita pimpin. Namun, sangat tidak bijak jika kemudian seluruh keinginan warga kita turuti dan jalankan. Sebagian masyarakat ada yang menginginkan perbaikan jalan, sebagian menghendaki pembangunan balai RT, sedang sebagian yang lain meminta untuk dibuatkan lapangan olah raga. Ketiga keinginan itu (dan bisa saja lebih) tentu tidak serta merta dituruti oleh sang ketua RT. Perlu perundingan yang matang sehingga keputusan yang dibuat merupakan hasil kesepakatan bersama berdasarkan skala prioritas. Meskipun begitu, dapat dipastikan bahwa ada beberapa warga yang kecewa karena keinginannya tidak menjadi pilihan. Oleh sebab itu, kelompok ini akan menjadi semacam oposisi yang siap melancarkan kritik-kritik tajam di tengah perjalanan kepemimpinan seorang ketua RT.

Lalu, bagaimana cara kita menyikapi kritik tersebut? Sudah barang tentu, cara berbalik menyerang bukanlah cara tepat untuk memperbaiki keadaan. Salah satu metode bijak menghadapi kritik adalah dengan berpikir positif bahwa kritik merupakan obat mujarab untuk perbaikan kinerja kita. Meskipun tidak dipungkiri bahwa kritik kadangkala justru melemahkan semangat kerja kita, namun kebesaran hati dan kelapangan jiwa seorang pemimpin memegang peran kesuksesannya memegang amanah warga yang memilihnya. Ibaratnya “anjing menggonggong, kafilah berlalu.”

Salah satu program yang harus dicanangkan oleh seorang pemimpin adalah menjaga persatuan dan kesatuan barisan. Ini merupakan kunci sukses para pemimpin dunia. Tidak ada sebuah kelompok yang berhasil meraih kecemerlangan prestasi tanpa didukung oleh semangat persatuan di dalamnya. Sebagai contoh, para pemain sepakbola harus bahu-membahu untuk mencetak gol agar mereka menjadi juara. Jika di dalam tim itu terdapat sedikit api permusuhan, jangan diharap mereka akan menang, justru dikhawatirkan ada pemain yang dengan sengaja memasukkan bola ke gawang sendiri (gol bunuh diri). Di sinilah pentingnya komunikasi dan rasa saling memaafkan. Toleransi tinggi serta rajutan kebersamaan akan menjadi alunan indah untuk mencipta harmoni kesuksesan di bidang apa pun. Semoga kita mampu mengemban amanah dengan ikhlas di bidang apapun kita berkhidmat serta mampu menyikapi kritik secara dewasa dan bijaksana. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction