Jumat, 26 Maret 2010

CHANGE OR DIE?


Kalimat di atas terasa bombastis: berubah atau mati saja. Setiap orang wajib melakukan perubahan untuk menjadikan hidup lebih bermakna. Jika tidak mau berubah, rasanya lebih baik berputih mata (wow!). Meskipun terasa pedas, pilihan di atas nampaknya akan memberikan spirit baru untuk kita bila ingin memperbaiki jalan hidup. Setiap hari kita harus membuat hal-hal baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi mutu kita. Betul?

Legitimasi akan perlunya perubahan setidaknya dapat kita dasarkan pada hadis Rasulullah yang mengatakan bahwa tergolong orang yang beruntung ketika capaian hari ini lebih baik dari hari kemarin. Namun, mereka yang prestasinya sama dengan kemarin dapat digolongkan ke dalam kelompok orang-orang yang merugi. Sedangkan tatkala kualitas amal hari ini ternyata lebih buruk dari hari kemarin, sungguh celakalah orang tersebut. Wah, nampaknya seru juga nih jika membahas tentang semangat perubahan untuk hidup lebih baik!

Ada rumus 3 R untuk membuat perubahan maksimal, yaitu:
1. Relate, artinya membangun relasi. Relasi ini bisa terdiri dari tiga unsur: relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama manusia dan relasi dengan alam. Ketiga aspek ini harus dipenuhi secara seimbang.Membangun relasi baik dengan Tuhan dapat dilakukan dengan pelaksanaan ibadah secara intensif. Aneka bentuk ibadah tentunya sudah diatur dalam ajaran agama. Semakin dekat seseorang dengan sang Pencipta, semakin tinggi pula semangat hidupnya. Ia akan terhindar dari sikap putus asa karena ia yakin bahwa Allah SWT akan menurunkan bantuan-Nya tepat pada waktunya. Hari-harinya akan diisi dengan usaha keras diiringi dengan doa yang ikhlas.

Kemudian, membangun relasi baik dengan sesama manusia bisa dilakukan dalam pelbagai media, bahkan media ibadah pun dapat bernilai sosilogis yang kental tatkala kita ingin menjadikannya sebagai wahana untuk menebar jaringan. Misalnya, dalam praktik shalat berjamaah, seorang muslim tidak hanya sekedar mengejar pahala yang melimpah, namun ia juga dapat menjadikannya sebagai media berkumpul dengan orang-orang shaleh. Kiranya dapat diyakini bahwa para aktifis masjid atau mushalla adalah orang-orang terpilih yang ingin meningkatkan derajat ketaqwaannya. Oleh sebab itu, shalat di masjid akan mendekat diri seseorang dengan pusat orang-orang yang akrab dengan Tuhannya. Selain itu, shalat jamaah di mushalla juga dapat membantu seseorang yang kurang pergaulan untuk mengenal lingkungannya secara lebih lekat. Ketika seseorang sibuk dengan pekerjaannya atau memang sulit bergaul dengan orang lain, jamaah di mushalla akan membuka sekat tersebut. Lebih lanjut, di masjid akan sering ditemukan orang-orang yang memiliki pengetahuan tinggi yang siap berbagi ilmu tanpa pamrih. Mereka senantiasa ikhlas menghidupkan masjid dan mushalla agar dapat berfungsi sebagaimana masjid pada masa Rasulullah SAW. Inilah perlunya membiasakan diri shalat jamaah di masjid untuk membina hubungan baik dengan sesama manusia.

Selanjutnya, relasi juga perlu dibangun untuk menjalin ralasi baik dengan alam sekitar. Bumi kita sudah kian tua dan rusak. Manusia begitu serakah menggunakan segala kekayaan alam yang dikandungnya hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri tanpa memikirkan kebutuhan generasi mendatang. Pelbagai musibah yang datang silih berganti seperti gempa, longsor, banjir, kekeringan dan semacamnya adalah akibat dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, kesadaran akan pentingnya relasi baik dengan alam akan mendorong manusia untuk melakukan perubahan agar tetap dapat menikmati hidup dengan sempurna.

2. Repeat, artinya pengulangan tanpa henti untuk meraih prestasi puncak. Rasanya jarang kita temui orang-orang yang kini berhasil tanpa usaha sungguh-sungguh. Mereka saat ini dapat menikmati kajayaannya dikarenakan mereka tidak pernah putus asa dalam mencoba hal-hal baru demi teraihnya prestasi tertinggi. Sebagai contoh, Rasulullah Muhammad berdakwah kepada kaum Quraisy lebih dari 13 tahun tanpa henti meskipun pengikutnya hanya berjumlah puluhan. Semangat berkorban dan terus berjuang mengantarkan beliau sebagai tokoh nomor satu dunia yang tak terbantahkan hingga kini. Merubah pikiran masyarakat tidak semudah mengedipkan mata, perlu waktu lama yang diringi dengan sikap istiqamah. Di sinilah letak signifikansi pengulangan demi teraihnya perubahan positif yang diharapkan.

3. Reform, yakni semangat mencari bentuk baru. Semangat ini harus dimulai dari diri sendiri. Rasanya tidak mungkin kebesaran prestasi datang dengan tiba-tiba. Semua membutuhkan pengorbanan dan kesiapan diri untuk menerima perubahan. Allah telah berfirman bahwa tidak akan berubah nasib suatu bangsa kecuali mereka sendiri menginginkan perubahan itu. Perubahan yang diinginkan harus dirancang dengan matang, dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan dievaluasi secara berkala. Dengan begitu, perubahan itu akan dapat diwujudkan dengan sempurna. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Introduction