Senin, 03 Mei 2010

BAN BOCOR


Dulu, saat saya tinggal di Malang, hampir tiap bulan motor saya harus berurusan dengan tukang tambal. Tentu dapat diduga, ban dalam roda motor berlubang akibat tertusuk paku atau aus. Saya sering was-was setiap melalukan perjalanan jauh semisal ke Jombang. Saya khawatir, jika tiba-tiba ban motor mengalami kebocoran, apalagi, bila sedang melintasi kawasan kota Batu yang masih penuh dengan hutan. Itulah sebabnya, saya selalu berhati-hati dan berdoa sepanjang jalan agar saya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Semenjak saya tinggal di Semarang, belum satu kali pun ban motor saya kempes. Itu mungkin berkat berbagai saran para mekanik yang selalu saya patuhi, seperti kondisi ban harus selalu penuh dan menghindari jebakan lubang yang biasa ditemui di jalan. Bersama keluarga, saya bisa berkeliling kota Semarang hingga ke tepi gunung Gonoharjo. Alhamdulillah, saya dapat lakukan semua tanpa kendala.

Berhubung saya tidak pernah lagi bertemu tukang tambal ban, saya kadang merasa heran, kok bisa ya motor saya tidak pernah bocor lagi, padahal dulu meskipun ban baru saja diganti, tetap saja saya harus waspada kalau-kalau ban kempes secara tiba-tiba. Itu artinya saya harus selalu membawa uang setiap saya pergi. Padahal, saya terkadang hanya pergi sebentar dan tidak membawa uang serupiah pun. Untuk itu, saya siasati dengan menyimpan sejumlah uang di bawah jok, agar saya tidak panik saat mengalami musibah.

Seminggu terakhir, ada perasaan aneh, saya merasa was-was jangan-jangan ban motor saya akan kehabisan angin. Saya pun selalu mengontrol tekanannya agar perjalanan saya aman. Hari ini, ternyata Allah SWT memberikan kesempatan saya untuk bersilaturrahmi lagi dengan tukang tambal. Ban belakang motor saya agak goyang sewaktu saya dan keluarga melintas di Jalan Pemuda. Saya memperlambat jalan sambil mencari tukang tambal. Untungnya, tak terlalu jauh dari lokasi, saya bisa menemukan tukang tambal itu. Karena saya anggap hanya kekurangan angin, saya meminta sang tukang untuk memompa saja.

Saya pun meneruskan perjalanan. Tak berapa lama, motor kembali goyang. Saya yakin kalau ada yang tidak beres dengan ban dalam roda. Akhirnya, saya memutuskan untuk mampir ke tukang tambal lain yang beroperasi di pinggir jalan. Saya patut bersyukur karena saya tidak kesulitan mencari tukang tambal di Semarang ini. Saya meminta sang tukang untuk membongkar roda motor. Benar, ternyata ada lubang kecil yang harus ditutup agar kondisi ban kembali pulih. Setelah menunggu beberapa saat, saya pun bisa melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

Dari kisah di atas, saya mengambil satu pelajaran bahwa Allah benar-benar Maha Adil. Ketika saya lama tidak berhubungan dengan para tukang tambal, akhirnya hari ini saya diberi fasilitas untuk menemui mereka kembali. Melalui tangan saya, Allah mengirimkan rezeki untuk mereka. Ternyata, meskipun saya sudah berhati-hati menjaga kondisi motor namun ketika Allah berkehendak lain, saya pun harus mengikuti keputusan-Nya. Di sini ada keseimbangan, ada relasi timbal balik antara para pemilik motor dengan para tukang tambal. Jika tidak ada ban bermasalah, niscaya rezeki para tukang itu akan terbatas. Sebaliknya, jika tidak ada tukang tambal, maka para pengendara motor yang punya masalah dengan bannya akan kesulitan meneruskan perjalanan mereka. Indahnya kehidupan ini apabila kita saling membantu dan saling berbagi. wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction