Kata pepatah, iman itu kadang bertambah dan kadang pula berkurang. Untuk itu, siraman rohani untuk menyeimbangkan kebutuhan jiwa menjadi penting. Ketika seseorang hanya mengandalkan rasio-logisnya untuk mengejar materi duniawi, ia suatu saat akan merasa kehilangan dan terasing. Hatinya akan berontak akibat tidak dipenuhinya asupan religi dalam dirinya. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa dalam otak manusia, ada sebuah titik yang akan berdenyut ketika sentuhan agama membasuh hatinya. Semakin sering titik ini berdetak, semakin sadar orang itu akan kehadiran tuhannya. pada gilirannya, titik ketuhanan (God Spot) ini akan memberikan efek tenang dan tentram bagi pemiliknya yang rajin merawatnya. Nah,ketika titik ini dibiarkan, maka semakin suram pula kondisi jiwanya sehingga ia akan dengan mudah melakukan tindakan negatif semakin membuat dirinya terperosok jauh ke jurang kehinaan. dengan demikian, keseimbangan kebutuhan jasmani dan ruhani harus dijaga sepanjang masa.
Demikian, setidaknya intisari ceramah menyejukkan yang disampaikan oleh Ustad Nurodin malam ini. Sang ustad yang low profile ini menceritakan sejumlah pengalamannya selama menangani konseling di PPPA. Ada seorang ibu berpenghasilan tinggi yang mengeluh atas perilaku suaminya yang kini tidak lagi setia padanya. Ia merasa tertekan dengan tingkah laku suaminya yang sekarang lebih memilih wanita lain ketimbang dirinya. Ada pula kisah orang-orang yang berlimpah harta sehingga tiap hari jutaan rupiah hanya dihabiskan untuk pesta makan dan hiburan. Hotel dan rumah makan mewah menjadi tempat mangkalnya. Entah dari mana uang itu, yang jelas mereka tidak merasa kesulitan untuk menjalankan hobinya. Sayangnya, gaya hidup yang jauh dari nilai-nilai agama tidak membuat mereka kian bahagia. Ada saja ganjalan hati yang selalu berontak untuk ditasi. Itulah, satu ruang dalam kalbu yang hilang. mereka seakan terasing di tengah hiruk pikuknya dunia.
Pesan moral yang menjadi inti pengajian adalah bahwa manusia harus sadar ketika dirinya berada di titik nadir keagamaannya. Kondisi keberagamaan seseorang menurut Ustad Nurodin terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah kondisi religiusitas biasa. Seseorang akan senang ketika ia tahu apa itu agama dan bagaimana ia dapat melaksanakannya. Fase ini bisa disebut sebagai fase integrasi. Dorongan batin untuk tahu ajaran agama cukup kuat namun belum mampu memahami secara sempurna. Bagian ini biasanya akan diteruskan dengan fase berontak atau fase disintegrasi. Maksudnya adalah bahwa kondisi keberagamaan seseorang yang belum maksimal mendorong orang tersebut untuk ingin lepas dari belenggu agama. Ia sering mempertanyakan arti penting kehadiran agama dalam hidupnya. Ia pun mulai merasa bosan dengan simbul-simbul agama dan ingin menikmati kebebasan dunianya sendiri. Ia ingin membuktikan bahwa tanpa agama, ia bisa hidup dan meraih bahagia. Pada fase ketiga,--sayangnya tidak semua orang berhasil mencapainya,--adalah tahap reintegrasi. Bagi mereka yang mendapat hidayah, ia akan sadar akan kekhilafannya dan memohon ampunan Tuhannya akan kebodohan yang selama ini dijalaninya. Ia benar-benar tobat dan ingin memperbaiki jalannya. Inilah kelompok orang-orang yang beruntung. Mereka bisa masuk ke dalam kelompok hamba-hamba terpilih yang dipercaya mengemban amanat kemajuan agama haq, din al-Islam.
Kesimpulannya, menjaga hati agar senantiasa dipenuhi dengan nilai-nilai agama merupakan sebuah keniscayaan. Hati yang bersih, tulus, dan selalu bersandar kepada ALlah SWT akan memudahkan kita untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Semoga kita semua berhasil memasuki fase ketiga, yakni reintegrasi, untuk selalu menyadari kekhilafan kita sehingga pintu taubat selalu terbuka lebar buat kita. Amin. Wa Allah A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar