Jumat, 28 Mei 2010

BERHENTILAH MENGGUNJING...


Setiap harinya, manusia tidak lepas dari pergaulan dengan berbagai jenis karakter orang di sekelilingnya. Aneka watak dan kebiasaan yang berbeda seringkali memicu timbulnya masalah. Sebagai contoh, kebiasaan di meja makan atau berpakaian, tentu satu sama lain tidak dapat disamakan dan sering menimbulkan cemoohan. Nah, sayangnya tidak semua orang berani menunjukkan rasa ketidaksetujuannya di depan orang yang bersangkutan. Bahkan, karena hatinya tidak cocok, tak jarang mereka bercerita kesana kemari dengan "bumbu-bumbu penyedapnya" sehingga kesalahan yang sesungguhnya kecil dan dapat dinetralisasi dengan cepat malah menjadi runyam dan berbuntut panjang. Andai saja mereka bertemu dan saling berbicara dari hati ke hati, tentunya persoalan yang timbul dari keduanya akan dapat diselesaikan dengan mudah.

Dalam kasus lain, ketika sekumpulan orang berkumpul di suatu tempat dan bercengkrama, topik menarik yang sering mereka bicarakan adalah seputar kekurangan orang lain. Misalnya, si A itu orangnya tidak pernah senyum, galak, dan sombong. Kemudian, si B selalu ribut dengan istrinya di rumah karena banyak hutang. Lalu si C, jarang bergaul dengan orang lain karena kuper dan gaptek. Begitulah, semua orang yang ada di sekelilingnya selalu dalam posisi salah dan rendah seolah-olah kedua orang yang sedang "ngasani" itu lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain. Percakapan yang isinya gunjingan itu ternyata hanya akan menyakitkan hati para korbannya. Dalam al-Qur'an surat al-Hujurat: 12, Allah telah menyindir para penggunjing itu ibarat orang-orang yang gemar memakan daging saudaranya yang sudah mati. Jijik bukan?

Bunyi surat al-Hujurat: 12 selengkapnya adalah "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." Ayat di atas mengajari kita untuk mengurangi rasa buruk sangka. Buruk sangka atau su'udhan kadang diperlukan untuk berhati-hati. Contohnya, ketika kita sedang naik bis umum, lalu ada orang yang dengan sengaja mendekati kita sambil melirik tas kita, kita perlu waspada dengan segar mengamankan barang bawaan agar tidak dicopet oleh orang tidak dikenal. Rumah kita juga perlu dikunci di malam hari agar tidak mengundang potensi orang lain untuk berbuat jahat.

pelajaran lain yang bisa kita petik dari ayat di atas adalah kita tidak diperkenankan untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Memang, jujur saja, membicarakan kekurangan orang lain itu terasa 'sedap' sekali. Kita seolah-olah menang dan lebih unggul. Padahal, belum tentu orang yang sedang kita korek kekurangannya itu lebih buruk dari kita. Bisa jadi, untuk menutupi kekurangan kita, kita kemudian begitu getol dan semangat membongkar aib orang lain. Sungguh naif bukan? Padahal, sekali kita memaparkan keburukan orang lain, itu berarti kita berinvestasi suatu saat orang lain akan dengan bebas mengorek keburukan kita. 'Ngrasani' orang akan dibalas 'dirasani' orang. Masuk akal bukan?

Selanjutnya, Allah SWT mengingatkan kita untuk tidak bergunjing. Menggunjing orang akan berakibat fatal. Orang yang sebenarnya baik-baik saja tetapi karena kita pergunjingkan akan rendah harga dirinya dan bisa jadi akan hancur karirnya. Lebih bahaya lagi, kekurangan yang kita gembor-gemborkan adalah hanya fitnah belaka. Ini tentu lebih kejam dari pada pembunuhan. Perumpamaan makan bangkai saudara sendiri merupakan sindiran tegas atas kebiasaan orang membicarakan keburukan orang lain. Dalam perumpaan lain yang telah Allah tunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW saat isra' mi'raj, para penggunjing itu seperti dua orang yang saling mencakar, memukul dan menyakiti. Oleh sebab itu, di akhir ayat al-Hujurat di atas, Allah mengajak kita untuk bertaubat atas kebiasaan buruk kita. Semoga kita diampuni atas dosa dan kesalahan kita akibat kebiasaan mengorek keburukan orang dan menggunjingnya di depan orang banyak. Astaghfirullahal Adzim. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction