Sabtu, 30 Mei 2009

KIAT MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN

A. Prolog
Proposal berasal dari kata to propose—proposal, artinya permohonan, pengajuan, dan usulan. Dengan demikian, proposal penelitian merupakan usulan berupa rencana penelitian yang akan dilakukan. Di dunia akademik, khususnya di kampus, kata proposal sangat akrab dengan rencana seorang mahasiswa yang hedak menyelesaikan studinya, di samping konotasi lain berupa proposal kegiatan atau permohonan dana. Tentu, bentuk dan tujuan proposal tergantung maksud pembuatnya.
Tulisan ini akan mengupas seputar proposal penelitian untuk skripsi sehingga dapat menjadi salah satu bahan renungan bagi kawan-kawan mahasiwa yang hendak menyelesaikan kuliahnya. Bagian pertama terkait dengan langkah sebelum membuat proposal dan langkah-langkah penting dalam membuat proposal.
B. Langkah Sebelum Membuat Proposal
Sebelum seseorang membuat proposal, ada baiknya untuk melihat kembali syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum merancang sebuah proposal. Setiap fakultas memiliki standar baku bagi seorang mahasiswa yang akan mengajukan proposal, misalnya jumlah beban SKS dan ditempuhnya beberapa matakuliah prasyarat. Bila syarat-syarat telah terpenuhi, maka seorang mahasiswa harus segera merancang sebuah proposal yang akan menjadi bukti kesarjanaannya (keahliannya).
Hal lain yang perlu diperhatian sebelum membuat proposal adalah minat atau ketertarikan akademis seseorang. Hampir dapat dipastika bahwa tidak mungkin seorang mahasiswa menguasai seluruh materi perkuliahan yang diajarkan selama di kampus dengan bobot yang sama. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa ada konsentrasi khusus yang menarik perhatian mahasiswa sehingga ia dapat menindaklanjuti minat tersebut dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya sebagai data awal penelitian. Pendek kata, kegelisahan akademik seseorang akan mengantarkannya untuk menemukan permasalahan yang hendak dicarikan jawabannya.
Perlu ditegaskan di sini, bahwa seorang mahasiwa tidak dianjurkan hanya memiliki ketertarikan pada satu bidang saja, misalnya masalah perkawinan. Ia harus memiliki beberapa cadangan interes lain sehingga bila topik yang diajukan nanti tidak diterima fakultas, ia tidak serta merta putus asa dan kehilangan harapan menjadi sarjana, akan tetapi ia akan mudah menyesuaikan diri dengan situasi barunya. Dengan demikian, ia akan tetap memiliki semangat yang stabil tanpa pemborosan waktu.
Setelah mendapatkan inspirasi tentang beberapa topik, ada baiknya ia melakukan konsultasi ke beberapa orang yang ahli di bidang tersebut. Misalnya, ia konsultasi dengan dosen wali, dosen pembimbing mata kuliah, atau kepada kakak kelas yang memiliki kesamaan minat. Dari penggalian informasi tersebut, ia akan memiliki gambaran yang jelas yang mengkerucut tentang yang akan ia teliti. Bila tidak melakukan hal ini, biasanya ia akan kesulitan untuk meyakinkan diri bahwa topiknya layak diteliti. Sejumlah kasus judul ditolak antara lain karena kurang spesifik atau sudah banyak diteliti.
Cara lain yang juga sangat populer adalah melakukan studi pustaka di perpustakaan tentang penelitian yang telah dilakukan orang-orang sebelumnya, baik di kampus bersangkutan, lebih-lebih kampus lain. Dengan demikian, ia akan punya alasan bila ditanya tentang signifikansi penelitian yang hendak dilakukannya.
Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik penelitian, sebagaimana pesan Sutrisno Hadi, ada empat hal (disingkat MOSI), yaitu:
1. Managable (dapat diatur dan ditangani penelitiannya)
2. Obtainable (data dapat diperoleh)
3. Significance (penting untuk pengembangan ilmu)
4. Interesting (menarik minat khalayak ramai)
Ketika segala sesuatunya telah siap dan mantap, barulah ia kemudian melangkah kepada pembuatan proposal. Beberapa catatan tentang komposisi proposal, tergantung format yang ditentukan oleh tiap fakultas atau kampus. Berikut ini komposisi standar yang dimiliki oleh sebuah proposal penelitian.
C. Komposisi Proposal
1. Cover
Hal yang penting diperhatikan dalam cover adalah bentuk judul biasanya berbentuk piramida terbalik, meskipun potongan kata menjadi kurang menarik. Bila tidak ada ketentuan ini, maka penulis bebas membuat komposisi dan potongan judul sesuai dengan keinginannya. Hal lain yang juga tidak boleh dilupakan adalah bahwa judul hendaknya tidak terlalu panjang karena hal tersebut akan menyulitkan pembaca untuk menangkap gagasan yang disampaikan. Juga, judul bukan merupakan kalimat, tetapi frase yang menggambarkan isi tulisan. Biasanya, judul yang matang akan didapat setelah penelitian selesai dilakukan.
2. Latar Belakang
Ada beberapa model penulisan latar belakang. Ada yang langsung mengawali dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan menjadi kegelisahannya (induktif), ata pula yang memulai dengan gambaran umum yang berakhir dengan pengkerucutan masalah (deduktif). Namun hal yang pasti, latar belakang masalah harus menunjukkan alasan konkret di balik munculnya ide penelitian tersebut. Biasanya cara yang mudah adalah dengan menjabarkan perbedaan antara das sollen dan das sein, teori dan kenyataan, sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kajian pustaka awal kadang dimasukkan pada bagian ini meskipun tidak wajib dicantumkan, kecuali penelitian literatur. Catatan yang perlu diperhatikan dalam latar belakang masalah adalah dihindarinya pernyataan yang mengarah kepada jawaban penelitian yang akan dilakukan karena akan melemahkan signifikansi penelitiannya.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan kompas dalam penelitian. Jika penelitian tidak memiliki rmusan masalah yang baik, maka penelitian itu akan tidak fokus dan tidak akan menyelesaikan permasalahan secara tuntas dan meyakinkan. Catatan yang perlu diperhatikan dalam rumusan masalah adalah perlunya penggunaan kata ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ dalam pertanyaan (khususnya penelitian kualitatif). Hal ini akan menambah nilai analisitis suatu penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah dapat disesuaikan dengan perkembangan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang tidak mudah atau bahkan tidak mungkin merubah rumusan masalah di tengah jalan karena sifatnya menguji suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibuat untuk menjelaskan arah penelitian. Tujuan harus seiring derngan rumusan masalah. Ada beberapa teknis penulisan tujuan. Umumnya, tujuan penelitian dibuat poin per poin sesuai banyaknya rumusan masalah. Namun, belakangan ini tujuan dibuat dalam bentuk paragraf yang berisi tentang uraian tujuan secara lengkap, tidak hanya merubah sedikit rumusan masalah dengan memberi kata ‘untuk mengetahui’ di awal kalimat.
5. Manfaat Penelitian
Poin ini terkadang dihilangkan karena dianggap telah terangkum dalam tujuan penelitian. Bagi yang membedakan, manfaat penelitian dibagi menjadi dua macam: manfaat teoritik dan manfaat praktis. Manfaat teoritik adalah kegunaan penelitian dalam konstruksi keilmuan, misalnya memberikan manfaat jabaran teori atau menjawab persoalan yang selama ini belum terpecahkan. Adapun manfaat praktis adalah manfaat penelitian yang terkait dengan kegunaan secara langsung yang dapat dipakai dengan mudah oleh masyarakat yang membutuhkan, misalnya menjadi salah satu saran kebijakan bagi pemerintah atau praktisi.
6. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu akan sangat bermakna jika judul-judul peneltian yang digunakan sebagai bahan pertimbangan sangat bersinggungan dengan penelitian yang hendak dilakukan. Biasanya penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang terkait langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan. Misalnya, tentang poligami, maka dicari penelitian yang sudah dilakukan orang tetang topik poligami. Degan demkikian, akan terhindar pengulangan atau bahkan plagiasi karya ilmiah.
Tujuan dicantumkannya penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui bangunan keilmuan yang sudah diletakkan oleh orang lain, sehingga penelitian yang akan dilakukan benar-benar baru dan belum diteliti oleh orang lain. Dengan kata lain, dengan menelaah penelitian terdahulu, seseorang akan dengan mudah melokalisasi kontribusi yang akan dibuat.
Permasalahan yang muncul biasanya karena sulit ditemukannya penelitian yang sejenis. Kemudian peneliti buru-buru menyatakan bahwa penelitiannya benar-benar baru dan belum tersentuh orang lain. Hal ini dapat diselesaikan dengan mencari penelitian yang skupnya lebih luas. Misalnya, dalam penelitian tentang perkawinan sasak, bila memang belum ditemukan penelitian tentang model perkawinan tersebut, maka sang calon peneliti bisa mencari penelitian yang lebih luas cakupannya, yakni tentang perkawinan adat lainnya, semisal perkawinan adat Madura. Dengan demikian, peneliti akan dapat menunjukkan letak perbedaan penelitiannya dengan penelitian yang telah dibuat orang lain.
7. Metode Penelitian
Bagian ini merupakan salah satu inti proposal. Banyak mahasiswa yang bagus topik penelitiannya tapi bermasalah dalam metode penelitian sehingga harus mengulang proses penelitian dari awal. Metode penelitian ibarat sebuah jalan, jika tujuannya jelas dan bagus namun jalan yang ditempuh tidak sesuai maka ia akan tersesat dalam hutan rimba penelitian. Untuk itu, metode penelitian menjadi satu mata kuliah tersendiri yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa.
Komposisi metode penelitian bervariasi sesuai kebutuhan dan tekanan setiap fakultas. Namun, pokok bahasan yang sering muncul adalah:
a. Jenis penelitian (banyak macam tergantung sudut pandang yang dipakai, misalnya dari sudut sifat, penelitian dapat digolongkan ke dalam penelitian eksploratif, deskriptif, ekspanatif, dan verifikatif)
b. Paradigma (positivistik, interpretif, dan kritikal) dan pendekatan (kuantitatif dan kualitatif)
c. Lokasi penelitian (sesuai dengan tempat pengambilan sampel untuk penelitian lapangan)
d. Sumber data (primer, sekunder, dan tersier)
e. Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, dokumentasi, atau angket)
f. Metode pengolahan data (dari awal hingga akhir) dan analisis data (ketika data telah siap dianalisis dengan metode analisis yang sesuai dengan topic penelitian, misalnya analisis komparatif)
Dengan menggunakan metode penelitian yang tepat, hasil penelitian akan memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi sehingga dapat menjadi salah satu referensi yang handal.
8. Sistematika Penulisan/Pembahasan
Pencantuman sistematika penulisan dalam sebuah proposal ditujukan untuk mengetahui alur pikiran peneliti dan mengorganisisasi hasil penelitiannya kelak. Umumnya penulisan sistematika pembahasan disesuaikan dengan paparan setiap bab. Sebagai contoh, bab satu adalah pendahuluan. Dalam bab ini akan dijabarkan tentang hal hal yang terkait dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan metode penelitian.
9. Daftar Pustaka
Buku-buku standar yang akan menjadi rujukan dalam penelitian wajib dicantumkan dalam daftar pustaka dengan model penulisan yang telah direkomendasikan fakultas. Di samping buku-buku yang terakit dengan topik penelitian, buku-buku metodologi penelitian harus muncul dalam jumlah yang cukup. Hal ini disebabkan oleh posisi sebuah proposal yang merupakan usulan kegiatan penelitian sehingga meniscayakan adanya rujukan cara melakukan penelitian.
D. Epilog
Demikian tulisan ringkas tentang proposal penelitian, semoga bermanfaat untuk mengantarkan kawan-kawan meraih impian di masa mendatang. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction