Kamis, 16 September 2010

BEKERJA LEBIH GIAT LAGI


Lebaran sudah satu minggu berlalu. Hingar-bingar pesta tahunan umat Islam itu tak lama lagi akan reda. Semua orang akan kembali ke rutinitas semula. Para karyawan mulai masuk kantor. Para pedagang membuka kembali tempat usahanya. Para pelajar disibukkan lagi dengan membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Pendeknya, pesta itu telah berakhir sehingga mewajibkan orang untuk memikirkan perjalanan hidupnya 11 bulan mendatang.

Diakui bahwa puasa selama satu bulan dan perayaan Idul Fitri menyisakan pengalaman beragam bagi setiap insan, baik suka maupun duka. Namun setidaknya, latihan fisik dan spiritual dalam bulan suci Ramadhan itu diharapkan mampu memberikan warna positif baru bagi kehidupan seseorang, seperti latihan untuk menjaga kejujuran dan kehormatan diri sebagaimana diajarkan oleh ritualitas agama tersebut. Kini tinggal terserah kita untuk melanjutkan kebiasaan mulia itu atau malah kembali ke kebiasaan semula.

Bulan Syawwal sebenarnya mengandung makna peningkatan amal ibadah. Kalau bulan Ramadhan diartikan sebagai bulan pembakaran dan penghapusan dosa, maka di bulan Syawal ini seharusnya umat Islam meneguhkan diri untuk meneruskan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah dilakukan selama Ramadhan untuk peningkatan kualitas diri, seperti shalat berjamaah di masjid, bersedekah, shalat sunnah, dan menyambung silaturrahim. Hal ini memang tidaklah mudah. Perlu semangat tinggi yang diiringi oleh kerja keras tanpa kenal lelah. Di saat Ramadhan, tatkala badan lemah karena puasa, kita ternyata mampu menunaikan tugas-tugas rutin dengan tuntas. Nah, saat ini, ketika badan segar bugar kembali, kita tentu memiliki energi berlimpah yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan karya nyata yang lebih banyak dan beragam. Di saat Ramadhan, meskipun kita kurang tidur karena mengikuti tarawih, tadarrus, dan sahur namun ternyata kita masih mampu beraktifitas seharian di tempat kerja. Ini berarti, ketika kita tidak lagi puasa dan memiliki cukup tidur, kita seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan untuk menambah shalat sunnah di malam hari dan tadarrus al-Qur'an di sela-sela waktu senggang kita, misalnya sehabis shalat Subuh atau Magrib. Itu semua menunjukkan bahwa latihan kita di bulan suci itu memberikan pengaruh positif kepada kehidupan kita. Inilah indikasi orang-orang yang beruntung. Kalau kita kembali melakukan hal-hal standar yang sudah biasa kita perbuat sebelum Ramadhan tanpa ada peningkatan, itu berarti kita tergolong orang-orang yang merugi.

Kesimpulannya, mumpung latihan menjadi "orang shalih" baru saja kita terima, alangkah baiknya kita jaga kebiasaan baik itu sepanjang tahun ke depan. Ketaqwaan itu ternyata lahir dari kebiasaan mulia yang terus-menerus kita jaga dan pelihara, bukan datang secara tiba-tiba. Iman itu bisa koyak dan luntur ketika tidak disirami dengan kegiatan-kegiatan yang mampu menjaga keutuhannya. Alhasil, marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan dan iman kita kepada Allah SWT sebelum datang penyesalan yang tidak ada ujungnya. Hanya kepada Allah SWT-lah kita memohon ampunan dan pertolongan, karena tidak ada daya dan upaya kecuali bersama kasih sayang-Nya. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction