Dalam tidur, mimpi kadang datang tanpa kita sadari. Kita tidak bisa merencanakan jenis dan model mimpi kita malam ini. Banyak teori yang menjelaskan munculnya mimpi. Ada yang bilang bahwa mimpi itu hanyalah bunganya tidur. Isi mimpi tidak dapat diyakini apalagi dijalankan. Ada pula yang berpendapat bahwa mimpi merupakan akumulasi emosi kita yang tertekan selama kita terjaga. Oleh karenanya, seringkali kita berangan-angan sesuatu hingga kemudian terbawa ke dalam mimpi. Terakhir ada yang mengatakan bahwa mimpi merupakan bukti adanya kehidupan lain yang tidak dapat dimengerti manusia. Ketika kita tidur, demikian kata teori itu, ruh kita akan melambung dan masuk ke dunia lain sehingga bertemu dengan ruh-ruh pelbagai manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Sehingga kita sepertinya bercengkrama dengan orang-orang asing atau bertegur sapa dengan saudara kita yang telah lama wafat.
Terlepas dari perdebatan itu, tulisan ini hendak mengajak kita bersama untuk membangun mimpi-mimpi, dalam artian kita perlu merencanakan masa depan dengan sasaran yang logis dan usaha yang mumpuni sehingga kita dapat meraihnya suatu saat kelak. Misalnya, kita ingin bisa mengoperasikan komputer hingga membuat program software sendiri. Tentulah mimpi itu bisa diraih karena hal tersebut masih dalam tataran yang wajar. Kita kemudian membuat satu peta konkret yang bisa mengantar kita menguasai ilmu tersebut. Katakanlah, kita masuk perguruan tinggi jurusan ilmu koputer. Saya yakin, dengan belajar sungguh-sungguh, kita akan dapat mencapai mimpi itu. Beda halnya ketika kita bermimpi ingin menjadi nabi. Jelas, mimpi itu tidak akan pernah terwujud alias mustahil karena Allah SWT tidak akan pernah lagi menurunkan seorang nabi setelah wafatnya Rasulullah SAW. Ketika kita mengaku sebagai nabi, bukannya kita akan bahagia, justru kita akan digiring ke tahanan karena dianggap menciptakan aliran sesat.
Bermimpi atau memiliki harapan yang tinggi adalah hal yang sah-sah saja. Borobudur tidak akan pernah ada kalau tidak didahului dengan mimpi. Masjid Istiqlal tidak mungkin terbangun tanpa adanya mimpi. Munculnya teknologi canggih, semacam pesawat ruang angkasa dan komunikasi nirkabel pasti diawali dengan mimpi. Intinya, harapan muluk boleh-boleh saja asalkan diikuti dengan kegiatan yang mengarah kepada tercapainya keinginan tersebut. Sangatlah naif kalau kita hanya menginginkan sesuatu tetapi kita hanya berpangku tangan dan pasrah. Dalam bahasa agama, kita harus ikhtiyar semaksimal mungkin, kalau perlu mengorbankan apa saja demi tercapainya cita-cita. Lihatlah orang tua kita! Betapa mereka rela banting tulang dari pagi hingga malam demi keberhasilan kita dalam pendidikan. Mereka sepertinya lebih baik lapar ketimbang anaknya tidak membayar SPP. Di tengah malam, mereka rela berdoa dalam tahajjudnya untuk kita, anak-anaknya yang diharapkan akan menjadi manusia yang berguna bagi sesama. Itulah salah satu bukti betapa niat, harapan, dan doa harus diiringi kerja keras tanpa kenal lelah.
Mimpi bisa jadi mustahil. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa kita dilarang bermimpi. Dalam bermimpi, kita akan merancang masa depan yang indah. Kita tidak ingin terpuruk dalam kehidupan yang saat ini sedang kurang beruntung. Kita harus memiliki kata-kata inspiratif yang dapat membangkitkan semangat kita untuk tetap bergerak maju meraih masa depan yang gemilang, misalnya "hidup adalah perjuangan yang tak henti-henti" atau "hiduplah dengan mulia atau matilah sebagai syuhada". Bukanlah Allah SWT berfirman bahwa tidak akan berubah nasib suatu kaum kecuali mereka berusaha merubah nasibnya sendiri? Allah SWT Maha Kuasa, namun Dia juga memberikan keleluasaan manusia untu berpikir dan bertindak demi kebahagiaan hidupnya. Setelah itu, barulah mereka bertawakkal kepada Allah SWT karena keputusan terakhir ada di tangan-Nya. Kita tidak boleh kecewa apalagi putus asa ketika kita belum berhasil meraih impian kita. Di sana pasti ada sebuah rencana Tuhan yang indah ketika semua usaha untuk meraih mimpi sudah kita laksanakan. Kita perlu segera menyusun strategi baru untuk meraih impian kita dengan cara sabar dan terus melakukan yang terbaik untuk masa depan kita. Tentu, Allah SWT tidak akan menyi-nyiakan setiap amal perbuatan seorang hamba-Nya. Dengan begitu, kita akan selalu berada dalam kasih sayang-Nya karena kita istiqamah menjalani hidup sesuai dengan titah-Nya.
Terakhir, marilah bermimpi, setinggi apapun itu. Kelak, kita akan meraih mimpi itu setidaknya satu tingkat di bawahnya. Kalau kita bermimpi ingin menjadi presiden, paling tidak dengan usaha keras kita masih bisa menjadi gubernur atau bupati. Kalau kita bermimpi memiliki mobil, paling tidak kita akan bisa memiliki motor. Tetapi jika tidak pernah bermimpi, tentu jangankan menjadi bupati, menjadi ketua RT saja belum tentu. Begitu pula, jangankan kita memiliki motor, sepeda pancal saja belum tentu. Itu semua tergantung hati kita masing-masing dan tekad kita untuk meraih sukses. Ketika muncul kegagalan, mungkin itu bisa dimaknai sebagai kesuksesan yang tertunda. Kita harus terus kejar mimpi itu dengan segenap usaha dan doa kita. Jadi, marilah kita bangun mimpi kita, semoga harapan dan doa kita senantiasa mendapatkan berkah dan ridha dari Allah SWT. Wa Allah a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar